Malam Bersejarah untuk Gifali dan Maura

"Mau kemana, Pah---?"

"...Papa, mau kemana? Malam-malam begini?"

Pertanyaan yang keluar dari bibir Mama Alika dan Mama Difa kepada para suaminya ketika mereka sudah berada di paviliun masing-masing.

Para suami terlihat sedang memperhatikan paviliun Gifa dan Maura yang sudah mulai gelap.

"Bentar ya, Mah. Papa mau cari angin..." Papa Galih membuat alasan kepada istrinya. Tanpa mau ambil pusing, Mama Difa hanya mengiyakan saja. Karena memang tubuhnya hari ini terasa sangat letih sekali, pasca acara pernikahan putranya.

Begitupun dengan Papa Bilmar.

"Bentar ya sayang, aku mau ke toilet." Papa Bilmar pun beralasan dan Mama Alika hanya mengangguk dan bersiap untuk tidur. Ia menarik selimut untuk menutup tubuhnya. "Ya udah sana, jangan lama-lama, Pah!"

Sejujurnya dua lelaki paru bayah itu sedang penasaran, Papa Galih terus berharap agar Gifali bisa melaksanakan misinya dengan baik, lelaki itu ingin segera memiliki cucu. Beda hal dengan Papa Bilmar, ia merasa tak tega jika anaknya mengalami sakit dan perih. Sejujurnya lelaki itu masih tak rela jika ditinggal sang anak untuk menikah cepat seperti ini, hanya saja karena kebahagiaan sang anak, mau tidak mau ia harus mengalah.

Maura sudah duduk ditepian ranjang. Menunduk malu menatap lantai lalu memejam kedua matanya, ketika Gifali masih terus menciumi pipi mulusnya.

Tangan mereka saling menggenggam. Kadang pergerakan Gifali membuat Maura sedikit membidikkan bahunya karena merasa geli. Gifa terus mengikuti suasana hasratnya. Hanya insting yang ia pergunakan. Tidak ada persiapan atau ilmu apapun yang ia bawa.

"Buka mata kamu, Ra.." bisik Gifali tepat di daun telinga istrinya.

Membuat Maura membuka matanya cepat dan menoleh. Ia sedikit memiringkan wajahnya dan bibir mereka pun bertemu. Gifa memberikan gigitan-gigitan kecil disana, membuat Maura terpaksa membuka katupan bibirnya. Gifa pun melahap masuk untuk terus menginvasi rongga mulut sang istri.

Mereka berdua terlihat seperti pasangan yang sedang haus. Mereka merindu, karena selama dua minggu tidak bertemu karena menurut apa kata orang tua mereka dalam istilah pingit. Di tambah lagi Gifa tidak mencium Maura seperti ini sejak beberapa bulan yang lalu. Tentu lelaki itu menagih untuk mengulanginya lebih dalam.

"Gifa ..." suara Maura begitu saja merintih ketika Gifali melepas perpagutan bibir mereka.

Gifali memberi celah untuk mereka agar leluasa menghirup oksigen. Wajah Gifali penuh damba, begitu pun Maura yang sudah terpancing akan awal permainan suaminya.

"Kamu siap, Ra? Memberikan yang paling berharga didiri kamu, buat aku?" tanya Gifali.

Maura tersenyum dan mengangguk. "Aku siap sayang.." Maura mengelus pipi suaminya. "Tapi aku nggak tau gimana memulainya--" sambung Maura.

Gifali tertawa. "Aku juga nggak tau gimana memulainya, tapi pakai insting aja ya?"

Maura mengangguk setuju. "Kalau ada yang nggak nyaman atau sakit, kamu bilang ya, Ra.." ucap suaminya kembali.

"Iya sayang, pasti." jawaban Maura membuat hati Gifali tenang. Ia bahagia karena Maura sudah rela dan ikhlas melepas kehormatannya.

Pelan-pelan tubuh sang istri ia rebahkan diatas kasur. Ucapan kata Basmallah pun sudah mencuat dari bibir mereka sedari tadi. Gifali mulai bergerak untuk kembali menghujam wajah istrinya dengan kecupan. Ia hanya mengikuti ritme hasratnya. Mengikuti arah jari-jemarinya yang refleks membelai-belai kemana pun bagian yang ingin ia sentuh.

Satu kancing piyama Maura pun terlepas lama-kelamaan merembet sampai ke kancing terakhir. Wajah tegang mulai tampak di keduanya. Decitan saliva terdengar bercampur menjadi satu. Tidak ada lagi Gifali yang lembut, kini ia berubah menjadi lelaki garang yang penuh nafsu.

"Eum ..." Maura melenguh. Ketika bibir suaminya berhasil menyesap tulang selangka dadanya. Sapuan nafas Gifali terdengar bergelora hebat.

Jari-jemari Gifa terus saja bekerja ke lekukan mana yang ia sukai. Sampai akhirnya ia berhasil melucuti helaian kain-kain yang sedari tadi masih menutupi keindahan tubuh istrinya.

Membuat Maura memalingkan wajahnya, karena merasa malu. Tanpa menunggu, Gifa pun melakukan hal yang sama, ia membuka seluruh helaian kain ditubuhnya. Maura kembali berjerengit ketika Gifali berhasil mengusap, memilin dan menyentuh dua buah pucuk sintal miliknya. Bagian lunak yang tidak terlalu besar namun proporsional, sangat pas dalam genggaman tangan Gifali.

Maura sedikit bergelinjang. Tentu ia baru tahu, bagaimana nikmat dari rasanya. Tanpa bisa menunggu lama, akhirnya Gifa memberi kode kepada Maura, untuk memulai masuk kedalam inti permainan.

Maura mengangguk pasrah dengan keringat yang mulai mengucur. Ia sudah mengikhlaskan sepenuh jiwa untuk suaminya. Apapun yang membuat Gifali bahagia, akan Maura lakukan.

"Kalau sakit bilang ya? Aku akan berhenti, Ra!"

"Iya sa--yang ..." jawab Maura dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Aku masuk, Ra ..."

Maura mengangguk sambil memejamkan kedua matanya.

Terlihat tapak tangan Maura ketika meremas seprai. Ia menggigit bibir bawahnya ketika rasa perih itu muncul dan menyakitkan.

"Sakit, Gifa!" Maura mulai menjerit.

Gifali pun dengan cepat menghentikan pergerakannya yang baru saja, masuk menembus selaput inti.

"Sakit, ya? Ya udah tunda dulu aja ya, Ra. Aku kasian lihat kamu---"

"Enggak, sayang. Ayo terusin aja, aku bisa tahan." Maura tetap berusaha meyakinkan suaminya.

"Beneran nggak apa-apa?"

Maura mengangguk dan mulai mengubah ritme nafasnya menjadi tenang.

"Kamu mau minum, sayang?" tanya suaminya.

"Enggak sayang!" dengan langkah cepat Maura memajukan wajahnya untuk mencium bibir sang suami.

Ia ingin Gifali memulai kembali pergerakannya. Wanita ini tidak ingin gagal, ia hanya ingin memberikan kesan malam pengantin yang membahagiakan untuk suaminya.

Melihat Maura seperti ini, tentu membuat hasrat Gifa kembali muncul. Malah semakin panas. Libido nya naik secara maksimal, sudah dipastikan ia tidak akan meloloskan Maura malam ini.

"Aku masuk ya, Ra..."

"Eum..iya sayang."

Gifa pun mengulang kembali, ia memasukan paksa miliknya kedalam pusat tubuh Maura. Membuat wanita itu kembali merintih sakit dan menjerit.

Gifa sudah kepalang tanggung, ia merasa ada kehangatan. Ada denyutan yang melahap intinya dari dalam.

"Ah, Gifa sakit!"

"Sakit, Gifa! Perih!"

Maura terus merancau. Namun Gifa tetap saja fokus dengan apa yang sedang ia tuju. Ia sudah tidak sadar dengan rancauan Maura.

"Maaf sayang, aku udah nggak bisa berhenti, Ra." rintih Gifali sambil menginvasi rongga mulut istrinya kembali. Membuat Maura berteriak dalam rongga mulut suaminya.

Gifa tetap melancarkan aksinya sampai ke tujuan yang ia mau. Dimana titik pangkal kenikmatan itu berada. Maura hanya bisa pasrah dan tetap menjerit karena sakit.

Jika dikamar ini terasa hangat dan bergelora. Beda hal dengan keadaan diluar paviliun mereka, tepatnya didekat jendela kamar. Ada dua lelaki paru baya yang sedang ribut karena merasa ketahuan satu sama lain.

"Ngapain kamu, Mas?" tanya Papa Galih kepada Papa Bilmar yang tidak sengaja saling menubruk punggung ketika jalan mengendap-endap persis didekat jendela kamar anak mereka.

"Kamu yang ngapain?" Papa Bilmar tidak mau kalah.

"Saya cari angin, Mas." jawab Papa Galih santai.

"Cari angin? Ke bibir pantai aja sana, anginnya bagus tuh. Biar masuk angin sekalian..." decak Papa Bilmar.

Papa Galih tertawa. "Kamu sendiri ngapain, Mas? Cari angin juga? Apalagi cari tahu tentang anak-anak kita?"

Papa Bilmar menukik kan kedua alisnya. "Ya nggak lah, gila kamu! Saya disini hanya ingin memantau apakah paviliun yang mereka tempati itu aman."

"Hahahahaha, nggak banget alasannya!"

"Jangan berisik! Nanti mereka dengar, udah sana kamu pulang. Nggak belah duren lagi kamu sama Mba Difa?"

"Masih ingat aja, Mas. Masalah kita 12 tahun yang lalu?"

"Iyalah, nggak mungkin saya lupa. Kan kamu pernah jadi teman senasib saya." jawab Papa Bilmar.

Lalu

Tak lama kemudian

Gelak tawa mereka kembali menggema dan mencuat. Mentertawakan kejadian masa lampau, saling bekerja sama untuk membobol pertahanan para istri.

"Sst! Jangan berisik, nanti mereka tahu kita ada disini!" Papa Bilmar lebih dulu tersadar.

Papa Galih pun mengangguk dan menghentikan gelak tawanya.

Lalu

"Eugh, Gifa!" ada suara nyaring Maura yang mengalir begitu saja menembus jaring-jaring ventilasi jendela kamar mereka.

"Wah, GOAL!!!!" seru Papa Galih dengan rasa bangga. "Gifali betul-betul menurun dari saya! Dia adalah lelaki perkasa!" Papa Galih tersenyum bangga sambil melipat dada.

Beda hal dengan Papa Bilmar, ia terlihat meringis.

"Duh, kasian anak saya. Menjerit kesakitan." Papa Bilmar cemas sambil terus menggaruk-garuk kepalanya.

"Harus dihentikan nih, kasian Maura, anak saya belum siap. Anak kamu nggak sabaran banget sih!" Papa Bilmar berjalan untuk memutar langkahnya menuju pintu utama, ia ingin menggedor pintu paviliun Maura dan Gifali.

"Et, et! Mau ngapain kamu, Mas?" Papa Galih dengan cepat menyekal lengan besan nya.

"Suruh mereka berhenti, kasian tuh anak saya. Kesakitan!" Papa Bilmar melepas cekalan tangan besannya dan mulai kembali melangkah.

"Gila kamu, Mas! Itu sama aja buat mereka malu! Udah ayo kembali ke paviliun---" Papa Galih menarik paksa tubuh Papa Bilmar untuk menjauh dari paviliun anak mereka.

"Kayak nggak pernah malam pengantin aja kamu, Mas! Waktu sama Mba Alika, memang nya kamu mau diganggu?"

Papa Bilmar hanya mendengus malas. Ia pun akhirnya menurut untuk pergi pulang bersama Papa Galih.

Dan malam ini, adalah malam bersejarah untuk Gifali dan Maura. Berbahagialah selalu, ingatlah malam indah ini, sebelum kalian berdua memutuskan untuk tidak melakukannya lagi.

***

Beri like dan komennya yang banyak ya. Biar aku cemangat, hehe❤️

Terpopuler

Comments

YuWie

YuWie

ahhh..sopan banget malam pertamanya

2022-12-29

0

Nur Yanti

Nur Yanti

aduuh papa2 yg kepo mlam pertama anak nya.. ada ga yg gitu di dunia nyata 😂😂😂

2022-04-26

0

Yuko_Arfa

Yuko_Arfa

masa sih sang papa2 yang kepo abis..pdhal mrk sudah pengalaman.....🤭

2022-04-06

0

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan Maura dan Gifali Hadnan
2 Persembahan Mahar untuk Maura
3 Persiapan Malam Yang Indah
4 Malam Bersejarah untuk Gifali dan Maura
5 Kamu adalah Aisyah-nya aku, sekarang
6 Masa-masa Bulan Madu
7 Jauh di mata, dekat di hati
8 Akan Merindukan
9 Perpisahan
10 Sebuah Pengorbanan
11 Menjadi Adik dan Kakak.
12 Berjuang bersama-sama.
13 Seberat ini, kah?
14 Apa kamu bisa menahannya, sayang?
15 Apakah ada cara lain, Gifa?
16 Persiapan Penuntasan Pelepasan
17 Sebuah pengertian
18 Kamu Cemburu?
19 Tidak Akan Menyangka
20 Kita Panggil Dia, Bos!
21 Tempat Temaran
22 Hanya Jadi Milikku!
23 Maafkan Aku, Sayang.
24 Aku Pasti Bisa
25 Keanehan Maura
26 Telah Berdusta
27 Aku sayang kamu, Maura
28 Ramona
29 Istriku Pasti Senang
30 Assalammualaikum sayang-sayang
31 Maafkan aku sayang, aku tidak akan lama
32 Bermain Cinta
33 Kamu Sakit, Ra!
34 Tidak Akan Membawa Maura
35 Karena Gifali hanya MILIKKU, SUAMIKU!
36 Aku coba untuk percaya
37 Aku Yakin Kamu Bisa
38 Ini Maura, Adik Saya.
39 Kecurigaan Pramudya
40 Doakan Aku Selalu Dalam Doamu
41 Apakah Aku Hamil?
42 Apakah Harus Mengembalikan mu?
43 Ampuni Aku
44 Jantung Hati Bunda dan Ayah.
45 Menjenguk Cucu.
46 Melepas Kerinduan
47 Ibadah Terpanjang.
48 Mulai Terkuak
49 Merasa Sesak Di Hati
50 Kedatangan Ramona dan Adrian
51 Pengakuan Gifali dan Maura.
52 Sabbatical Wife ?
53 Keputusan Gifali
54 Air Mata Kebahagiaan
55 Keresahan Hati Pramudya
56 Hanya Ingin Anak Saya!
57 Anak kamu adalah, Putra Gifali Hadnan.
58 Akan Selalu Menjaganya.
59 BERISIK!
60 Antara Galih, Gita dan Pramudya (Satu)
61 Antara Galih, Gita dan Pramudya (Dua)
62 Mau Apa Kamu?
63 Kamu Itu, Anak Ayah.
64 Tolong Jangan Pergi
65 Sampai Mati Aku Tetap Keturunan Hadnan.
66 Gifali Tetap Anak Kami.
67 Jika Itu Membuatmu Lega
68 Akan Melenyapkannya.
69 Aku Memaklumi Kamu, Sayang.
70 Demi Kamu, Aku Sudah Siap.
71 Keharuan
72 Terkaan Buruk.
73 Jangan Kamu Kira Aku Lemah!
74 Dia Juga Menyakiti Anakmu!
75 Sebuah Rahasia?
76 Akan Aku Balas Kamu!
77 Hanya Butiran Debu.
78 Tidak Akan Mengakuimu sebagai Adik.
79 Antara Agnes dan Razik
80 Jangan Main-Main Denganku!
81 Selalu di Nomor Satu kan.
82 Siapa Dia?
83 Apakah Kamu Menghianatiku?
84 Hanya Nasab Dari Ibu.
85 Kelegaan Maura
86 Aku Akan Menceraikanmu!
87 Membunuh dalam Euforia
88 Ayah, Tolong Istriku!
89 Bukan Untuk Menjemput Ajal
90 Bolehkah, Aku Egois?
91 Air Mata Tiga Keluarga
92 Kembali Sadar
93 Tidak Akan Bisa Membayarnya.
94 Kita Pulang ya, Nak!
95 Tunggu Aku Sayang.
96 Aku Baik-Baik Saja.
97 Sebuah Keputusan.
98 Peluklah Seerat Mungkin
99 Di Pertemukan dalam Surah Ar-Rahman.
100 Manja sekali kamu, Aisyah
101 Apa Kamu Sudah Melupakannya?
102 Aku Mau Ikut!
103 Pemersatu Maura dan Gifa.
104 Apakah harus bersujud di kakimu?
105 Malam Terakhir.
106 Membunuhku Secara Perlahan.
107 Aisyah, Aku Rindu.
108 Bukan ini yang Papa mau?
109 Kita Susul Ayah ya, Triple G.
110 Cepat Cari!
111 Maaf, Kak.
112 Langit London Malam Ini.
113 Aku Berjanji, Sayang.
114 Sebuah Nama.
115 St. James Park London.
116 Satu-satunya Istriku
117 Air apa ini?
118 Ingin Gulai Ikan.
119 Aku Masih Takut.
120 Aku Berhutang Jasa Kepadamu, Aisyah.
121 Akan Menjaganya Sampai Akhir Hayat.
122 Pemersatu Keluarga.
123 Gifali adalah Takdir Hidup Saya.
124 Ayah Rindu Bunda.
125 Ganaya, My Adore ( Story Ammar dan Ganaya)
126 Bukti Kasih Yang Sebenarnya.
127 Cantik Sekali Kamu, AisyahKu.
128 Terimakasih Bunda (END)
129 Sudah Update
130 Eks Part One
131 Eks Part Two
132 Eks Part Three
133 Eks Part Four
134 Eks Part Five
135 Eks Part Six
136 Eks Part Seven
137 Eks Part Eight
138 Eks Part Nine
139 Eks Part Ten
140 MSW 2 : Gheana Aquila & Ginka Aludra Hadnan
141 MSW 2 : Kain Kerudung
142 MSW 2 : Sabar Ya, Nak.
143 MSW 2 : Cantik Banget.
144 MSW 2 : Hore, kita bisa main.
145 MSW 2 : Makasih Atas Semuanya.
146 MSW 2 : Bunda, Cepat!
147 MSW 2 : Aku Benci Sama Kamu!
148 MSW 2 : Panjang Umur.
149 MSW 2 : I Aisyah.
150 cerita gratis
Episodes

Updated 150 Episodes

1
Pernikahan Maura dan Gifali Hadnan
2
Persembahan Mahar untuk Maura
3
Persiapan Malam Yang Indah
4
Malam Bersejarah untuk Gifali dan Maura
5
Kamu adalah Aisyah-nya aku, sekarang
6
Masa-masa Bulan Madu
7
Jauh di mata, dekat di hati
8
Akan Merindukan
9
Perpisahan
10
Sebuah Pengorbanan
11
Menjadi Adik dan Kakak.
12
Berjuang bersama-sama.
13
Seberat ini, kah?
14
Apa kamu bisa menahannya, sayang?
15
Apakah ada cara lain, Gifa?
16
Persiapan Penuntasan Pelepasan
17
Sebuah pengertian
18
Kamu Cemburu?
19
Tidak Akan Menyangka
20
Kita Panggil Dia, Bos!
21
Tempat Temaran
22
Hanya Jadi Milikku!
23
Maafkan Aku, Sayang.
24
Aku Pasti Bisa
25
Keanehan Maura
26
Telah Berdusta
27
Aku sayang kamu, Maura
28
Ramona
29
Istriku Pasti Senang
30
Assalammualaikum sayang-sayang
31
Maafkan aku sayang, aku tidak akan lama
32
Bermain Cinta
33
Kamu Sakit, Ra!
34
Tidak Akan Membawa Maura
35
Karena Gifali hanya MILIKKU, SUAMIKU!
36
Aku coba untuk percaya
37
Aku Yakin Kamu Bisa
38
Ini Maura, Adik Saya.
39
Kecurigaan Pramudya
40
Doakan Aku Selalu Dalam Doamu
41
Apakah Aku Hamil?
42
Apakah Harus Mengembalikan mu?
43
Ampuni Aku
44
Jantung Hati Bunda dan Ayah.
45
Menjenguk Cucu.
46
Melepas Kerinduan
47
Ibadah Terpanjang.
48
Mulai Terkuak
49
Merasa Sesak Di Hati
50
Kedatangan Ramona dan Adrian
51
Pengakuan Gifali dan Maura.
52
Sabbatical Wife ?
53
Keputusan Gifali
54
Air Mata Kebahagiaan
55
Keresahan Hati Pramudya
56
Hanya Ingin Anak Saya!
57
Anak kamu adalah, Putra Gifali Hadnan.
58
Akan Selalu Menjaganya.
59
BERISIK!
60
Antara Galih, Gita dan Pramudya (Satu)
61
Antara Galih, Gita dan Pramudya (Dua)
62
Mau Apa Kamu?
63
Kamu Itu, Anak Ayah.
64
Tolong Jangan Pergi
65
Sampai Mati Aku Tetap Keturunan Hadnan.
66
Gifali Tetap Anak Kami.
67
Jika Itu Membuatmu Lega
68
Akan Melenyapkannya.
69
Aku Memaklumi Kamu, Sayang.
70
Demi Kamu, Aku Sudah Siap.
71
Keharuan
72
Terkaan Buruk.
73
Jangan Kamu Kira Aku Lemah!
74
Dia Juga Menyakiti Anakmu!
75
Sebuah Rahasia?
76
Akan Aku Balas Kamu!
77
Hanya Butiran Debu.
78
Tidak Akan Mengakuimu sebagai Adik.
79
Antara Agnes dan Razik
80
Jangan Main-Main Denganku!
81
Selalu di Nomor Satu kan.
82
Siapa Dia?
83
Apakah Kamu Menghianatiku?
84
Hanya Nasab Dari Ibu.
85
Kelegaan Maura
86
Aku Akan Menceraikanmu!
87
Membunuh dalam Euforia
88
Ayah, Tolong Istriku!
89
Bukan Untuk Menjemput Ajal
90
Bolehkah, Aku Egois?
91
Air Mata Tiga Keluarga
92
Kembali Sadar
93
Tidak Akan Bisa Membayarnya.
94
Kita Pulang ya, Nak!
95
Tunggu Aku Sayang.
96
Aku Baik-Baik Saja.
97
Sebuah Keputusan.
98
Peluklah Seerat Mungkin
99
Di Pertemukan dalam Surah Ar-Rahman.
100
Manja sekali kamu, Aisyah
101
Apa Kamu Sudah Melupakannya?
102
Aku Mau Ikut!
103
Pemersatu Maura dan Gifa.
104
Apakah harus bersujud di kakimu?
105
Malam Terakhir.
106
Membunuhku Secara Perlahan.
107
Aisyah, Aku Rindu.
108
Bukan ini yang Papa mau?
109
Kita Susul Ayah ya, Triple G.
110
Cepat Cari!
111
Maaf, Kak.
112
Langit London Malam Ini.
113
Aku Berjanji, Sayang.
114
Sebuah Nama.
115
St. James Park London.
116
Satu-satunya Istriku
117
Air apa ini?
118
Ingin Gulai Ikan.
119
Aku Masih Takut.
120
Aku Berhutang Jasa Kepadamu, Aisyah.
121
Akan Menjaganya Sampai Akhir Hayat.
122
Pemersatu Keluarga.
123
Gifali adalah Takdir Hidup Saya.
124
Ayah Rindu Bunda.
125
Ganaya, My Adore ( Story Ammar dan Ganaya)
126
Bukti Kasih Yang Sebenarnya.
127
Cantik Sekali Kamu, AisyahKu.
128
Terimakasih Bunda (END)
129
Sudah Update
130
Eks Part One
131
Eks Part Two
132
Eks Part Three
133
Eks Part Four
134
Eks Part Five
135
Eks Part Six
136
Eks Part Seven
137
Eks Part Eight
138
Eks Part Nine
139
Eks Part Ten
140
MSW 2 : Gheana Aquila & Ginka Aludra Hadnan
141
MSW 2 : Kain Kerudung
142
MSW 2 : Sabar Ya, Nak.
143
MSW 2 : Cantik Banget.
144
MSW 2 : Hore, kita bisa main.
145
MSW 2 : Makasih Atas Semuanya.
146
MSW 2 : Bunda, Cepat!
147
MSW 2 : Aku Benci Sama Kamu!
148
MSW 2 : Panjang Umur.
149
MSW 2 : I Aisyah.
150
cerita gratis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!