Hari telah berganti menjadi pagi. Tania mulai membuka matanya. Sementara Dio sedang duduk di sampingnya. "Kau sudah bangun sayang? Ayo sarapan dulu. Dari semalam kau tidak makan apapun." ajak Dio sambil membantu Tania duduk. Dio merasa bersyukur karena kondisi Tania membaik. Setidaknya ia tidak histeris seperti semalam.
Dio menyuapkan bubur ke mulut Tania. Tapi mulut Tania masih saja tertutup. Ia tidak mau membuka mulutnya. "Aku tidak lapar mas. Lebih baik aku tidak usah makan. Lebih baik aku mati. Sebagai wanita aku merasa tidak sempurna. Anak ini adalah harapan terakhirku. Tapi semuanya musnah." Ucap Tania sambil menangis terisak.
Dio mendekatkan diri ke Tania. Berusaha menenangkan Tania dengan memberi pelukan. "Allah sudah memberi mu'jizatnya satu kali. Bukan berarti dia tidak akan memberi lagi. Yang penting kamu harus bangkit. Kita sama-sama berdoa. Kalaupun tidak punya anak, Mas akan tetap sangat menyayangimu. Sudah mas bilang anak bukanlah yang terpenting. Asal bersamamu mas sudah sangat bahagia." Ucap Dio
Ucapan Dio ternyata berhasil menenangkan Tania. Tapi semuanya tidak semulus itu. Di depan pintu Dira merasa terbakar api cemburu melihat kemesraan mereka berdua. Ia mengetuk pintu kemudian masuk tanpa meminta ijin terlebih dahulu. "Pagi mbak, Saya temannya mas Dio. Saya mendengar mbak masuk ke rumah sakit yang sama dengan anak saya di rawat. Saya sangat berterima kasih karena ternyata hasil sumsum tulang belakang mas Dio cocok dengan anak saya. " jelas Dira sambil tersenyum palsu
Tania masih belum mengerti maksud ucapan Dira. Ia menatap Dio dengan tatapan heran. "Hasil sumsum tulang belakang apa mas?" tanya Tania. Sementara Dio sudah takut jika Dira memberi tahu semuanya ke Tania. Dio belum siap meninggalkan Tania. Apalagi membuat Tania sampai terpuruk kembali.
" Begini mbak. Anak saya menderita leukimia. Jadimembutuhkan donor sumsum tulang belakang. Mas Dio telah berbaik hati menolong anak saya. Dia bersedia menjadi pendonor." Jelas Dira
Dio memandang wajah Dira. Ternyata dugaan Dio salah. Dira tidak membongkar semua rahasinya ke Tania. " Iya sayang. Dialah teman yang mas maksud kemarin." jelas Dio
" Oh jadi ini alasan mas gak pulang kemarin. Maaf mas aku sudah salah sangka. Jika aku sudah baikan, Aku ingin sekali melihat anakmu. Maaf siapa nama anda" tanya Tania
" Iya hampir saja lupa. Nama saya Dira mbak siapa namanya.?"tanya Dira
" Kita sudah mengobrol panjang, Tapi kita lupa mengenalkan diri kita ya. Nama saya Tania." ucap Tania sambil menyodorkan tangan pada Dira.
" Kenapa sarapannya tidak di habiskan mbak. Mbak harus makan yang banyak. Mbak harus cepat pulih. Saya doakan semoga mbak cepat hamil kembali." ucap Dira
" Iya terima kasih." Ucap Tania pada Dira. Namun dalam hati Tania tidak ada keyakinan sama sekali. " Dokter saja sudah bilang aku akan sulit hamil kembali" batin Tania.
Di dalam ruangan Dira menyaksikan Dio menyuapi Tania secara perlahan. Terlihat Tania sudah mengahabiskan separuh buburnya. Dio dengan lembut mengelap mulut Tania yang masih ada sisa makanan. Setelah itu Dio mengelap tubuh Tania. Dira merasa sangat geram melihat perhatian Dio ke Tania. Namun Dira berusaha menyembunyikan kemarahannya.
Setelah selesai mengurus Tania. Dio akhirnya minta ijin Tania untuk menemui dokter. Sore ini Dio akan di periksa kembali. Lalu jika tidak ada kendala Dio akan melakukan operasi sumsum tulang belakang. "Mas pergi dulu ya sayang. Kamu gak apa kan di tinggal sendiri." tanya Dio sambil mengecup kening Tania berulang kali.
" Iya mas gak apa. Tadi Aicel telpon, Dia akan segera tiba di sini. Jadi aku tidak akan kesepian. Berhentilah menciumku di depan Dira. Malu mas." ucap Tania
" Ah sudah tidak apa kok." ucap Dira dengan senyum palsunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Yus Gerin
aku kurang ngeh baca nya
2021-09-08
0
Maya Astuti
Tania di bodohin mau saja,langsung percaya gt
2021-07-31
0
Rahmat Soiku
tania semangat
2021-01-19
0