Gabriel tengah duduk di ruang kerjanya , ia membuka laci mendapati sebuah foto dirinya dengan kekasih hatinya dahulu . Kenangan lama yang masih ada sampai hari ini . Ia tersenyum memandang wanita cantik yang tengah berada di sampingnya pada gambar itu .
Gabriel meletakkan foto tersebut di atas meja kerjanya saat sekretarisnya menelpon untuk menghadiri meeting . Lelaki itu lupa memasukkan kembali foto tersebut ke dalam laci yang biasa ia kunci . Ia berjalan meninggalkan ruangan sedikit terburu-buru agar bisa segera memulai rapat bersama karyawan kantor.
Dari arah lain Tasya baru saja ingin menemui Gabriel di kantornya . Ia berjalan menuju ruangan lelaki itu padahal resepsionis sudah mengatakan bahwa lelaki itu sedang rapat ,namun ia tetap memaksa . Tangan lentiknya membuka pintu , tidak ada siapapun disana .
Langkah kaki Tasya mendekati setiap sudut ruangan yang tertata rapi itu . Tidak ada yang spesial disana , semuanya terlihat biasa saja . Ia mendekati meja kerja Gabriel melihat sebuah foto yang terletak disana .
" ini ... " Tasya langsung menyimpan foto itu ke dalam tas dan membawanya pergi.
.
.
Linka tengah kesal dengan rama hari ini , lelaki itu tak kunjung menjemputnya . Padahal lelaki itu sudah berjanji untuk menemaninya untuk tes food dan melihat gedung pernikahan mereka . Ia melihat jam di dinding ruang kerjanya sudah menunjukkan pukul 2 siang .
" Ngeselin banget sih , di telpon juga gak di angkat " kesalnya , ia meletakkan handphone ke atas meja dengan kasar .
Terlihat ziva membuka pintu ruangan linka , melihat wanita itu dengan wajah yang memerah .
" Lo kenapa Lin ? " Ziva mendekati sahabatnya itu , ia datang membawa desainnya yang ingin di tunjukkan pada linka.
" Kesel gue , akhir akhir ini tuh rama susah di hubungin . Dia terlalu sibuk sama kerjaannya . Padahal pernikahan kita tinggal beberapa bulan lagi "
" Udah sabar aja , kan dia kerja juga buat masa depan kalian . Jangan marah-marah , ntar pas hari pernikahan mau Lo muncul kerutan " ucap ziva sembari mengajak wanita ini bercanda , sedikit menceriakan sahabatnya ini .
" hemm " dehemnya , ia melihat beberapa kertas yang di bawa ziva .
" Oh ia , ini hasil desain gue . Bagus ga.. " ucapnya memperlihatkan pada linka , wanita itu mengangguk . Ia selalu kagum dengan karya karya ziva , wanita itu sungguh berbakat .
" Ini sih udah kelas internasional ziv , desainnya bagus banget . Modelnya simple tapi tetep elegan gini "
" Kalau udah bagus , ini Lo langsung arahin ke anak anak ya rancangan gue ini. Ntar kalau ada kesulitan kabarin gue " ucapnya menyerahkan hasil karyanya pada linka .
" Oke siap bos " linka memberi hormat pada ziva , wanita itu memandang nya malas .
" kalau gitu gue balik duluan ya " ucap ziva
" Lah kok cepet? Tumben "
" Gabriel ngajakin pergi " ucapnya terlihat malu malu . linka kini tengah menahan tawanya , wanita itu terlihat menyukai lelaki itu .
" Beneran suka nih ? Bukannya Lo gak butuh laki laki ya buat bikin hidup Lo bahagia " sindir linka , ia sengaja memancing sahabatnya ini .
" Apasih cuma sekedar keluar doang apa salahnya " ia melangkah meninggalkan ruangan linka , wanita itu sempat menatap sinis sebelum menutup pintu .
Ia mendengus saat linka selalu saja menggodanya . Karena ziva masih ragu dengan perasaannya sendiri , ia hanya takut kecewa lagi . Sudah cukup untuk setiap air mata yang jatuh karena ekspetasi yang terlalu tinggi terhadap seorang lelaki . Ia hanya takut mengulang lembaran yang sama meski dengan orang yang berbeda .
" Yuk.. " Gabriel menggenggam tangan ziva saat wanita itu baru saja keluar dari lift . Mereka kini menjadi pusat perhatian karyawan karyawan butik ziva , namun lelaki itu tetap saja tak melepas genggamannya . Ia mendorong pintu kaca bening itu , membawa ziva menuju mobilnya .
" Mau kemana sih? " Saat ziva baru selesai mengenakan sabuk pengamannya . Ia melirik kearah Gabriel yang sedang fokus memutar stir mobilnya .
" Ketemu seseorang " singkat Gabriel , ia kini tengah serius menyetir mobil . Ziva hanya menggerutu pelan , ia menyesal mengapa mau saja ketika d ajak pergi dengan lelaki aneh ini . Ia seperti tidak mengenali dirinya sendiri , entah mengapa sulit sekali menghindari Gabriel . Hatinya selalu menolak ketika mulutnya ingin berkata tidak .
" Ini cowok emang aslinya ganteng banget ya " gerutu ziva dalam hati memandang kearah Gabriel , ia memperhatikan dari atas hingga bawah . Ia tak sadar bahwa dirinya tengah menampilkan sebuah senyuman lebar di bibirnya . Gabriel yang sadar wanita itu tengah mengamatinya langsung melirik kearahnya sebentar .
" Tau kok kalau gue ganteng , tapi gak usah kaya gitu juga liatinnya . " Kekeh Gabriel , ia kini sudah memandang kearah aspal di hadapannya . Lelaki itu tengah menahan tawa ketika sempat melihat wajah ziva yang memerah karena malu .
" Dih kepedean banget sih , siapa juga yang lagi liatin Lo. " Ziva kini memandang kearah jendela sebelah kirinya . Melihat keramaian ibu kota yang di kelilingi oleh beberapa gedung tinggi menjulang . Lampu lampu jalan yang masih belum terlihat cahayanya di siang hari .
" Kalau udah mulai suka ngaku aja , gak perlu malu .. " ungkapan Gabriel membuat Wanita itu mencubit lengan kirinya dengan kuat .
" Aduh ziv.. " keluh Gabriel
" Rasain ! " Ledek ziva menjulurkan lidahnya , tingkah wanita itu membuat Gabriel gemas. Ia menepikan mobilnya , menatap kearah ziva yang sedang tertawa bahagia setelah mencubit lengan gabriel .
" Lah kok berhenti sih " keluh ziva memandang kearah gabriel yang kini menyandarkan siku kanannya pada sisi mobil menghadap kearah ziva .
" Gabriel , ayo jalan.. " menarik ujung baju lelaki itu , jujur ia takut melihat tatapan Gabriel saat ini .
Lelaki itu memajukan badannya mendekati ziva , wanita itu terlihat gugup . Ia memejamkan matanya , meremas bajunya . Kedua tangan ziva sudah di pastikan kini tengah berkeringat dingin .
" Udah gue bilang , panggil Biel aja biar tambah akrab " bisiknya tepat di telinga kanan ziva , lelaki itu langsung menjauhkan tubuhnya. Ia tertawa keras saat melihat ekspresi ziva yang ketakutan , wanita itu memejamkan matanya dengan kening yang berkerut .
" Lo kenapa ? " Tanya Gabriel
Ziva langsung membuka matanya , ia berusaha bersikap biasa saja saat melihat Gabriel yang sudah jauh darinya .
" Mm , gue.. "
" Lo pasti ngira gue mau nyium Lo ya " ledek Gabriel , ia sedang menahan tawanya .
" Udah deh gak lucu . Jalan sekarang atau gue turun ! " Ancam ziva melipat tangan kedadanya . Ia berusaha menutupi rasa malunya di hadapan lelaki itu . Pergi bersama Gabriel memang sangat menguji kesabarannya. Gabriel tidak habis habisnya membuat ia merasa kesal .
" Galak banget sih " kekeh Gabriel , ia menggeleng pelan melihat kearah ziva . Lelaki itu langsung melajukan mobilnya .
" Ini rumah siapa ? " Tanya ziva , saat lelaki itu memasuki perkarangan rumah yang cukup mewah . Gabriel Langsung memarkirkan mobilnya .
" Kakakku , ayo turun .. " Gabriel turun dari mobil , ia membukakan pintu untuk ziva . Wanita itu seperti ingin menahan kakinya untuk tidak keluar dari mobil . Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana di hadapan kakak Gabriel .
" Udah , jangan kelamaan mikir " Gabriel menarik tangan ziva , ia menutup pintu mobil . Menggandeng tangan ziva hingga ke depan pintu rumah itu .
" Ting tong.. "
Lyona membuka pintu , ia sedikit kaget melihat Gabriel bersama ziva di hadapannya .
" Hai kak.. " sapa Gabriel memeluk kakaknya , lyona membalas pelukan tersebut lalu menatap kearah ziva.
" Apa kabar ziva.. " lyona memeluk ziva , wanita itu tidak membalas pelukan tersebut . Ia hanya terdiam dengan pikirannya yang sedang bertanya tanya . Ia menatap kearah Gabriel di sampingnya . Menandakan bahwa dirinya butuh jawaban .
" Aku sering cerita tentang kamu sama kak lyona " ungkap Gabriel seolah mengerti tatapan dari ziva barusan .
" Yuk masuk .. "lyona menarik tangan ziva , wanita itu hanya tersenyum kecil .
" Bi Ima , bikinin minum buat ziva dan Biel ya .. " ucap lyona pada pembantunya yang di balas anggukan kepala .
Lyona tersenyum memandang kearah ziva , ia memegang kedua tangannya . Kedatangan ziva membuatnya bahagia namun ziva sangat risih , ia lagi lagi berusaha memberitahu Gabriel .
" Udah sih kak , kaya kedatangan artis aja " canda Gabriel melihat kearah kakaknya .
" Kamu makin cantik aja ya sekarang " ucap lyona , wanita itu mengernyitkan dahi . Perkataan wanita ini seolah menandakan mereka pernah bertemu sebelum ini . Namun ia merasa tidak mengenal wanita ini .
Ziva memejamkan matanya , ia berusaha untuk mengingat . Namun lagi lagi ia tak menemukan apapun .
" Kak.. " Gabriel menatap tajam kearah kakaknya .
" Gabriel pernah kasih lihat fotomu , ternyata makin cantik setelah ketemu langsung " jelasnya sambil tersenyum .
Ziva mengangguk tanda mempercayai pernyataan tersebut .
" Kamu sibuk apa ziva?" Tanya lyona
" Ngurus butik aja sih kak " singkatnya , ia mengamati lyona terus menerus . Wanita di hadapannya memang sangat mirip dengan Gabriel . Ia sangat cantik dengan tinggi yang semampai .
Bi Ima datang membawakan nampan berisi minuman dan makanan . Ia langsung menyuruh mereka untuk menikmatinya .
" Saya permisi dulu " bi Ima tersenyum ke arah ziva sesaat setelah meletakkan nampan di atas meja . Ia berlalu meninggalkan ziva , Gabriel bersama lyona .
" Ayo di minum dulu.. " lyona melihat ziva yang sejak tadi masih sangat canggung , bahkan untuk membenarkan rambutnya saja ia enggan melakukannya . Kini tubuhnya seakan kaku tak bisa banyak bergerak .
" Ziv.. " Gabriel melambaikan tangannya di hadapan wanita cantik itu .
" Mm.. iaa " ia meraih cangkir berisi teh hangat , meminumnya hanya beberapa tegukan saja .
" Bentar ya .. " Gabriel melihat handphonenya yang berbunyi , ia berjalan menjauhi ziva dan lyona .
Ziva hanya memperhatikan Gabriel dari jarak yang cukup jauh mengangkat telpon . Lelaki itu terlihat serius , entah dengan siapa ia sedang berbicara . Namun ziva seperti tidak bisa tenang jika belum mengetahuinya .
" Kak.. "
" Ia ziv , kenapa ? "
" Biel orang yang seperti apa? " tanya ziva cukup pelan , ia terlihat malu untuk menanyakan hal tersebut . Namun lyona sepertinya telah mengetahui maksud dari wanita cantik di hadapannya .
" Biel orang yang tegas dan dingin tapi dia bisa luluh kalau sama orang yang dia cintai . Biel bukan lelaki yang mudah untuk jatuh hati atau sekedar menebar janji " singkat lyona memandang kearah ziva .
Wanita itu mengernyitkan dahi, ia makin yakin bahwa Gabriel tidak benar benar mencintai dirinya . Bagaimana bisa orang yang sulit jatuh hati bisa mengatakan suka hanya dalam perkenalan yang singkat .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments