Acara akad nikah sudah selesai, prosesi sungkem pun sudah terlewati dengan khidmat dan cucuran air mata. Maura dan Gifa sudah resmi menjadi pasangan suami istri termuda.
Sedikit dari para hadirin dan kolega mencemooh karena pasangan itu masih terlalu muda untuk menikah. Namun Mama Alika berpendapat, lebih baik menikah muda dibanding harus berbuat dosa.
Karena sejatinya pergaulan anak jaman sekarang sangat susah untuk diatur. Ia tahu Maura dan Gifa saling menyayangi, walau hubungan mereka sempat diterpa badai dan topan namun saat ini mereka kembali bersatu. Bukankah semua ini bisa disebut dengan kata jodoh?
"Lang, udah ya ..." Gadis melepas persatuan bibir mereka. Elang tidak sengaja mencium Gadis ketika ia mengantar kekasihnya untuk kembali ke paviliun.
"Kenapa, Dis? Kok tumben?" tanya Elang, sambil terus menatap wajah Gadis.
"Lang ...udah. Nanti lagi ya, jangan sekarang!" ucap Gadis ketika ia berhasil mendorong tubuh Elang untuk menjauh darinya.
"Kamu kenapa sayang? Sakit?" Elang menyentuh bibir Gadis. Gadis hanya diam dan menggelengkan kepala. Ia memalingkan tatapan matanya dengan menunduk kebawah.
"Kamu sedih melihat Gifali sudah menikah dengan Maura?"
Pertanyaan itu berhasil membuat Gadis mendongakkan wajahnya untuk menatap manik mata Elang dalam-dalam.
"Enggak sayang, aku malah bahagia melihat mereka sudah menikah." Gadis mengusap lembut pipi Elang. Ia berusaha mengubur perasaannya rapat-rapat. Sejujurnya masih ada perasaan sedikit sedih karena melepas Gifali dengan Kakaknya.
Namun Gadis faham bahwa rasa cintanya tidak akan terbalas. Cinta Gifali hanya untuk Maura dan ia pun saat ini sudah mempunyai Elang. Lelaki yang selalu mencinta dan menerima diri Gadis apa adanya. Ia masih terus berusaha memupuk cinta untuk Elang.
Dengan pernikahannya bersama Kakak dan kepergian mereka ke London setelah ini, itu pasti cara yang ampuh untuk melupakan Gifali seutuhnya dari hatiku. Aku yakin seluruh hatiku hanya bisa dimiliki oleh Elang.
"Kamu masih sayang sama Gifali?" Elang kembali bertanya.
Gadis tersenyum dan mencium pipi Elang. "Itu kan dulu. Sekarang aku hanya sayang sama kamu, Lang."
"Terus kenapa kamu masih menolak ketika aku ingin menikahi kamu, Dis?"
Gadis terdiam sejujurnya pada saat itu ia menolak, karena hatinya belum tegap. Ia juga masih ingin meneruskan kuliah dan masa depannya. Namun Elang tetap memaksa ingin menikahinya. Lelaki itu takut jika Gadis didekati pria lain di tempat pendidikan baru nya. Gadis adalah wanita yang selalu membuat fikirannya terbang melayang-layang.
"Itu juga kan kemarin, maaf aku sempat menolak. Sekarang aku siap, Lang."
"Beneran, Dis?" tanya Elang dengan mata penuh cahaya.
Senyum manis mengembang dari wajahnya. Ia tidak akan menyangka, bahwa kebahagiaan Gifali dan Maura hari ini akan menular kepadanya.
"Iya sayang ..." Gadis tersenyum.
"Kita menikah ya? Kita tetap bisa kuliah kayak Gifa dan Maura. Aku hanya nggak ingin kelepasan lebih jauh ke kamu, Dis!" Elang menatap wajah Gadis dengan syahdu.
"Iya Lang, aku ngerti. Aku mau kok, tinggal kamu yang atur sama Mama dan Papa kamu ya mau kapan lamar aku.."
Mendengar ucapan wanitanya. Membuat Elang terharu dan menitikkan air mata.
"Aku nggak nyangka, aku bisa dapetin hati kamu dengan utuh, Dis. Aku janji pasti akan bahagian kamu. Aku nggak akan kalah sama Gifa!"
"Udah jangan banding-bandingin diri kamu terus sama Gifa. Dia itu sekarang udah jadi suaminya Kakakku. Kamu juga harus menghormati itu, Lang."
Elang mengangguk dengan senyum yang masih belum surut.
"Aku sayang kamu, Dis.."
"...Aku juga, Elang."
"Wah.."
"Duh.."
Suara beriringan mencuat dari mulut Fadil dan Gelfa. Mereka berdua kaget dengan pandangan yang saat ini mereka lihat. Sontak suara dan kedatangan para adik mereka, membuat, Gadis dan Elang kelabakan.
"Ngapain sih lo?" tanya Elang kepada Fadil.
"Yang harusnya nanya tuh gue, Bang!"
"Udah yuk, Dis. Kita pergi dari sini----" Elang langsung menggandeng tangan Gadis yang masih malu karena ketahuan. Mereka pun berlalu meninggalkan Gelfa dan Fadhil.
"Kayaknya Kak Gadis udah cinta sama Abang kamu, Dil." ucap Gelfa.
"Semoga aja Kak Gadis emang beneran sayang sama Abang aku, Gel. Kasian dia bertahun-tahun hanya memendam rasa."
"Aamiin, semoga aja. Kenapa kamu nggak suruh Bang Elang untuk melamar Kak Gadis, Dil?"
"Katanya udah, tapi Kak Gadis masih nolak. Tapi nanti aku akan nasihatin lagi, Bang Elang. Siapa tau dia mau ngeyakinin Kak Gadis lagi."
"Semoga aja ya, Dil. Aku hanya nggak mau, Kak Gadis----"
"...Mengacaukan pernikahan Kakak kamu?" selak Fadhil.
Gelfa mengangguk.
"Ya enggak lah. Kak Gadis kan juga udah tau kalau sekarang Kak Gifa itu udah sah jadi suaminya Kak Maura. Lagian dia juga udah pacaran sama Abang aku, dan tadi kan kamu liat sendiri mereka lagi ngapain?"
"Iya, sih. Heheheh." jawab Gelfa.
"Atau kamu juga mau, Gel---" Fadil mengusap lembut bahu Gelfani.
Gelfa mendelik tajam dan bersiap mengeluarkan jurus taekwondo nya. "Kita emang pacaran, Dil. Tapi jangan harap kamu bisa cium aku sembarangan!"
Fadil memutar bola matanya jenga. "Bercanda kali, Gel. Ya udah sana pipis, aku tunggu disini!"
Gelfa mengangguk dan melangkah masuk kedalam toilet.
****
Terdengar kucuran air shower dari dalam kamar mandi. Ada wanita cantik yang beberapa jam lalu sudah sah untuk menyandang status sebagai seorang istri. Hari ini adalah hari bahagianya, bisa menikah dengan lelaki yang amat ia cintai. Lelaki yang menjadi teman kecilnya dan berpisah selama 12 tahun.
Banyak cobaan silih berganti menerjang kisah mereka. Namun semua bisa terlewati walau dengan jalan yang amat berat. Maura pernah mengalami shock dan kejang, ketika Gifali memutuskan untuk meninggalkannya karena ia merasa tidak pantas untuk bersanding dengan Maura yang merupakan keluarga priyayi. Namun itu lah jodoh, kemana pun kita berlari. Jodoh pasti akan mengikuti.
"Na..na..na.." Senandung bait lagu terus mencuat dari bibir cantiknya ketika ia sedang sibuk berendam di bath up. Menenggelamkan tubuhnya dengan cairan susu. Ia ingin memberikan kehormatannya malam ini kepada sang suami.
Maura sangat senang, ia begitu bahagia.
"Ra...?" Suara suaminya terdengar dan memanggil.
"Kamu masih lama?" Tanya Gifa sambil sedikit menggedor pintu kamar mandi.
"Bentar lagi ya sayang.."
"Jangan lama-lama, nanti kamu masuk angin, Ra!"
Gifali kembali meregangkan kedua tangannya. Ia baru saja selesai **** up dan push up. Ingin menjaga staminanya agar terus bugar. Sang Mama menyuruh ia menenggak ayam telur kampung sebagai persiapan untuk membobol keperawanan istrinya.
Apakah berhasil? Kita tunggu saja huru-hara malam pengantin mereka
✌️🤭
****
Bagi yang baru bergabung. Aku perkenalkan My Sabbatical Wife adalah sequel dari Novelku yang berjudul Gifali dan Maura. Disana sudah menceritakan secara detail siapa Maura dan Gifali beserta keluarganya. Serta lika-liku hubungan mereka sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah.
Boleh pilih profilku untuk membacanya, terima kasih❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Fhebrie
jngn di skip ya haha
2021-09-26
0
ARDIANSYAH GG
aku readers lama koq thor..... udah namatin MPS n teman" nya...... cuma MSW ini yg baru nemu 🤭....malu nya aku.... ketinggalan
2021-06-29
0
Syamsia Adam
😀😀😀😅🤭
2021-03-31
0