Sam menutup payungnya , ia duduk di samping ziva . Melirik ziva yang kaget dengan apa yang di lakukan lelaki ini . Yang benar saja, Sam menjadi basah kuyup seperti dirinya. meski perlahan hujan mulai reda.
" Lo gila? " Tanya ziva
"Pengen nemenin Lo nangis , kalau rame tuh makin seru. Jadi gue temenin sampe Lo kelar nangisnya , jadi lanjutin aja " Sam terlihat santai memandang kearah ziva , wanita cantik itu menggeleng kepalanya tak percaya . Ternyata ia memang menemui banyak lelaki aneh di dunia ini . Apa memang takdirnya begitu menyedihkan sehingga mendatangkan segala hal yang cukup sulit di jelaskan.
Hampir 1 jam keduanya terdiam disana , hingga tetes hujan tak lagi terasa . Wanita cantik itu tampak menggigit bibir bawahnya karena kedinginan , ia memeluk lengannya semakin erat .
" Gue anter pulang sekarang ya.. biar gue nyetir mobil Lo , ntar gue balik naik taxi" Ucapnya beranjak dari tempat duduknya.
" Gak ngerepotin? "
Sam menggeleng cepat , ia langsung menuntun wanita itu ke dalam mobilnya . Ziva menyandarkan kepalanya pada kursi mobil , ia sudah lebih kering dari pada satu jam sebelumnya. Sam langsung mematikan AC mobil ziva , ia melajukan mobil tersebut .
Sesekali melirik kearah ziva yang tertidur , tampak wajahnya pucat . Bisa bisa wanita itu akan demam panas karena terlalu lama terguyur hujan . Sebenarnya ia tidak ingin ziva melakukan hal tadi , tapi sepertinya mencegah wanita itu sama saja mencari masalah dengan seseorang yang sedang putus cinta . Tidak akan pernah di dengar , meski telah memperingati dengan toa.
Samuel bisa menebak itu dari isak tangis yang cukup memilukan .
" Rugi yang bikin kamu sehancur ini " ungkap Sam dalam hati .
Lelaki itu sudah memarkirkan mobil ziva di garasi rumahnya , ia terdiam menoleh kearah ziva .
" Mm.. udah sampe ya " wanita itu membenarkan posisinya , ia melihat kearah jendela .
" Ia , gue juga udah pesen taxi. Lo masuk sekarang ya , gue mau pulang dulu " ucap Sam
" Makasih banget ya Sam " ziva tersenyum kecil. Sam hanya mengangguk pelan.
" Apapun yang lagi Lo rasain , gue tau Lo wanita kuat . " Sam langsung berlalu masuk ke dalam taxi .
Ziva menghembuskan nafasnya berat , ia berjalan masuk ke dalam rumah . Cindy dan Stevan sudah menyambut wanita mungil itu di depan pintu .
" Sayang , kamu kenapa hujan hujan.. kamu tahu kan apa kata dokter , kamu gak sepenuhnya sehat sayang . Jaga kesehatan kamu . " Cindy memegang kedua pundak ziva , ia melihat mata anaknya yang begitu sembab .
" Ziva ke kamar dulu ma , mau mandi" ia berjalan lesu memasuki kamarnya .
Cindy menoleh ke Stevan yang mengangkat kedua bahunya , membuat wanita paruh baya itu menarik nafas berat .
" Aku khawatir dengan kondisi ziva "
" Jangan berpikir terlalu buruk , lebih baik panggil bi Tina untuk menyiapkan makan malam serta minuman panas untuk ziva " ucap Stevan yang langsung di angguki oleh Cindy . Ia langsung berjalan menuju dapur menghampiri pembantu rumah tangganya.
Ziva tengah mengeringkan rambut nya dengan hairdryer . Menyisir rambutnya , ia memandang lama kearah cermin . Meraih foto yang sejak tadi mengganggu pikirannya .
" Kenapa bisa semirip ini.. " ucapnya pelan .
" Apa iya gue punya kembaran? " Lanjutnya lagi itu tidak mungkin pikirnya.
***
Tangan jenjang Tasya baru saja mengompres Gabriel dengan air hangat . Suhu badan lelaki itu masih cukup tinggi . Peluh kini membasahi sekujur tubuhnya . Dengan telaten wanita cantik itu merawat Gabriel . Ia bisa mendengar bibir lelaki itu meracau memanggil nama ' ziva ' . Tetap saja ia tidak peduli , baginya Gabriel harus menjadi miliknya . Meski bertepuk sebelah tangan.
Tasya bersama iren menemui Gabriel di rumah lyona . Iren sangat menghawatirkan kondisi lelaki itu . Dari depan pintu kamar iren terus tersenyum memperhatikan Tasya yang terlihat sangat menyayangi anaknya Gabriel.
" Kau lihat Sekarang ? Tasya memang gadis yang baik, ia pantas untuk Gabriel .. " melirik kearah lyona yang ada di sampingnya.
Lyona tak ingin banyak berbicara , tapi ia merasa ziva lebih pantas berada di sana bersama Gabriel . Kenapa ? Karena adiknya benar benar mencintai wanita itu .
" Jangan memaksa Gabriel . Cukup aku yang merasakannya .. "
" Aku tidak ingin memaksanya , aku hanya mengatakan apa yang aku lihat saja " ucap iren .Iren berjalan meninggalkan Gabriel dan Tasya berdua di dalam kamar .
Iren memang tidak ingin menyiksa batin putranya lagi. Semua terserah pada Gabriel , ia berhak menentukan apa yang ia inginkan untuk hidupnya.
Lyona sedikit terkejut mendengar ungkapan mamanya . Tidak seperti biasa . Ini sungguh kemajuan yang tidak terduga . Berharap papanya juga akan sedikit melunak. Tapi ia ragu setelah melihat Gabriel yang kini seakan ingin menyerah .
Lyona yang masih berdiri di ambang pintu menghela nafas panjang . Kaki jenjangnya itu melangkah menuju kamar utama miliknya dan Rafael.
Tasya duduk di sisi ranjang , setelah mengompres lelaki ini ia tersenyum menatap wajah teduh Gabriel saat tertidur . Meski lelaki itu sedang sakit , tetap saja wajahnya selalu membuat Tasya begitu menggila . Ia bahkan akan melakukan apa saja untuk membuat lelaki itu takluk padanya . Ya , termasuk menyerahkan dirinya . Bodoh? Tidak baginya ini bentuk cintanya.
" kau memang berbeda Gabriel.. " Tasya mengelus kepala Gabriel lembut .
" Aku bahkan tidak menemukan kekurangan padamu " menyentuh bidang dada Gabriel . Jari telunjuknya berjalan pelan di sekitarnya.
Mendekatkan wajahnya pada Gabriel yang sedang tertidur . Hembusan nafas teratur itu cukup membuat Tasya menggeliat . Ia berusaha menahan dirinya untuk tidak menerkam lelaki di hadapannya ini.
Gabriel tampak mengigau , ia menarik tangan kanan Tasya . Detak jantungnya kini benar benar di luar kendali , ia senang sekali Gabriel memeluk lengannya dengan seuntai senyum kecil dalam ketidaksadarannya. Tasya tak akan melewatkan ini , Ia sempat mengabadikan moment itu dan mengirimkannya pada ziva .
"Bukankah ini akan menjadi hal menyenangkan untukmu ziva ? Hha" ia mengatakannnya dalam hati .
Tasya merasa telah maju beberapa langkah dan ia akan sampai pada tujuannya . Menggapai apa yang menjadi obsesinya . ' mendapatkan Gabriel '
Lelaki itu menggeliat sejenak lalu membuka matanya , tampak jelas senyum Tasya mengembang tepat di hadapan wajahnya. Ia cukup kaget melihat tangannya yang memeluk Tasya begitu erat . Tak butuh waktu lama , Gabriel segera melepaskannya.
" Kenapa kamu ada disini? "
" aku mengkhawatirkan kamu "
Ia diam sejenak .
" Aku ingin merawatmu dan Aku akan selalu ada untuk kamu , Gabriel . Meski kamu tak pernah menganggap aku ada. " lanjutnya Tasya menundukkan wajahnya .
" Tes.. "
Butiran bening itu menetes pada kedua pipi Tasya . Dengan cepat Gabriel menghapusnya . Mengelus puncak kepala Tasya pelan .
" Maafkan segala sikap burukku selama ini dan terimakasih untuk selalu peduli padaku "
"Tentu.. " Tasya menghela nafasnya . Ia memang cukup pintar bersandiwara bukan ? Tentu saja, ini sudah menjadi bagian dari pekerjaannya. Tidak perlu menunjukkan sikap ganas seperti yang sering terlihat di berbagai cerita atau sinetron Indonesia . Bermain dengan pintar dan bertahap sepertinya akan lebih seru .
Yang pasti ia masih tetap yakin , Perlahan Gabriel akan jatuh pada pelukannya . Itu adalah janji .
*****
Ziva meremas kasurnya , merapatkan deretan giginya geram. Ia tampak sedang menahan amarahnya.
membuang handphone nya ke arah sofa setelah melihat gambar yang cukup memanasi matanya , ia mengibas tangannya ke samping meja ranjang rawatnya .
"PRAKKK!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments