Linka mengajak Lisa salah satu karyawan ziva untuk menemaninya untuk makan di sebuah restauran . Ia ingin sekali makan masakan Jepang dan juga membawakannya untuk ziva . sahabat baiknya itu yang sangat menyukainya .
Linka dan lisa memutuskan untuk makan dahulu disana dan mereka memesankan satu porsi yang di bungkus untuk ziva .
" Lini.. " Lisa menepuk pundak linka yang tengah fokus pada shushinya .
" Ada Apa? " Di sela sela mengunyah ia menyempatkan diri untuk menjawab . Mulutnya sangat penuh dengan sushi yang telah menjadi incarannya sejak beberapa hari lalu . lisa ingin terkekeh tetapi ia urungkan . Karena informasi yang ingin di katakannya setelah ini akan menegangkan untuk wanita di hadapannya.
Ia masih ragu untuk membuka suara , menatap mahalini seakan tak tega untuk memberitahunya. sedikit terpancing emosi karena wanita ini tak juga memberinya penjelasan.
" Lo kenapa sih? " Linka kini menoleh kearah pandangan lalisa . memicingkan matanya kemudian urat urat lehernya mulai menegang. Yang benar saja , ia sungguh tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya saat ini. Ini sungguh menyesakkan.
" Mm " linka dengan susah payah menelan ludahnya kasar. Menyibak rambutnya kebelakang. Ia merasakan sakit sekali . Jika ia memiliki kekuatan super , mungkin dunia akan hancur dengan segala kemarahannya .
Lisa sedikit bergetar melihat tangan Linka yang menggepal dan memerah . Tampak jelas sorot mata itu Nyalang dan sangat menakutkan . Ia seperti seekor singa yang tengah mencari mangsa. Sangat menyeramkan .
" Ia bahkan belum memberitahuku bahwa sudah pulang ke Jakarta" Gumamnya pelan sehingga lalisa tak mendengarnya.
" Lin, tunggu.. " lisa berteriak tak terlalu keras karena ia takut mengganggu para pengunjung restauran yang cukup ramai ini . Berlari menyusul mahalini yang sudah meninggalkannya jauh dari tempat mereka duduk .
" Brakk! " Menghentakkan tangannya di atas meja . Perbuatan wanita itu bukan saja mengagetkan dua orang yang sedang duduk di meja itu tetapi seluruh pengunjung ikut merasakannya. Mereka masing masing menoleh dengan segala tatapan . Ada beberapa orang yang sudah siap untuk mengambil gambar bahkan merekamnya . Ya , ini akan menjadi peristiwa yang tidak terlupakan .
" Sayang jangan ! " Rama refleks berdiri , ia langsung menggapai tangan mahalini yang sudah sepertinya sudah bersiap untuk menampar perempuan di hadapannya .
" Waww !! Jadi sibuk bekerja adalah alasan klasik untuk menghabiskan waktu bersama wanita lain? " Rama tersenyum yang sulit di artikan , dengan santai ia menjauhkan tangan lelaki itu yang berusaha menyentuhnya.
" Kamu salah paham, kita jelaskan nanti.. " berusaha menarik tangan Linka pergi dari tempat tersebut sebelum semua bertambah runyam . Rama paham sekali , Linka wanita pemberani . Ia bahkan mampu mencakar wanita itu sampai berdarah .
" Berapa harga dirimu? Sehingga berani berkencan dengan calon suamiku. " Melirik kearah wanita di hadapannya . Ia seakan tengah menjatuhkan wanita ini dengan kalimat yang begitu menohok.
Rama seperti ingin hilang saja , garisnya memang sangat menakutkan jika sedang cemburu .
" Kenapa kau diam? " Linka semakin memaksa wanita di hadapannya untuk bersuara.
" Aku.." belum sempat wanita di hadapannya berbicara Linka telah memotongnya.
" Tapi setelah aku pikir pikir, wanita sepertimu tidak memiliki harga "
" Degh! " Sakit sekali . Wanita ini seakan ingin menangis di sini . Namun matanya sempat melirik semua yang tengah menyaksikan mereka . Mendengar ucapan Linka yang begitu menjatuhkan nilai dirinya .
" Cukup !! " Rahang Rama mengeras, ia tak habis pikir dengan isi kepala mahalini . Mengapa sampai berkata sekejam itu . Bahkan mereka belum memberikan penjelasan apa apa .
" kita Pulang !! " Menarik tangan Linka untuk keluar dari restauran . Ia menyeret dengan sedikit kasar . Rama cukup meringis memegang pergelangannya yang sudah memerah . Lisa segera menyusul sepasang kekasih itu , nyatanya mereka masih Berdiri di dalam sana saat Linka berhasil memberhentikan langkah Rama. sedangkan wanita yang tadinya bersama nuca masih berdiri mematung hingga akhirnya ia memilih untuk pulang terlebih dahulu.
" Lepas , aku mau mengambil sushi untuk ziva " ucapnya menghentakkan tangan Rama .
" Sebaiknya kamu pulang ! " Linka menuju kasir mengambil pesanan milik ziva. Ia berjalan mendahului Rama dan di susuli lisa yang memang pergi ke mari bersama dirinya .
" Arghh " Rama memegang tengkuknya dengan kedua tangan berakhir dengan mengacak rambut frustasi .
***
Bunyi mangkuk dan gelas yang pecah itu terdengar cukup kuat . Bertaburan beling beling kaca itu bertaburan di setiap sudut ruang . Lantai keramik putih itu kini menyisakan sisa sisa bubur yang masih tersisa di dalam mangkuk.
" Arghhh!!! " Ziva memegang kepalanya .
" Ziva, tenang nak.. " Cindy yang sedari tadi berada di luar langsung bergegas masuk dan memeluk putrinya .
" Kamu kenapa sayang , apakah Kepalamu terasa sakit lagi.. ? "
Ziva memeluk mamanya , ia terisak disana . Ia sudah tak bisa menahannya lagi . Ini sangat sakit , ia tidak sekuat itu untuk tetap tenang.
" Apa aku tidak pantas bahagia ? " Mendongak menatap wajah mamanya , Cindy terenyuh mendengar nada lirih anaknya . Ia membawa ziva kembali dalam pelukannya . Ia tahu anaknya ini sedang menanggung beban .
" Tenanglah sayang .. " mengelus pundak ziva . Ia mengecup kepala ziva . Berdoa agar anaknya bisa selalu merasakan kasih sayang dari orang orang di sekelilingnya tak hanya dirinya sendiri.
" Kenapa kau harus muncul saat aku sudah mulai terbiasa sendiri . Saat aku tidak berpikir lagi tentang sebuah hubungan. Memberiku warna entah itu putih atau hitam. Setelah cukup lama aku merasa gelap bahkan kakiku tak terarah . Ingatan pada pernikahan yang gagal itu masih terekam jelas. Peristiwa yang tak aku lupa dari banyak hal lainnya. Ingin sekali menemuimu dan berkata , kamu lelaki tak punya hati yang pernah aku temui . Mungkin kedua setelah mantan calon suamiku. ternyata kalian sama. Bajingan.."
Ziva membatin, ia seakan terus mengutuk lelaki itu.
Wanita cantik itu mulai terlihat tenang , matanya kini sudah terpejam. Akibat suntikan obat penenang pada tubuhnya, ziva mulai membaik . Cindy menarik nafas lega, memandang kearah dokter ana yang menangani ziva.
" Tidak perlu cemas, semua baik baik saja " dokter ana berusaha memberi pengertian kepada Cindy. Ia melihat kearah ziva yang tertidur posisi miring ke kiri. Dokter cantik itu langsung berpamitan untuk mengurus pasien lainnya .
Lihat tubuh mungil itu , ia tampak lebih kurus . Yang benar saja , ia bahkan tidak memikirkan apakah perutnya perlu asupan makanan atau tidak. Ziva tidak peduli , pikirannya terlalu kalut dan penuh. Terisi dengan segala perasangka buruknya terhadap lelaki yang berhasil membuatnya ' Jatuh Kembali '.
Cindy mengelus rambut hitam dan tebal putrinya. Ia menarik selimut menutupi tubuh mungil itu . Menekan tombol pada remote untuk membesarkan suhu AC agar bisa membuat ziva menghangat .
" apa yang terjadi denganmu sayang .. " Cindy mengelus puncak kepala ziva . Ia kini menyandarkan diri pada sofa panjang , memijat pelipisnya yang terasa menegang . Bisa bisa ia juga jatuh sakit jika begini caranya .
" Kau kenapa ?" Stevan duduk di samping istrinya . Melihat wajah wanita paruh baya itu cukup sulit di artikan.
" Aku hanya khawatir, ziva akan semakin kehilangan banyak memori dalam hidupnya .. " Cindy kini menjadikan paha lelaki itu sandaran kepalanya , memiringkan sedikit badan dan terpejam . Stevan tak banyak berbicara , ia sangat mengerti perasaan ibu dari putrinya . Mengusap lembut kepala Cindy dan mengecupnya pelan .
" Putri kita bukan perempuan yang lemah , ia lebih kuat dari yang kita tahu.. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments