Langkah kakinya tergesa-gesa ketika merasa ada seseorang yang tengah mengikutinya . Ini pertama kali ia berjalan sendiri di malam hari . Entah kenapa ia tidak langsung pulang setelah dari kampus .
Kedua lutut ziva terasa bergetar , ia takut sekali jika seseorang menarik tangannya secara tiba tiba .
" Hai.. " seorang mengalungkan tangannya memeluk pundak ziva .
" Awww.. " rintih Gabriel ketika ziva berhasil menghajarnya dengan siku runcingnya itu.
" B-biel.. " ziva menoleh kearah suara yang merintih. Yap , Gabriel sedang meringis memegang perutnya.
" Maaf.. " ucapnya yang sudah menghentikan langkah dan memegang perut Gabriel yang berlapis baju. Ia sadar itu pasti sangat sakit. Karena ia mengeluarkan seluruh tenaganya.
" Ternyata kamu galak juga ya " ucapnya di iringi kekehan pelan.
" Kamu mengagetkan aku Gabriel , aku sudah ketakutan " ziva melirik jalanan yang cukup sepi dan gelap.
" Kenapa kamu berjalan sendirian? Ini sangat berbahaya ziva "
Ziva menunduk , ia sebenarnya hanya ingin menikmati kota London . Tapi ternyata ia sampai lupa waktu.
" Aku duduk di taman sejak sore hari dan entah mengapa aku sangat bahagia . " ia menampilkan sebuah senyuman manis .
Gabriel terpaku , sejak pertama bertemu wanita ini ia sudah menaruh hati .Senyuman itu seolah memberinya energi yang luar biasa . Ia benar benar ingin memiliki wanita di hadapannya ini. Meski ziva tidak begitu merespon perasaannya.
" Ya sudah , mari pulang " ucap Gabriel menarik tangan ziva . Namun wanita cantik itu menggeleng , ia sama sekali tak bergerak dari tempatnya.
Gabriel menautkan alisnya , wanita ini bertingkah layaknya anak kecil . Begitu menggemaskan .
" Aku masih ingin berjalan jalan." Ia menampilkan deretan gigi behelnya saat tersenyum lebar . Matanya berkedip kedip seperti tengah memohon . Siapa yang tak luluh jika sudah begini.
Gabriel mengerti sekarang , belakangan ini ia dan azima terlalu sibuk urusan masing masing . Sedangkan ziva memang tidak satu kampus dengan mereka . Jadi tak banyak waktu bersama . Intinya Wanita ini kesepian , ia butuh teman untuk sekedar membawanya bermain.
" baiklah , aku akan mengajakmu melihat London lebih jelas . Kau pasti senang " Gabriel menatap dua bola mata itu. Mata dan senyuman indah yang berhasil membuatnya candu.
" Yeayyy ... Thank you Gabriel " tanpa sengaja , wanita mungil itu memeluk Gabriel erat .
" Degh!! " Jantung Gabriel lagi lagi berdegup sangat hebat . Hanya karena sentuhan wanita ini pada dirinya. Ia merasakan aliran darahnya berdesir hebat .
Bisa kah pelukan ini lebih lama. Pikirnya.

Gabriel dan Ziva berdiri dekat dengan London Eye . Ziva sedari tadi tidak mengerjapkan matanya melihat benda di hadapannya. seperti komedi putar raksasa dengan lampu warna warni yang menyala indah .
3 bulan berada disini , ziva memang baru mendatangi tempat ini . Wajar saja , ia sibuk kuliah dan tak memiliki banyak waktu. Lagi pula tak ada teman yang mau di ajak . Bukan tak ada , tapi ziva tak ingin pergi dengan sembarang orang . Ia sebenarnya memang membatasi pertemanannya. Mengingat London termasuk kota dengan pergaulan yang cukup bebas .
" Yuk naik, aku udah pesen tiketnya " Gabriel menarik tangan ziva mendekati tempat untuk memasuki London Eye . Tanpa di sadari ziva tersenyum ketika tangan itu terus menggenggam.
" Kenapa denganku? " Ucapnya dalam hati .
Mereka kini telah berada di dalam London eye yang tengah bergerak dengan kecepatan 0,26 perdetik . hanya berdua di dalam ruang tersebut. Ziva terus saja mengamati kota London di malam hari , sangat sangat indah .
Hingga bola mata ziva dan Gabriel bertemu di tengah London eye yang terus bergerak . Lelaki itu masih menggenggam tangan ziva erat . Gabriel malah mendekati wajahnya pada ziva .
Nafasnya memburu , ia merasakan bau mint pada mulut lelaki itu .
" Cup.. " sebuah kecupan hangat telah mendarat sempurna pada bibir ranum ziva . Wanita itu cukup tersentak dengan perbuatan Gabriel . Membelalakkan matanya menatap lelaki itu . Namun ziva tak langsung menjauhkan dirinya . Gabriel malah memegang tengkuknya dan melumat bibirnya ziva .
Betapa kagetnya Gabriel ketika ziva mulai merespon ciuman itu . Mengalungkan tangannya pada leher Gabriel . Mereka hampir lupa waktu , hingga buru buru menyudahinya karena London eye akan segera berhenti.
Ziva memalingkan wajahnya karena malu , tak seharusnya ia melakukan itu pada Gabriel . Ia tahu azima menyukai lelaki ini , tapi ada apa dengannya . Ia sama sekali tak bisa menolak Gabriel . Dan lagi ia tak ingin membuka hati terlalu cepat mengingat luka lamanya belum benar sembuh dan mengering.
" Ziv.. " Gabriel memegang tangan ziva , ia melihat ziva menangis . Gabriel mengusap air matanya lembut.
" Maafkan aku ziva tapi aku sungguh mencintaimu.. " ucapan itu semakin membuat ziva terisak kuat . Ia menggeleng cepat.
" Gak mungkin Gabriel , ini salah . kamu baru mengenalku . Kamu bahkan sudah mengenal azima bertahun tahun , mana mungkin perasaan itu tumbuh untukku dan tidak ada pada azima " ia memandang Gabriel dengan liquid beningnya .
" Aku hanya menganggap azima sebagai sahabatku , tidak lebih . Aku benar benar jatuh hati dengan mata dan senyummu ziva sejak pertama kali melihatmu" ia mengelus pipi Gabriel .
Lagi lagi ziva menggeleng cepat .
" Aku sudah terlalu takut untuk jatuh cinta Gabriel. Pengkhianatan yang di lakukan mantan kekasihku sangat membuat aku hancur . " Ia kembali terisak , setelah cukup lama untuk tidak membuka lembar cerita lamanya.
" Ziva , aku tidak pernah seyakin ini dengan wanita . Bahkan saat aku mengenal azima bertahun tahun , rasanya beda saat aku menatapmu ."
" Dulu aku sempat berpikir bahwa sebuah ikatan hanya akan menyusahkan aku . Dari banyak wanita yang pernah ku dekati , tak satupun aku jadikan kekasih .
Tapi entah mengapa saat kau hadir , aku ingin kau menjadi milikku.bahkan menikah denganmu saat ini aku siap " Lanjutnya terus terang .
Ya , Gabriel sempat tak mempercayai sebuah ikatan . Mengingat sejak kecil ia selalu di kekang . Membuatnya ingin bebas terbang sesukanya . Namun kali ini berbeda , Gabriel sangat menginginkan ziva . Ia cemburu jika ada lelaki yang bahkan hanya menyentuh tangannya .
Tapi ia sadar jika dirinya tak memiliki hak dalam hidup wanita itu.
" Kau tidak lagi ingin membuat aku menjadi mangsamu kan Gabriel ? " Suara itu terasa berat . Ziva menatap sorot mata itu . Tak seperti sedang bermain . Ia benar benar tulus .
" Aku akan membuatmu percaya , jika aku benar mencintai kamu ziva. Aku berjanji untuk tidak mengecewakan kamu , karena aku tidak pernah bermain main pada setiap ucapanku. " menggenggam tangannya .
" Buktikan"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments