Gadis itu baru saja pulang dari rumah sakit , ia duduk di sofa ruang tamu. Menyandarkan kepalanya disana , bernafas lega akhirnya ia sudah tidak berada di tempat yang cukup membosankan baginya .
" Papa dimana ma ? " Tanya ziva , karena hanya mama dan supirnya yang menjemput ia pulang ke rumah.
" Papa ada urusan sama teman bisnisnya . Mama ke kamar dulu ya . Nanti mama suruh bi tina jagain kamu " ucap Cindy , ziva mengiyakan saja . Mamanya itu berlalu meninggalkan dirinya .
Ia meraih remote tv mengganti acaranya , namun tidak ada satupun yang membuatnya tertarik untuk menonton .
" Ting .. Tong... "
Bi Tina berjalan membuka pintu rumah , ia Melihat lelaki tinggi yang membawa buket mawar putih . Siapa lagi kalau bukan gabriel , penampilan lelaki itu kali ini terlihat sangat rapi dengan kemeja biru lengan pendek .
" Cari siapa ya mas ? " Tanya bi Tina .
" Ziva .. " singkatnya , sembari tersenyum manis . Bi Tina langsung menyuruh lelaki itu masuk menemui ziva yang masih fokus pada siaran televisi .
Gabriel duduk di sampingnya . Wanita itu masih tidak menyadari , hingga lelaki itu menepuk pundaknya .
" Biel.. " kagetnya menoleh kearah samping, ia mengelus dada . Untung saja ia tidak berteriak keras .
" Nih buat Lo.. sorry tadi gue gak sempet ke rumah sakit " ucapnya memberikan buket bunga pada wanita itu .
" Lo kesini cuma buat ini? " Tanya ziva , ia menaikkan sebelah alisnya . Lelaki ini seperti tengah memperlakukan ia sebagai kekasih , bukankah mereka hanya berpura pura . Jadi untuk apa Gabriel melakukannya begitu totalitas ?
" Selama Lo jadi pacar gue , gue akan selalu jaga dan bahagiain Lo. " Singkatnya .
Ziva terdiam , ia sebenarnya sedikit aneh dengan segala tingkah lelaki ini . Kenapa Gabriel begitu menginginkan ia menjadi kekasihnya , meski hanya satu bulan . Apa lelaki ini ingin membuatnya jatuh cinta , tapi buat apa ? Mereka sebelumnya tidak saling mengenal . Mana mungkin lelaki ini menyukai dirinya , itu yang selalu ada dalam benaknya.
Gabriel menyematkan rambut yang menutupi wajahnya kebelakang telinga gadis itu . Ia menatap bola mata teduh disana , seketika pandangan lelaki itu berubah . Terukir sebuah senyum lebar tak seperti biasanya .
" Sayang.." lelaki itu memeluk ziva secara tiba tiba . Ia mengeratkan pelukan itu . Ziva terdiam kaku , ia tak mengerti mengapa Gabriel tiba tiba memanggilnya ' sayang ' .
" Lo panggil gue Sayang ? " Ziva melepaskan pelukan Gabriel , lelaki itu terlihat gelagapan .
" Mm .. gpp kan kalau cowonya manggil sayang "
Ziva hanya mengiyakan meski masih ada banyak pertanyaan dalam benaknya.
" Gue boleh nanya sesuatu ? "
" Apa ? "
" Lo punya mantan? "
Ziva terdiam , tiba-tiba saja ia mengingat memori lamanya . Dimana itu begitu menyakitkan yang membuatnya harus tertatih untuk bisa bangkit kembali . Masa terendah dalam hidupnya dimana keputus asaan menjadi temannya .
Tanpa sadar bulir air mata sudah menetes pada kedua pipinya .
Lelaki itu kaget melihat ziva menangis di hadapannya.
" Lo kenapa ? Gue salah ngomong ? "
Ia tak menjawab malah semakin mengeraskan tangisannya , membuat
Bahunya naik turun . Menutup muka dengan kedua tangannya .
" Hey , kenapa ? " Panik Gabriel , ia membawa ziva dalam pelukannya.mengusap punggung ziva dengan lembut .
Ziva masih terus menangis padahal ia baru saja sembuh dari sakitnya . Lelaki itu menjadi panik melihatnya.
" Maaf kalau ucapan gue bikin Lo sedih . Tapi gue mohon jangan nangis lagi .. " Gabriel melepaskan pelukan , menghapus air mata ziva . Wanita itu terdiam , matanya kini bertemu dengan Gabriel .
" Gue cuma punya satu mantan , dia cinta pertama gue . Orang yang membuat gue benar benar percaya dengan ' cinta ' , yang dulu pernah gue anggap omong kosong " ziva berbicara menghadap kedepan , arah pandangnya kosong . Tidak ada senyum disana , namun suara gadis itu terdengar dingin .
" Tapi nyatanya dia menghancurkan kepercayaan yang gue bangun atas dasar ' cinta ' dengan memilih pergi sebelum hari pernikahan kita . Momen memalukan yang gak pernah gue lupa seumur hidup "
" Udah gak usah di lanjutin " sela Gabriel , melihat ziva begitu hancur saat menceritakan itu walaupun sudah tak ada Isak tangisnya . Namun ia bisa merasakan , betapa sakitnya di tinggal oleh seseorang yang begitu di cintai .
" Maaf gue jadi curhat sama Lo " ziva menoleh kearah gabriel dan tersenyum tipis .
" Kalau Lo butuh tempat cerita , gue akan selalu bersedia untuk mendengarkan "
" Lo sendiri gak mau curhat masalalu Lo ke gue ? " Tanya ziva
Gabriel hanya diam saja , lalu ia beranjak dari duduknya tanpa menjawab pertanyaan wanita itu .
" Mau kemana ? "
" Pulang " Gabriel membalikkan badannya sejenak.
" Apa lagi? "
" Jangan kangen " ucapnya , lelaki itu langsung berlalu pergi .
Gadis itu memegang dadanya , lagi lagi detak jantungnya itu berdenyut hebat .
" Jangan sampe Lo suka sama tu cowok aneh ziv " gerutu ziva dalam hati , tanpa sadar sebuah senyuman telah terukir . Ia menatap buket bunga mawar putih , memetik kelopaknya . Menghirup wangi yang begitu khas itu .
" tapi udah lama juga gue gak di perlakukan semanis ini " kekehnya .
.
.
linka dan rama sedang mengunjungi toko di sebuah mall untuk mencari barang-barang untuk mengisi rumah baru mereka . Setelah menikah , pasangan muda itu ingin menempatinya langsung .
linka memegang beberapa sofa
" ram , ini bagus deh.. " ia menepuk sofa bewarna coklat .
Lelaki Tinggi itu mendekati linka , ia tampak sedang berpikir .
" Mending yang lebih gelap warnanya " ucap rama menunjuk coklat tua .
" Aku gak suka modelnya " ucap linka
Pasangan muda itu sejak tadi memang saling berdebat , tidak ada yang mau mengalah . Penjaga toko hanya menggeleng melihat tingkah rama dan linka.
linka terus menelusuri tempat tersebut, matanya fokus pada beberapa sofa disana .
" Yang ini gimana ? "
" Itu lebih terang dari yang tadi .. " ucap rama, wanita ini meminta pendapatnya namun tidak mau menuruti keinginannya.
" Yaudah deh yang ini aja bagus " pasrah linka ketika melihat alis gadisnya hampir menyatu .
linka langsung meloncat senang , ia memperlihatkan senyum terbaiknya sedangkan lelaki itu menghela nafasnya . Berbelanja bersama perempuan memang melelahkan .
" Sabar ram " ucapnya dalam hati , mengelus dada . Padahal mereka belum menikah tetapi sudah terlihat bumbu yang akan menemani mereka hingga nanti .
" Aku ke kasir dulu , pake card aku aja . Kemarenkan kamu yang belanja buat rumah , sekarang giliran " ucap linka langsung berlalu pergi seakan tak ingin mendapatkan penolakan.
rama hanya menarik nafasnya dalam dalam , ia memang harus banyak bersabar menghadapi seorang wanita dengan segala sikap mereka yang sulit di pahami .
" Bruk.. " rama menabrak seorang wanita muda .
" Maaf mba, saya gak sengaja " ia membantu wanita muda itu berdiri .
" Gpp.. " wanita itu menoleh kearah linka .
" Lyona .. " kaget nuca .
" hai , apa kabar? " Tersenyum kaku kearah Lelaki yang masih kaget dengan kehadiran perempuan ini .
"B-baik.. "
" Sayang, ayo.. " seorang lelaki berbadan tegap menggandeng dan membawa wanita itu , bahkan ia belum sempat mengucapkan selamat tinggal dengan rama .
Rama masih menatap punggung itu hingga berlalu pergi , ia menghembuskan nafas kasar . Melupakan tak semudah yang sering di ucapkan .
" Ram, kenapa ? " Linka menepuk pundak nuca yang masih terdiam di tempat . Ia melihat kiri dan kanan , lelaki itu seperti tengah menatap sesuatu .
" Gpp , semuanya udah beres kan? Kita pulang ya .. "
Linka mengangguk pelan namun dalam hatinya masih bertanya ada apa dengan calon suaminya ini . Banyak hal yang belum ia ketahui dari nuca meski mereka akan melangsungkan pernikahan .
Mungkin karena masa perkenalan mereka yang bisa di katakan singkat .
.
.
Lelaki itu memetik senar gitarnya , memainkan sebuah lagu cinta yang sering kali ia perdengarkan untuk seseorang yang pernah mengisi harinya. Rasa rindu kini memenuhi ruang dadanya , seakan tak mampu untuk menepis nya .
" Andai kamu masih bersamaku .. " lirihnya , ia menatap kearah luar balkon kamarnya . melihat langit malam yang tak di hiasi bintang .
" aku ingin mendengar suaramu " ia tersenyum mengingat wajah cantik yang selalu terngiang dalam ingatannya serta kelembutan wanita itu yang membuatnya jatuh hati .
"Kamu tahu apa kesalahan yang tak pernah aku sesali ? "
Wanita cantik itu menoleh kearah lelaki yang sedang merangkul tubuhnya .
" Apa? "
" Bertahan untuk kita "
" Meski semua menentang ? " Tanya nya . Ia bahkan sudah tak mengerti caranya untuk tetap berjuang di saat dunia menyuruh mereka menyerah .
" Aku akan selalu berusaha sampai habis nafasku .. "lelaki itu mengelus puncak kepala wanitanya .
" Ini sulit , kita tak akan bisa .. " ucapnya .
" Apa yang pertama kali aku katakan saat menyatakan perasaanku? "
Wanita itu terdiam sejenak untuk mengingatnya .
" Kamu tidak akan mengecewakanku ? " Memastikan pernyataan nya benar .
" Janji itu akan terus aku genggam hingga saat ini . Percayalah .. "
Wanita itu meneteskan air matanya , ia menyandarkan kepalanya pada bidang dada lelaki itu , menarik nafas berat . Memeluk lengan lelaki itu erat seakan tak ingin ada yang memisahkan . rasa takut kehilangan itu terus hadir dalam pikirannya . Ia tidak pernah menyangka bahwa kisah cinta mereka akan serumit ini .
" Kamu percaya takdir ? " Tanya lelaki itu memandang ke arah danau . Wanita itu mengangguk pelan .
" Jika kamu takdirku , kita akan selalu di pertemukan . Meski jalan itu tidak mudah"
" Tapi kamu harus berjanji . "
" Apa? " Lelaki itu memandangnya .
" Cari penggantiku jika aku bukan takdirmu "
Lelaki itu menjauhkan tubuh wanitanya , memegang kedua bahu itu .
" Aku tidak akan bisa melakukan itu "
" Ku mohon.. " lirih wanita itu , ia menatap nanar lelaki yang di cintainya .
" Aku tidak akan berjanji untuk hal yang tak aku sukai "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments