DRAMA CINTA

Di kediaman Hendra Wijaya (H-1 Birthday Viola Putri Wijaya)

"Kamu yakin tidak mau sweet seventeen kamu meriah sayang?" tanya wanita berperawakan tinggi semampai.

"Aku bosen yang kaya gitu Mah, aku maunya private party aja.." jawab Viola,dia masih asik dengan ponsel di tanganya.Rupanya dia sedang men-stalking IG para sahabatnya.

"Kena angin apa coba putrimu ini Pah?" tanya Mama Viola begitu suaminya datang.

"Itu malah bagus, bagaimana kalau ke panti asuhan saja sayang?" tanya Papa Viola, Beliau adalah seorang dermawan.

"Pah, tiap bulan juga kita ke panti asuhan.." jawab Viola datar. Wajahnya kurang bersemangat, tidak seperti biasanya.

"Tell me why sayangnya Mama,kenapa kelihatannya lesu gini?" Mamanya peka sekali dengan perubahan sikap Viola belakangan ini. Dia sering ke kamar kakaknya, Hendra Wijaya. Padahal dulunya jarang.

"Apa Kakak bikin masalah sama kamu?" tanya Papanya, dia sangat paham bagaimana watak anak-anaknya, terutama si tengah Hendra.

"Aku benci kakak Pah, kakak gak mau bantuin aku!" katanya emosi.

Hendra Wijaya menolak untuk mendekati Aruni, itu sebabanya Viola marah dan suka ke kamar Hendra untuk protes.

"Apa?kenapa? Apa masalah uang? Kan Papa sudah kasih kamu credit card yang unlimited, masih minta ke kakak juga?" tanya Papanya heran.

"Bukan uang Pah! Kakak menolak untuk membantu mendapatkan cowok yang Viola suka!" omelnya, diapun memeluk mamanya sambil terisak.

Terang saja mamanya yang terlampau sayang, segera menghiburnya.

"Ya ampun,masalah cinta rupanya. Lalu apa hubungannya dengan kakak?"

"Rekan kerja kakak pacaran dengan cowok yang Viola suka Mah..!" tangisnya kembali pecah.

Pak Wijaya dan istrinya saling pandang, drama apa lagi yang akan terjadi jika Viola sedang badmood begini.

"Jangan-jangan kamu menyukai pria yang lebih tua seperti kakakmu?" tanya Pak Wijaya terkejut.

"Papa,cowok yang Viola suka itu Sandy Pa, Sandykala!" katanya penuh semangat. Padahal tadi dia menangis sesenggukan.

"Ada banyak cowok tampan sayang, memangnya setampan apa Sandykala? Sampai-sampai kamu tidak mau dengan cowok lain.

Viola segera mengeluarkan ponselnya, dan mencari foto Sandy di galeri fotonya.

"Lihat nih Mah, aku sukanya dia..!" ucap Viola, dia menunjukkan foto Sandykala. Mama dan Papanya seperti tidak asing dengan wajah itu.

"Pah, kayaknya Mama pernah lihat wajah ini, mirip siapa ya..!" ucap Bu Wijaya, dia berpikir keras nampaknya raut wajahnya penasaran.

"Sebelas dua belas kalau dengan papa ya kan?" goda Pak Wijaya.

"Papa, Viola serius..!" katanya, bibirnya cemberut, dia paling benci jika apa yang dia inginkan tidak terkabul.

Hendra Wijaya yang baru saja pulang kerja, kembali mengingatkan adiknya.

"Sudahlah Vi, kakak sudah mengingatkanmu, tidak semua yang kamu inginkan bisa kamu dapatkan, apalagi ini menyangkut rasa suka..!" kata Hendra. Orang tuanya yang sedari tadi fokus kepada anak bungsu mereka, mendadak menghampiri anak tengahnya tersebut.

"Kak, beneran pacar Sandy itu teman kerja kakak?" tanya Bu Wijaya.

Hendra hanya mengangguk, dia menyandarkan tubuhnya di sofa mewah ruang keluarganya. Wajahnya nampak kalut, sepertinya hal tersebut disadari oleh Pak Wijaya. Dia pun duduk di sebelah putranya, anak tengahnya memang berbeda dengan anak sulung dan putri bungsunya.

"Apa lancar project barunya Kak?" tanya Pak Wijaya. Sebagai ayah, beliau berusaha untuk selalu peduli dengan kondisi putranya.Hendra hanya bisa lancar bercerita dengan Ayahnya. Dia tidak tertarik dengan bisnis keluarganya.Sedang anak pertamanya, Gilang Wijaya sudah menekuni bisnis sejak lulus kuliah.

"Sedang proses Pa, justru Hendra sedikit canggung, karena project ini melibatkan rekan kerja yang dimaksud Viola.." jawabnya. Pak Wijaya paham, dia paling tidak bisa menolak permintaan adik bungsunya. Hendra Wijaya pribadi yang sensitif dan introvert.

"Biarkan nanti Papa yang nasehati Viola, papa dan mama sudah paham tabiat adik kamu. Papa harap kamu tidak terbebani ya..!" kata Pak Wijaya menenangkan.

"Terima kasih Pa, Hendra masuk ke kamar dulu mau istirahat.." katanya, Hendra pun beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah kamarnya di lantai 2.

Langkahnya terlihat gontai, sedikit lesu. Sesampainya di kamar, dia enggan untuk beranjak ke kamar mandi. Tubuhnya berbaring di ranjang yang selama ini menjadi saksi bisu kehidupannya. "Apa aku terlalu ikut campur dengan urusan percintaan Aruni? Sepertinya dia tidak nyaman terlibat pembicaraan denganku tadi" batinnya.

Hendra Wijaya seorang pribadi yang teramat lembut, dia nampak kuat di luar, namun sebenarnya rapuh di dalam. Sorot matanya teduh, namun tersirat sendu. Apapun yang dia rasakan, teramat sulit untuk diungkapkan. Karena itu hanya Ayahnya yang bisa dia percaya sepenuhnya.

"Aku harus minta maaf kepada Bu Aruni.." ucapnya perlahan. Dia pun mengeluarkan ponsel di balik bajunya. Nampaknya Aruni sedang online. Tapi diurungkannya niat untuk menghubunginya. Entah kenapa Hendra justru membuka media sosialnya yang sudah ĺama tak pernah ia buka. Dia pun mengetik nama Aruni dan benar saja, dia adalah Aruni,rekan kerjanya.

"Rupanya benar dia, sepertinya susah untuk tergoyahkan..!" gumamnya. Hendra ingin mengikuti akun media sosial Aruni, hanya saja dia takut jika Aruni tak balik mengikutinya.

"Kenapa malah aku kepikiran dia terus?" gumamnya.

...*****...

"Hei, ayo kita siap-siap sore ini,nanti malam pesta ulang tahun Viola.." kata Steve mengingatkan.

Mereka bertiga sedang makan di tempat biasa, karena Sandy tidak ada, maka Steve pun menghubunginya via telpon.

"Hai bajingan! Sedang apa?" tanya Steve,sepertinya dia mendengar suara gemericik air.

"Mandi, kenapa mau video call?" Jawab Sandy sambil mengenakan handuk mandi.

"Gila kamu! Jangan lupa datang ke ulang tahun Viola malam ini.." Ingat Steve, dia pun mengubah posisi duduk, agar lebih nyaman.

"Buat apa? Aku sudah ada acara.." jawab Sandykala singkat. Sandy sedang berusaha untuk tidak terlibat lagi dengan Viola.

"Sebentar saja, jangan seperti itu lah San, kasihan Viola!" kata Steve memelas. Steve paham betul jika Sandy ingin menjauh,selama ini dia masih bergaul dengan baik dengan Viola karena dia hanya menganggapnya sebagai teman.

"Lalu aku harus apa? selama ini aku hanya bisa melihatnya sebagai teman, walaupun aku tidak nyaman sejak pertama dia menyatakan perasaannya.." Jelas Sandy. Dia sudah selesai mengenakan pakaian dan sedang bersiap untuk keluar rumah.

"Anggaplah ini terakhir kali kalian bertemu, kita kan sudah selesai ujian, dan sebentar lagi ada acara kelulusan, jangan buat momen tidak bahagia di akhir sekolah kita.." kata Steve penuh harap.

"Aku akan tanya dulu ke Kak Aruni, aku tidak mau dia salah paham, aku tutup ya, nanti aku akan menghubungimu.." kata Sandy menutup panggilan telepon.

Steve sedikit lega, Sandy berusaha untuk datang meski belum pasti. Tergantung bagaimana respon Aruni.Kevin yang melihat ekspresi Steve yang kalut pun penasaran.

"Gimana? Sandy mau datang?" tanyanya harap cemas.

"Semoga saja datang, dia mau tanya ke Kak Aruni dulu, jika aku di posisinya, aku pun akan bertanya kepada pacarku.." jawab Steve.

...*****...

Sandykala sedang duduk di ruang tamu, tangannya masih memainkan ponsel. Pikirannya tidak fokus, sampai-sampai kedatangan Pak Hermawan pun tidak dia sadari.

"Ada apa ini pria tampan? Kenapa melamun?" tanyanya mengagetkan Sandy.

"Aah, Om Hermawan, mengagetkan saja, kapan Om datang?" tanyanya,padahal dia sendiri tidak menyadari kedatangan Omnya.

"Lima menit yang lalu. Kenapa? Ada masalah dengan Aruni?" tanyanya kembali.

"Om seperti cenayang!" balas Sandy.

"Om ini kan pernah punya pengalaman hubungan dengan wanita yang lebih tua, jadi Om tahu apa yang kamu rasakan.." katanya bijak, ia lantas duduk di sebelah Sandy.

"Bukan dengan Kak Aruni Om, tapi dengan teman Sandy, Viola, om tahu kan dia?" tanya Sandy memastikan. Dia dekat dengan Om Hermawan, mereka kerap bertukar pikiran dan saling cerita jika ada masalah.

"Anak cewek yang menyatakan perasaannya ke kamu waktu kelas satu itu?"

"Benar Om,nanti malam dia mengadakan private party acara ulang tahunnya, beberapa minggu yang lalu ada insiden. Waktu aku sedang bersama Aruni, kami tak sengaja bertemu dengan Viola dan Kakaknya, rupanya Kakak Viola dan Kak Aruni adalah rekan kerja. Mereka berdua bekerja di perusahaan yang sama Om.." Jelas Sandy.

Om Hermawan mencoba memahami kalimat Sandy.Dia nampak manggut-manggut.

"Jadi Aruni sekarang mengetahui bahwa Viola masih menyukaimu?" tanya Om Hermawan.

"Iya, akhirnya dia tahu. Dan kakak Viola pun akhirnya tahu bahwa Kak Aruni berpacaran dengan teman sekolah adiknya.Aku hanya khawatir jika Kak Aruni menjadi tidak nyaman saat bekerja, setelah insiden itu.." jawab Sandy lagi.

"Kenapa bisa sesempit ini dunia kalian ya? Seperti film drama saja, drama percintaan segitiga. Hahahaa!" jawabnya sambil tertawa.

"Om,haruskah aku bicara dengan Kak Aruni? Steve dan yang lainnya memintaku untuk hadir di ulang tahun Viola.."

"Ya, tanyakan saja kepadanya, Om Yakin Aruni wanita dewasa yang bijaksana.." hibur Om Hermawan.

"Harusnya kamu berguru dulu sama Om, agar kamu sukses menjalani hubungan beda usia seperti ini. Aku adalah suhunya.." kata Om Hermawan menyombongkan diri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!