ANAK SMA

"Kenapa wajahmu pucat Ni?" tanya Jihan selidik.

Akupun duduk kembali di antara Sinta dan Jihan. Tanganku masih gemetar, bibirku terkatup rapat.

"Kamu abis liat hantu?" tanya Soni menebak-nebak.

"Buuu..bukan hantu, tapi iiii..ibliss!" jawabku sambil menggertakkan gigiku.

"What? Mana? Di mana?? Di toilet??" tanya Jihan penasaran.

"Baju kamu basah gitu Ni, mau pake jaket aku? di sini dingin. Aku bisa pake jaket Mas Soni..!" ujar Sinta memberikan jaketnya.

Jihanpun mengenakannya kepadaku. Dan merapikan rambutku yang sedikit berantakan.

"Kita ganti kostum dong kalo gitu? Masa mau pake seragam anak SMA?" tanya Jihan kepada Sinta dan Soni.

"Santai aja, kenalanku udah tahu kalo kita habis reunian, jadi gak masalah..!" jawab Soni menenangkan.

"Okelah kalau begitu. Ngomong-ngomong si Arunika masih pantas aja gitu pake seragam SMA. Keknya penuaan ogah nempel sama mukanya..!" kata Jihan, diapun menatapku lekat-lekat.

"Kamu yakin tahun ini berumur 28 tahun?" tanya Jihan kepadaku.

Aku cuman mengangguk pelan, suara Robin dan Rania masih terngiang di telingaku.

"Kenapa sih?" selidik Sinta, dia khawatir dengan keadaanku sejak tadi. Akupun mengeluarkan HP dan headsetku, aku meminta Jihan dan Sinta mendengarkan rekaman yang membuatku seperti ini.

Mereka nampak tak percaya, dan emosi seketika begitu tahu bahwa pemilik suara dalam rekaman tersebut adalah Robin dan Rania.

"Brengsekk banget tuh laki!" umpat Jihan.

"Kenapa gak kamu samperin Ni? Kita labrak dua manusia ini itu! Ayo!" ajak Sinta.

"Rekaman apaan sih? Kamu kenapa emosi sayang?" tanya Soni khawatir. Aku paham betul seperti apa kalau dia marah. Dia adalah mantan atlet taekwondo. Sintapun memadangkan headset di telinga Soni. Dan pastinya, ekspresi Soni sama halnya dengan istrinya.

"Kita ke sana gimana?" tanya Sinta kepadaku.

"Jangan, aku gak mau mempermalukan diriku, demi lelaki gak tau diri kaya Robin. Biar aku urus sendiri..!" jawabku pelan. Aku sudah bisa mrngontrol diri, emosiku perlahan berubah menjadi tawa pilu.

"Malah ketawa, serem tau jadinya!" kilah Jihan.

"Kita tunda dulu ketemuannya gimana? Biar aku hubungi kenalanku ya!" kata Soni, diapun keluar sebentar untuk menelpon.

Kami bertigapun setuju, akupun berniat pulang saja setelah dari sini. Namun hati dan pikiranku kian suntuk jika di rumah. Apalagi setiap sudut rumah mengingatkanku kepada Robin. Lelaki itu memang kejam, selama empat tahun aku yang membayar sewa rumah, tempatnya tinggal hingga sekarang. Dan rupanya rumah pula yang dijadikan tempat merajut kasih bersama Rania. Aku makin jijik untuk bertemu dengannya.

"Kayaknya aku gak mau pulang..!" ucapku kepada mereka.

"Kamu ke tempatku aja gimana?" Jihan menawari untuk ke tempatnya.

Aku menggeleng pelan.

"Aku pengen sendiri dulu kayaknya, kalian bisa pulang duluan..!" kataku sembari merapikan penampilan. Mataku terlihat sembab, kusapukan sedikit lipmatte, yah sudah tak terlalu pucat.

"Kita anterin aja, mau ke mana?" tanya Soni.

"Mana tega kita ninggalin kamu sendirian.." imbuh Sinta.

Jihan dan Sinta memelukku erat, merekapun turut kecewa, marah dan sedih melihat kondisiku saat ini.

"Mau ke klub? Aku masih ada waktu kok..!" ajak Sinta, diapun meminta persetujuan Soni.

"Emang anak SMA boleh ke klub?"tanyaku, memperhatikan kostum kami berempat bergantian.

"Bener juga sih, ya udah kita muter-muter dulu kalo kamu mau turun di mana nanti kita anterin..!" kata Sinta.

Kamipun segera meninggalkan tempat reuni kampus, teman-teman yang belum sempat kami sapapun merasa sedih. Namun karena kami jelaskan jika ada acara mendadak, merekapun memaklumi.

"Maaf ya teman-teman,aku beneran gak bisa mikir apa-apa sekarang..!" gumamku sambil melangkah gontai.

Beberapa rekan kami bahkan merasa kecewa karena kami pergi sebelum acara puncak dimulai. Pikiranku entah kemana saat ini, ribuan tanya menggema di telingaku. Selama ini aku kurang apa coba sebagai pacar kamu Robin? FU*CK! Aku memaki diriku yang bodoh.

"Hei! Jadinya mau ke mana nih?" tanya Jihan.

"Aku pengen minum-minum Ji..!" jawabku pelan, Sinta dan Sonipun menggelengkan kepala tanda tak setuju.

"Gimana kalo minum bir saja?" saran Jihan. Soni dan Sinta setuju, tapi mereka harus pulang dadakan karena anak semata wayangnya tantrum.

"Kalian beneran mau turun di sini? Maaf ya, karena Celine tantrum, susternya kewalahan..!" imbuh Sinta.

"Santai, di sini juga deket miimarket kok, masih lumayan orang-orang lalu lalang.." jawab Jihan.

Aku cuman tersenyum melepas Soni dan Sinta pergi. Ku tatap kawasan sekitar taman, "Ah. Di sana ada bangku kosong, dan lumayan sepi.." batinku. Aku pun melangkah ke sana, ku tinggalkan Jihan yang masih sibuk dengan ponselnya.

"Brengsek! Ternyata dia sebusuk itu selama ini!" makiku kesal. Tak kusangka ternyata di sebelahku ada seseorang yang sedang berbaring, karena lampu penerangannya sedimit redup, aku tak melihatnya saat duduk.

"Apaan sih? Datang-datang maki-maki gak jelas!" katanya kesal sembari bangun. Seorang lelaki yang masih mengenakan seragam sekolah sedang duduk di sampingku.

"Mana aku tahu kalo ada manusia di sini..!" jawabku asal.

"Harusnya kamu yang gak ke sini, ada banyak bangku, ngapain ke sini?" tanyanya sebal.

"Emang nie bangku punyamu?" tanyaku datar. Aku sedang malas berdebat. Aku keluarkan sebungkus rokok dari dalam tas, kunyalakan dan kuhisap dengan pelan, berharap kekusutan ini sirna bersama asap yang kukepulkan.

"Anak sekolah gak boleh ngerokok!" celetuknya. Aku menoleh kepadanya.

"Siapa yang anak sekolah? Kamu?" tanyaku balik, anak kecil sok banget nasehatin orang tua.

"Kamu lah, masih pake seragam juga! Lupa?" jawabnya ketus.

Akupun melihat penampilanku, ah benar! Aku belum ganti pakaian. Tapi, aku perhatikan dia juga pake baju seragam sekolah, jangan-jangan dia juga alumni yang sedang reuni sepertiku.

"Sok banget kamu, kamu sendiri ngapain pake baju sekolah? Reuni juga? Kabur kan kamu? Reuni emang acara gak guna!" umpatku emosi.

"Tau dari mana kalo aku kabur?" tanyanya penasaran.

"Ngapain juga nanya, kalo gak kabur, ngapain di sini. Acara puncak baru aja dimulai..!" jawabku ketus.

"Acara puncak? bodo amat lah! Lagian kalo gak kabur, bisa-bisa aku gak selamat di sana..!" ujarnya sembari meletakkan sebotol minuman bersoda tepat di sebelahku.

Aku lanjutkan merokokku, tanpa peduli dengan sosok di sampingku. Entah kenapa lampu yang tadinya redup mendadak terang benderang, dan sosok di sampingku yang tak begitu jelas, terlihat tampan rupawan.

"Uhuk..uhukkk...uhukkk...!" Aku terkejut, dan.segera aku buang rokok di tanganku. "Anjir, cakep amat nie cowok"

"Makanya gak usah sok keren, pake ngerokok segala!" sindirnya.

Segera aku raih botol minuman di dekatku, kuminum seteguk.

"Minuman apaan nih? Aneh banget rasanya.." kataku seraya menaruhnya kembali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!