Lelaki itu membuka pintu butik mikik ziva, ia berjalan dengan gagah kearah karyawan butik . Orang yang berada disana menoleh kagum kearah Gabriel , wajar saja ia memiliki wajah yang tampan dan gayanya yang begitu diminati kaum hawa . Sesekali tangannya membenarkan rambutnya yang disisir ke samping kanan .
" Saya mau bertemu ziva , yang punya butik ini " ucap Gabriel
" Sudah membuat janji ? " Tanya perempuan mengenakan baju seragam itu .
" Ya " singkat Gabriel . Memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya.
Karyawan tersebut mengantarkan Gabriel ke lantai 2 butik ziva , dimana letak ruangan gadis itu berada . Ia membuka pintu dan mempersilahkan Gabriel untuk masuk ke dalam .
" Maaf Bu ziva , ada yang mencari .. " ucap karyawan tersebut , ziva yang sibuk merancang busana itu menoleh kearah suara . Ia terdiam sejenak melihat Gabriel yang sudah ada di hadapannya .
Gadis itu memberi isyarat kepada karyawannya untuk meninggalkan ia bersama Lelaki itu .
" Mau ngapain sih Lo pake Dateng kesini .. " ketus ziva memandang kearah Gabriel .
" Lo lupa ya ? Gue pacar Lo sekarang .. " lelaki itu duduk seenaknya di sofa , meletakkan tangannya kearah belakang kepala menyandarkan dirinya . Ia menghirup bau ruangan ber AC yang cukup wangi ini . Aromanya sangat khas membuat nyaman penciumannya .
" Gue tuh bingung sama Lo ya , Lo ini gak jelek jelek banget . Kaya juga , masa gak ada yang mau sama Lo? Kenapa Lo harus maksa gue jadi pacar Lo . 1 bulan pula " ucapnya menatap malas kearah Gabriel yang terpejam disana.
Lelaki itu membuka matanya, menaikkan sebelah alis. ia berjalan mendekati ziva yang berada di kursinya. Mengunci gadis itu dengan kedua tangannya.
" Lo mau lebih dari 1 bulan? " Gabriel mendekati wajah ziva . Sangat dekat hingga manik mata mereka saling bertemu . Gadis itu terlihat gugup , ia membuang wajahnya menghadap arah lain .
" Apaan sih Lo " mendorong tubuh Gabriel menjauhinya.
" Ikut gue.. " Gabriel memegang tangan ziva , gadis itu kaget di buatnya.
" Kemana ? "
" Bisa gak ,Lo gak perlu bawel . Ini udah jam makan siang juga. " Gabriel memaksa gadis itu berdiri , ziva hanya mengikutinya saja . Meraih tasnya dan membiarkan tangan kanannya di genggam oleh Gabriel .
Semua orang di dalam butik hanya memandang heran kearah keduanya , untuk pertama kali melihat bos mereka di gandeng mesra orang seorang lelaki . Sayangnya mahalini tidak ada untuk menyaksikan moment langka itu .
Selama di dalam mobil ziva hanya diam saja , ia tak banyak berbicara seperti biasanya . Memainkan handphonenya sengaja tidak ingin melihat kearah samping . Gabriel yang sedari tadi menyetir , sesekali menoleh . Melihat ziva dengan wajah manyunnya itu .
" Lo gak mau nanya lagi kita mau kemana ? " Tanya Gabriel .
Ziva mendengus sebal , ia sebenarnya ingin bertanya . Tapi lelaki itu nanti terus mengatakan bahwa dirinya bawel .
" tadi gue nanya Lo bilang gue bawel , gimana sih " kesal ziva . Lelaki itu hanya terkekeh , gadis ini begitu galak .
" Ketemu Tasya " ucapnya .
" Hah? Siapa dia.. ?"
" Cewek yang mau di jodohin sama gue . " ucapnya .
" Emang dia percaya gtu kalau gue pacar Lo ? " Tanya ziva
" Engga , makanya gue butuh 1 bulan buat bener bener ngeyakinin dia . Setidaknya sampai dia gak mau deketin gue lagi "
" Dih sok ganteng banget sih Lo jadi cowok " hina ziva , ia merasa lelaki ini terlalu jual mahal . Padahal ia sendiri tidak melihat ada yang spesial darinya.
" Terserah elo mau ngomong apa , yang pasti gue gak mau nikah sama cewek manja itu. Jadi Lo harus bantuin gue . " Gabriel kembali fokus menyetir .
Lelaki itu memarkirkan mobilnya di sebuah Cafe yang cukup mewah , ia turun dari mobil membukakan pintu untuk ziva . Gadis itu di buat bingung dengan perlakuan manis laki laki ini .
"bersikaplah sebagai sepasang kekasih " bisik Biel di telinga ziva , lalu menutup pintu mobil kembali. Ia berjalan sembari merangkul ziva . Gadis itu diam tak berkutik , ia merasa gugup sekali . Wajahnya sudah memerah namun berusaha tak ia perlihatkan kepada Gabriel.
Mereka menuju sebuah meja, dimana ada seorang wanita cantik yang telah menunggu disana . Ia tersenyum melihat Gabriel , melambaikan tangannya .
" Kamu kok lama sih " wanita itu bersemangat berbicara pada Gabriel hingga sorot matanya menoleh ke samping . Dimana ziva yang tersenyum kaku kearahnya .
" Dia siapa ? " Tanya Tasya , ia langsung berdiri dari duduknya.
" pacarku " singkat Gabriel memberi kode kepada ziva.
" Hai , aku ziva.. " gadis itu sedikit gugup mengulurkan tangannya pada Tasya .
" Tasya .. " jawabnya tersenyum tipis.
Mereka bertiga kembali duduk , di posisi ziva dan Biel bersebelahan menghadap Tasya . Wanita itu sejak tadi terus memandang ke arah ziva .
Mereka langsung memesan makanan , karena sudah masuk jam makan siang .
Tasya banyak sekali bertanya , ia mencurigai hubungan mereka berdua .
" Sejak kapan kamu punya pacar ? Aku tahu kamu tidak akan pernah bisa melupakan dia." tasya memandang serius kearah Gabriel dan Ziva . Ia seolah tak percaya bahwa gadis ini adalah tambatan hati lelaki itu.
" Kamu tidak mengenalku dengan baik"
" Kenapa kamu pilih dia ? " Tanya Tasya lagi , entah ada apa dengan gadis ini . Ia seperti sedang melakukan penyelidikan kasus berat .
" Karena dia bukan kamu. " Gabriel memandang kearah Tasya .
" Gabriel , kenapa kamu selalu membenciku .. " lirih Tasya , ia berusaha memegang tangan Gabriel .
" seharusnya tanyakan pada dirimu sendiri . Kamu tahu dengan baik jawabannya ." Gabriel menepis tangan Tasya darinya .
" Sekarang lupakan tentang obsesimu untuk menjadi istriku , sampai hari ini aku tidak akan pernah mau membuka hati untuk kamu . Bahkan setelah aku kehilangan " sambung Gabriel lagi .
Tasya beranjak dari duduknya , ia pergi meninggalkan Gabriel begitu saja . Air matanya sudah jatuh di kedua pelupuk matanya.
" Kok Lo jahat banget sih sama cewek " ziva memukul lengan Gabriel cukup kuat , lelaki itu memegang lengannya.
" Lo gak tahu apa apa tentang hidup gue "
" Tapi gue rasa Lo keterlaluan , kasihan tau . " Ziva beranjak dari duduknya .
" Lo mau kemana ? "
" Pulang . Gue gak mau lanjutin lagi ide gila Lo. Terserah Lo deh kalau mau laporin gue ke polisi " ucapnya , ia pergi meninggalkan Gabriel begitu saja .
Lelaki itu meletakkan uang di meja membayar pesanan mereka . Ia langsung mengikuti ziva yang sudah terlebih dahulu keluar dari cafe tersebut .
Dari arah depan , tampak mobil putih sedang melaju kearah ziva . Gabriel melotot melihatnya , ia langsung menarik ziva menghindari mobil tersebut .
" Brakk "
Dua orang itu jatuh di aspal ,gadis itu baik baik saja namun sayangnya siku Gabriel berdarah . Ziva terdiam sejenak , ia masih syok mengalami kejadian barusan . Seseorang seperti ingin mengambil nyawanya .
" Lo gak apa apa ? " Gabriel membantu ziva berdiri .
" Gue baik baik aja , cuma kaget . Tapi siku Lo berdarah . Kita ke butik gue aja ya , ntar gue obatin " ucap ziva . Gabriel mengangguk pelan .
" Sini gue yang bawa mobil " ziva mengambil kunci mobil dari Gabriel . keduanya langsung menuju butik ziva .
.
.
" Aww . Pelan pelan " rintih Gabriel saat gadis itu memberikan betadine pada lukanya.
" Cengeng banget jadi cowok " Ziva melihat kearah Gabriel.
" Jujur sama gue, Lo pasti tahu siapa yang hampir nabrak gue .. "
Gabriel hanya diam , ia mencurigai seseorang tapi tidak ingin berkata jujur . Memilih untuk tidak membuka mulut , karena ia tak memiliki bukti yang kuat .
" Seumur hidup , kayanya gue gak Pernah punya musuh . Tapi setelah gue berurusan sama elo , baru nih muncul . " Gadis itu tak berhenti berbicara , ia berharap lelaki ini mau berkata jujur padanya.
" Please Lo harus bantuin gue , hanya untuk 1 bulan ini . Setelah Tasya benar benar membatalkan pertunangan kita ." ucap Gabriel . Ziva menggeleng cepat , ia tidak ingin meneruskan rencana gila lelaki ini .
" Gue gak mau .. "
" gue mohon banget sama Lo . Lupakan soal tabrakan , gue gak akan minta pertanggung jawaban tentang itu . Tapi gue mohon , Lo harus bantu gue . Gue gak mungkin nikah sama Tasya " ia menangkup kedua tangan memohon pada ziva . Tatapannya sangat meluluhkan hati gadis ini .
" Yaudah deh " pasrah ziva.
" Makasih ya , gue berharap kita bisa jadi teman " ia mengulurkan tangannya , ziva tersenyum kecil menerima jabatan tangan itu .
Gabriel menatap bola mata ziva , ia memandangnya cukup lama . Tampak kehangatan yang selalu dirindukannya berada pada kedua mata itu .
" Udah selesai nih " ziva telah membalut luka Gabriel . Ia beranjak menyimpan kotak P3K nya di atas lemari .
" Yaudah gue pamit pulang dulu , oh iya Lo sekarang harus hati hati. Kalau ada apa-apa langsung hubungi gue "
" Ia , Lo juga bawa mobil yang bener " ucap ziva .
Gabriel tersenyum, ia melangkah keluar dari ruangan ziva berpapasan dengan linka yang berjalan masuk. Ia sempat menoleh kearah Gabriel hingga lelaki itu lenyap dari pandangan nya .
" Itu Gabriel kan, ngapain dia kesini..? " Menunjuk kearah luar lalu membalikkan badannya. linka mendekati ziva.
" Ngobatin dia, tadi ada yang hampir nabrak gue, pas kita lagi makan siang " ucap ziva, menyusun buku buku di mejanya.
" Hahh? Lo di tabrak ? Sama siapa? Lo gpp ? Baik baik aja kan ? " linka berbicara tanpa jeda , persis seperti mamanya .
" Lo tuh ya kalau nanya tu satu satu " ziva duduk di kursinya, meneguk air di botol . Tenggorokan gadis itu terasa kering sekali sejak tadi .
"jadi gimana? " rasa penasaran linka masih belum reda.
" Gue gak tahu siapa yang nabrak, mobilnya kenceng banget . Udahlah gue gak mau bahas itu "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments