BERNOSTALGIA

Pemuda itu menoleh membalikkan badannya dan melihat wajah si wanita.

"Aku harus magang, kalau Aku temani Kamu, nanti Aku kehilangan kesempatan untuk kerja"

Si wanita mengerti akan ucapan pemuda itu, Ia pun melepaskan tangan si pemuda dan berkata,

"Terimakasih sudah Kasih Aku ongkos"

Setelah itu si wanita pergi berjalan ke pos petugas, namun di tengah perjalanannya ada dua orang laki-laki yang mengganggu wanita itu.

"Kalian mau apa?"

"Uang... Mana uang, kalau Lo gak kasih Kita uang, Lo gak bisa lewat di jalan ini"

"Tapi Aku gak punya uang"

"Ah... Masa cewek secantik Lo gak punya uang, sudah cepat mana sini"

Pinta dengan paksa para berandal jalan pada si wanita, melihat wajah yang garang dan kasar, si wanita itu memberikan uang yang tadi di beri oleh pemuda tadi.

"Ini.. Aku cuma punya ini, tolong jangan ganggu Aku"

Mendengar kegaduhan di belakangnya, pemuda itu membalikkan badan dan melihat kejadian itu.

"Ya ampun bagaimana bisa Aku tinggalkan wanita itu, itu kan berandal jalanan"

Mau tak mau pemuda itu menghampiri si wanita.

"Hey.. Tunggu"

Si berandal berhenti melangkah.

"Mana uang wanita tadi"

Pinta si pemuda dengan suara yang berani.

"Ini sudah milik Kita, memang Lo mau apa?"

"Balikin... Itu uang Gue"

Namun si berandal enggan mengembalikan uang tersebut, si pemuda geram Akhirnya Ia meninju wajah salah satu berandal itu.

"Brengsek, berani Lo sama Gue"

Si berandal ingin membalas, namun pukulannya meleset, dan si pemuda kini mengunci berandal dengan tangannya.

"Gue bilang balikin uang tadi"

"Lepaskan Gue... Gue akan panggil teman-teman Gue baru tahu rasa Lo"

"Cepat... Mana uangnya"

Ucap dengan teriak si pemuda pada si berandal.

Si wanita kaget sekaligus kagum melihat betapa kuatnya pemuda itu melawan si berandal, namun si berandal terus enggan mengembalikan uang itu, kini si pemuda mencengkeram leher si berandal dengan kuat, membuat nafas si berandal mulai sesak.

si wanita menjadi takut melihat itu, Ia pun berbicara untuk berhenti.

"Mas sudah nanti Dia bisa mati"

Ucap kekhawatiran si wanita, tapi karena merasa sudah tak kuat akhirnya si berandal mau juga mengembalikan uang itu.

"Oke.. Oke.. Ini uangnya lepasin Gue sekarang"

Setelah mengambil uang itu pemuda itu pun melepaskan cengkeramannya, namun tiba-tiba saja, segerombolan teman dari si berandal ini terlihat sedang berjalan menghampiri Mereka.

"Ayo lari..."

Ajak si pemuda dengan menarik tangan si wanita.

"Heh jangan kabur Lo, woy... Cepetan kejar"

Ucap si berandal yang di cekik lehernya tadi dengan suara yang kencang.

Pemuda dan wanita itu pun berlari, entah kemana tujuannya kemudian terdengar suara kereta api yang ingin berangkat menuju stasiun kota tua.

"Itu.. Keretanya Mas"

Mereka pun berlari, dan memasuki gerbong kereta tanpa membawa tiket.

"Sialan... Mereka lolos"

Ucap kekesalan para berandal itu.

Dengan nafas terengah-engah Mereka pun berhenti berlari dan langsung duduk di kursi penumpang, pria itu pun marah kepada si wanita, mengapa mau memberikan uangnya begitu saja pada berandal itu.

"Ya Aku takut, dari pada Aku di bunuh"

"Mereka gak akan bunuh Kamu, disitu banyak orang"

Ucap si pemuda dengan suara meninggi, namun si wanita hanya terdiam dan terlihat ingin menangis.

"Eh... Eh... Jangan nangis dong, nanti orang pikir Aku ngapain Kamu"

"Aku minta maaf tapi jangan marah-marah bisa kan?"

Si pemuda itu jadi merasa simpatik mendengar kata-kata si wanita.

"Ya Aku minta maaf, aduh... Tuh kan Gue jadi bolos magang deh"

"Aku minta maaf lagi, sudah buat Kamu bolos, harusnya Aku tadi gak minta tolong Kamu, maaf"

Ucap si wanita meminta maaf untuk kesekian kalinya dengan suara memelas, hal itu membuat si pemuda jadi merasa kasihan.

"Oke, sekarang sudah terlanjur Aku bolos, jadi Aku akan antar Kamu sampe rumah"

Si wanita merasa senang mendengar dirinya akan di temani dan di antar hingga pulang.

"Aku janji Aku akan bayar uang yang Kamu kasih ke Aku, tapi nanti ya.. Kalau uangnya sudah terkumpul"

Pemuda ini merasa aneh, mengapa bisa Dia si wanita ini bepergian tanpa membawa uang sepeserpun.

"Kamu kenapa sih gak bawa uang sama sekali, padahal uang itu penting apalagi sedang bepergian"

"Aku tadinya bawa uang, tapi hanya cukup untuk bulak balik naik kereta, Aku gak tahu udah bulak balik naik kereta dua kali, tapi Aku gak tahu kereta mana yang akan mengarah ke kota tua"

Si pemuda mendengarkan cerita si wanita dengan seksama.

"Jadi intinya Kamu nyasar"

Si wanita hanya tersenyum, tak lama kereta pun berhenti di stasiun yang di tuju.

Mereka berdua turun dari kereta dan berjalan bersama menuju tempat kediaman si wanita.

"Ngomong-ngomong Kita belum kenalan nama Kamu siapa?"

Tanya si pemuda dengan terus berjalan.

"Aku Anita, Kamu?"

"Aku Seno"

Dari sini lah Mereka berkenalan dan mulai dekat.

"Maaf ya tadi sudah marah-marah sama Kamu"

Anita tersenyum dan Ia pun meminta maaf lagi karena telah menyita waktunya hanya untuk mengantarnya pulang.

"Ya gak apa-apa kesempatan kerja masih banyak kok"

"Emangnya Kamu lagi butuh banget ya pekerjaan"

Seno hanya tersenyum seadanya, padahal Seno dari keluarga berada mudah baginya mencari pekerjaan dimanapun karena sesungguhnya kedua orang tuanya punya perusahaan keluarga yang akan terus menerus di warisi oleh keturunan keluarga.

"Oh iya Kamu tadi terluka, boleh Aku lihat lukanya"

"Oh... Ini.. Ini mah kecil, besok juga sudah sembuh kok"

Anita merasa lega Ia pun tersenyum senang mendengarnya, dan pertama kalinya Seno menatap wajah wanita yang sedang tersenyum di hadapannya.

Seno pun merasa terpukau dan terpana akan senyuman indah yang di pancarkan Anita, hingga membuat Seno menjadi gugup saat itu juga.

"Kamu kenapa?"

"Gak... Gak kenapa-kenapa"

Dalam hati Seno berkata,

"Aduh kenapa Gue jadi grogi ya, padahal ini cewek aneh banget kelihatannya"

Dan sampailah Mereka di seberang jalan rumah Anita.

"Tante"

Anita memanggil sang Tante yang berada di depan halaman, Seno hanya bisa melihat kelakuan konyol Anita.

"Ngapain dadah dadah sih, nanti juga kan ketemu di rumah"

"Ih.. biarin.. Ini tuh cara Aku menyapa dan menyambut orang rumah"

Seno hanya terdiam merasa aneh dengan sikap Anita, dengan terus tersenyum pada sang Tante, membuat Anita lupa jika Ia sedang berada di pinggir jalan lalu lintas kendaraan.

Saat ingin menyeberang dan hendak melangkah Seno melihat mobil dengan kecepatan penuh akan melintasi Mereka, dengan cepat Seno menarik tangan Anita hingga Anita kini berada dalam dekapan Seno, kejadian ini lah asal muasal perasaan suka telah tumbuh di antara Mereka.

Mereka pun saling berpandangan jantung keduanya berdetak tak menentu, seperti waktu terhenti sesaat, Anita menatap wajah Seno begitu dekat.

"Dia tampan sekali"

Ucap dalam hatinya dengan terus menatap wajah Seno.

"Kenapa jantung ini berdebar terus ya"

Ucap jelas Seno merasa dirinya gugup, dan Kini Mereka saling melepaskan tangan.

"Kamu kenapa sih ceroboh banget"

Untuk menghilangkan rasa gugup Seno malah memarahi Anita.

"Maaf.. Perasaan tadi sudah gak ada kendaraan lewat"

"Maaf, maaf terus sepertinya cuma kata-kata itu ya yang bisa Kamu ucapkan"

"Oke deh makasih kalau gitu, karena sudah menyelamatkan Aku"

Tak lama handphone Seno berbunyi panggilan masuk dari tempat magangnya.

"Iya Pak, maaf ya tadi Saya sudah berangkat sebenarnya, tapi di jalan Saya sakit perut Pak, ini lagi di Dokter sekarang"

Anita hanya tersenyum-senyum mendengar kebohongan yang Seno ucapkan, panggilan pun di akhiri, Seno pun bertanya pada Anita.

"Kenapa Kamu senyum-senyum, eh ini semua tuh karena Kamu ya, Aku jadi berbohong sama bos ku, dan bolos magang hari ini"

"Iya Aku minta maaf"

Seno menghela nafasnya, merasa sudah tak ada lagi yang harus di lakukan, Seno pun pamit kembali ke rumah.

"Eh tunggu, sekali lagi makasih ya, Kamu sudah menemani dan mengantar Aku"

Seno tak menjawab hanya menganggukkan kepalanya, dan kini Ia hendak berjalan, namun Anita berkata lagi.

"Aku berharap Kita bisa bertemu lagi"

Seno mengentikan langkahnya terdiam mendengar ucapan Anita, Ia pun membalas berkata,

"Ini nomor telepon Aku, hubungi Aku jika Kamu mengingat Aku, dan butuh bantuan"

Anita merasa senang mendengar Seno berkata seperti itu, Ia pun tak segan menyalin nomor telepon Seno di handphonenya.

"Sekali lagi terima kasih"

Anita berkata sambil tersenyum hangat pada Seno, kini waktu telah memisahkan Mereka, dan tiba-tiba saja Anita mengucapkan kata tak terduga.

"Bisakah Kita bertemu lagi"

Seno memandangi wajah Anita, lalu Ia menjawab,

"Mungkin suatu hari nanti"

Seno pun tersenyum kemudian pergi berlalu meninggalkan Anita.

Anita selalu terbayang wajah Seno di setiap malamnya, hingga Beberapa hari ini Anita selalu pergi ke stasiun biasa Seno menaiki kereta hanya untuk melihat Seno, namun sudah satu Minggu ini Ia tak melihat Seno berada di stasiun.

"Apakah Dia sudah pindah magang, atau Dia sudah pergi jauh, atau... Aduh.. kenapa Aku jadi mikirin cowok itu sih"

Ucapnya berkata pada dirinya sendiri, tak lama kemudian tiba-tiba seorang lelaki muncul di hadapannya, dan Ia berkata.

"Kamu cari Aku"

Anita kaget, Ia melihat lelaki itu dari ujung kaki hingga ke atas, dan betapa terkejutnya ternyata Dia adalah Seno pria yang di cari-cari selama satu Minggu ini.

"Seno.."

Ucap Anita merasa gugup bertemu kembali dengan Seno.

"Aku tanya Kamu, sedang cari Aku?"

"Em.. Gak Aku mau kesini saja, mau lihat-lihat di stasiun biar Aku gak nyasar lagi seperti waktu itu"

Seno hanya tersenyum sipu mendengar jawaban Anita, padahal jelas seminggu ini Anita sedang mencarinya, karena sebenarnya Seno juga selalu memantau Anita diam-diam.

Dan begitulah pertemuan cinta Mereka, dan kini Anita masih terus tersenyum jika mengingat masa lalu itu.

"Jadi Kamu ajak Aku bernostalgia?"

"Lucu ya, Kamu diam-diam cari Aku rela datang setiap hari, cuma mau bertemu Aku"

Anita menjadi malu mendengar itu, Anita pun menjawab,

"Sudah deh.. Aku tahu Aku yang suka Kamu duluan, tapi kan Kamu juga cinta sama Aku"

Seno pun tertawa kecil dan tiba-tiba Ia mengecup pipi Anita dengan cepat.

"Seno..."

Seno hanya tersenyum sipu kemudian berkata,

"Iya maaf deh, curi-curi dikit gak apa-apa kali"

Dan Mereka kini tersenyum tertawa dan bercanda bersama.

Episodes
1 TAMU ROOM 10
2 BERTEMU KEMBALI
3 GUGATAN CERAI
4 CERITA SEBENARNYA
5 PERDEBATAN
6 JATUH DARI TANGGA
7 PERJANJIAN PRANIKAH
8 SIDANG PERCERAIAN
9 BERKENCAN
10 PANGGILAN OM PAPAH
11 JANJI SENO
12 AMARAH TANIA
13 BERNOSTALGIA
14 RASA PENASARAN
15 MENCURI SAMPLE RAMBUT
16 JEBAKAN ALDI
17 FRUSTASI DAN DEPRESI
18 PERGI DARI RUMAH
19 DI PECAT
20 RAPAT PENTING
21 MENGHAPUS SENTUHAN
22 PENGALAMAN NAIK ANGKOT
23 ALERGI KACANG
24 ANITA MARAH
25 KECEMBURUAN ANITA
26 MAKAM ARINI
27 KEKESALAN FARREL
28 TINGKAH LIA
29 AWAL PERTEMANAN
30 CERITA MASALALU
31 MENGAMBIL ASET
32 ULANG TAHUN SENO
33 GOSIP BEREDAR
34 SUPERMARKET
35 SENA MURUNG
36 RASA GENGSI
37 KEBERSAMAAN
38 DI JODOHKAN
39 ANAK-ANAK HILANG
40 BICARA PENTING
41 TAKDIR PERTEMUAN
42 RASA SALTING
43 IKATAN BATIN
44 MENCOBA TES DNA
45 PERMINTAAN MAAF
46 KEKUATAN CINTA
47 KISAH TANIA
48 MENGEJAR FARREL
49 CINTA UNTUK ANITA
50 FOTO PREWED
51 ARTI SEORANG MAMAH
52 FATHIA DEMAM
53 VONIS DOKTER
54 SANDARAN HATI
55 SEJARAH PUTRA CORPORATION
56 SOLUSI DOKTER
57 BERTEMU MASALALU
58 KECELAKAAN MAUT
59 BERDUKACITA
60 PESAN TERAKHIR
61 KEPERGIAN FATHIA
62 RENCANA JAHAT TANIA
63 BICARA EMPAT MATA
64 RIASAN MAKEUP PENGANTIN
65 KERAGUAN SESAAT
66 BERADA DI PELAMINAN
67 HUKUMAN RIANA
68 MALAM YANG INDAH
69 TIDAK PERCAYA DIRI
70 JULUKAN NYONYA SENO
71 MERASA PALING PINTAR
72 PARFUM LIBIDO
73 SALAH PAHAM
74 KEBERSAMAAN BERSAMA SAHABAT
75 MASALAH IBU MERTUA DAN MENANTU
76 HANYA SECANGKIR KOPI
77 RENCANA JAHAT TANIA
78 HADIAH ISTIMEWA
79 KERACUNAN MAKANAN
80 SAMPAI DI LOS ANGELES
81 BERBULAN MADU
82 SEBATANG COKLAT
83 SUSTER SAMARAN
84 TERTANGKAP BASAH
85 DI BEGAL
86 NAFSU BIRAHI
Episodes

Updated 86 Episodes

1
TAMU ROOM 10
2
BERTEMU KEMBALI
3
GUGATAN CERAI
4
CERITA SEBENARNYA
5
PERDEBATAN
6
JATUH DARI TANGGA
7
PERJANJIAN PRANIKAH
8
SIDANG PERCERAIAN
9
BERKENCAN
10
PANGGILAN OM PAPAH
11
JANJI SENO
12
AMARAH TANIA
13
BERNOSTALGIA
14
RASA PENASARAN
15
MENCURI SAMPLE RAMBUT
16
JEBAKAN ALDI
17
FRUSTASI DAN DEPRESI
18
PERGI DARI RUMAH
19
DI PECAT
20
RAPAT PENTING
21
MENGHAPUS SENTUHAN
22
PENGALAMAN NAIK ANGKOT
23
ALERGI KACANG
24
ANITA MARAH
25
KECEMBURUAN ANITA
26
MAKAM ARINI
27
KEKESALAN FARREL
28
TINGKAH LIA
29
AWAL PERTEMANAN
30
CERITA MASALALU
31
MENGAMBIL ASET
32
ULANG TAHUN SENO
33
GOSIP BEREDAR
34
SUPERMARKET
35
SENA MURUNG
36
RASA GENGSI
37
KEBERSAMAAN
38
DI JODOHKAN
39
ANAK-ANAK HILANG
40
BICARA PENTING
41
TAKDIR PERTEMUAN
42
RASA SALTING
43
IKATAN BATIN
44
MENCOBA TES DNA
45
PERMINTAAN MAAF
46
KEKUATAN CINTA
47
KISAH TANIA
48
MENGEJAR FARREL
49
CINTA UNTUK ANITA
50
FOTO PREWED
51
ARTI SEORANG MAMAH
52
FATHIA DEMAM
53
VONIS DOKTER
54
SANDARAN HATI
55
SEJARAH PUTRA CORPORATION
56
SOLUSI DOKTER
57
BERTEMU MASALALU
58
KECELAKAAN MAUT
59
BERDUKACITA
60
PESAN TERAKHIR
61
KEPERGIAN FATHIA
62
RENCANA JAHAT TANIA
63
BICARA EMPAT MATA
64
RIASAN MAKEUP PENGANTIN
65
KERAGUAN SESAAT
66
BERADA DI PELAMINAN
67
HUKUMAN RIANA
68
MALAM YANG INDAH
69
TIDAK PERCAYA DIRI
70
JULUKAN NYONYA SENO
71
MERASA PALING PINTAR
72
PARFUM LIBIDO
73
SALAH PAHAM
74
KEBERSAMAAN BERSAMA SAHABAT
75
MASALAH IBU MERTUA DAN MENANTU
76
HANYA SECANGKIR KOPI
77
RENCANA JAHAT TANIA
78
HADIAH ISTIMEWA
79
KERACUNAN MAKANAN
80
SAMPAI DI LOS ANGELES
81
BERBULAN MADU
82
SEBATANG COKLAT
83
SUSTER SAMARAN
84
TERTANGKAP BASAH
85
DI BEGAL
86
NAFSU BIRAHI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!