Permainan Kekuasaan

Aroma kopi hitam memenuhi ruang kerja Chandra, sebuah ruangan luas dengan meja kayu yang dipoles mengkilap, dipenuhi dokumen tertata rapi. Ia duduk di kursinya, matanya tajam membaca laporan keuangan yang baru saja dikirimkan.

Chandra duduk dengan tenang. Jasnya yang masih terpasang rapi menunjukkan bahwa ia belum sempat bersantai sejak kembali dari kantornya. Di tangannya, ada dokumen yang baru saja ia tandatangani, tetapi matanya tajam, fokus pada layar monitor yang menampilkan laporan keuangan perusahaan. Suaranya pelan namun berwibawa ketika ia berbicara ke ponsel yang terletak di atas meja.

"Pastikan transaksi di Singapura berjalan lancar. Aku tidak mau mendengar alasan jika ada masalah," katanya, nada suaranya tegas, tanpa memberikan ruang untuk perdebatan.

Chandra adalah pria yang dikenal karena ketenangan dan kendalinya, tetapi malam ini ada ketegangan di wajahnya. Ia mendongak sejenak, melihat ke arah pintu yang setengah terbuka.

Pintu ruang kerja sedikit terbuka. Di sana berdiri Shabiya, mengenakan piyama sutra warna biru pucat yang membalut tubuhnya dengan anggun, rambutnya sedikit acak-acakan namun tetap memancarkan aura elegan yang alami. Ekspresinya tegas, matanya menyipit seolah mencoba memahami bagaimana mungkin suaminya yang keras kepala itu bisa melanggar aturan yang ia buat sendiri.

“Chandra,” panggilnya, suaranya rendah namun penuh ketegasan.

Chandra mengangkat pandangannya perlahan dari layar laptop, senyum tipis muncul di wajahnya saat melihat istrinya. Ia selalu mengagumi bagaimana Shabiya bisa terlihat begitu tenang namun mematikan dalam sikapnya. “Apa yang membawamu ke sini? Bukankah aku memintamu untuk istirahat lebih awal?” tanyanya dengan nada lembut namun penuh kendali.

Shabiya melangkah masuk, tangan menyilang di dada. “Seharusnya aku yang bertanya begitu. Kau yang membuat aturan bahwa tidak boleh ada pekerjaan dibawa ke rumah, bukan? Kau bahkan memaksaku untuk pulang tepat waktu setiap hari. Lalu kenapa kau di sini? Di ruang kerja, larut malam, melanggar aturanmu sendiri?”

Chandra menyandarkan tubuhnya ke kursi, senyumannya tak luntur. “Ini berbeda, Shabiya."

“Berbeda?” Shabiya menyela, suaranya mulai meninggi. “Bagaimana bisa? Apa karena ini pekerjaanmu, maka mendadak aturannya tidak berlaku? Atau karena kau berpikir aku tidak akan mempermasalahkannya?”

Chandra menghela napas, lalu berdiri. Posturnya tinggi dan penuh wibawa, langkahnya perlahan mendekati Shabiya seperti seorang pemimpin yang tak tergoyahkan. “Aku melakukannya karena aku harus,” katanya, nada suaranya tetap tenang meskipun matanya memancarkan intensitas yang membuat siapa pun akan berpikir dua kali sebelum melawan.

“Kau tahu mengapa, Shabiya. Perusahaan ini adalah warisan ayahku. Aku tidak bisa membiarkannya jatuh ke tangan Awan dan hancur begitu saja. Sejak awal, aku tidak pernah percaya dia mampu. Dan kau tahu itu.”

Shabiya mendongak, menatap matanya yang penuh intensitas. "Aku hanya merasa rumah ini terasa seperti kantor tambahan."

Chandra tersenyum kecil, hampir seperti serigala yang baru saja memenangkan pertempuran kecil. "Ini hanya sementara. Dan rumah ini memang didesain untuk mendukung pekerjaanku, dan juga pekerjaanmu, kalau kau ingat."

"Jangan memutarbalikkan fakta, Chandra. Aku tidak butuh ruang kerja sebesar auditorium," katanya sambil berjalan melewatinya menuju ruang tamu.

“Ada hal-hal yang perlu aku pastikan,” katanya, suaranya dalam dan tenang, namun dengan nada yang tidak bisa dibantah. “Ini demi kita, Shabiya.”

Shabiya mendengus pelan. “Demi kita, atau demi obsesimu untuk mengendalikan segalanya?”

Chandra tersenyum tipis, matanya berkilat lembut namun dominan. “Jika aku tidak mengendalikan segalanya, siapa yang akan melakukannya? Kau tahu betapa banyak orang yang ingin melihatku jatuh.”

Shabiya menggigit bibirnya, tidak bisa membantah. Ia tahu apa yang Chandra katakan benar. Ia berbalik, berjalan menuju sofa dan duduk dengan tangan yang terlipat. “Aku hanya berharap kau mengerti bahwa tidak semua harus selalu menjadi pertarungan, Chandra.”

Chandra mengikutinya, duduk di sampingnya. Ia meraih tangan Shabiya, menggenggamnya dengan lembut tetapi kokoh. “Aku tidak akan pernah membiarkan siapa pun menyakitimu, atau apa pun yang kita miliki, Shabiya. Aku pernah kehilangan sesuatu yang berharga, dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi.”

Ada ketulusan di suaranya yang membuat hati Shabiya melunak, meskipun ia tetap menatapnya dengan mata tajam. “Aku bisa melindungi diriku sendiri, kau tahu.”

“Aku tahu,” Chandra menjawab, senyum tipisnya kembali muncul. “Tapi aku tetap akan melakukannya, bahkan jika kau tidak membutuhkannya.”

Suasana di antara mereka melunak, meski masih ada ketegangan kecil yang biasa menyertai perdebatan mereka.

Ada keheningan diantara keduanya sebelum akhirnya Chandra melanjutkan, "Kau marah?" tanya Chandra, suaranya sedikit lebih hangat sekarang, tetapi masih dengan nada yang membuat siapa pun sulit untuk menghindar.

Shabiya mendengus, ekspresinya mencerminkan campuran frustrasi dan kekesalan. "Aku hanya ingin agar kau konsisten dengan apa yang kau katakan.”

Chandra mendekat, tangan besarnya menggenggam lembut dagu Shabiya, memaksa istrinya untuk menatap langsung ke matanya. “Aku melakukannya bukan untuk membuktikan apapun,” katanya, suaranya rendah namun setiap kata terukir tajam. “Aku melakukannya untuk memastikan warisan keluarga ini tidak hancur. Dan untuk memastikan kau—istriku—tidak harus hidup dengan dampak dari kegagalan itu.”

Shabiya menepis tangannya dengan gerakan cepat. “Aku tidak butuh perlindungan semacam itu, Chandra. Aku bisa menjaga diriku sendiri.”

Chandra tersenyum kecil, kali ini lebih sebagai respon atas sikap keras kepala istrinya. “Dan aku tidak akan pernah berhenti melindungimu. Kau bisa marah, memprotes, bahkan membenci aturan-aturanku. Tapi aku tidak akan pernah meminta maaf karena aku ingin kau aman.”

Sebelum Shabiya sempat membalas, dia mendekapnya erat. Pelukan itu hangat dan kokoh, seperti benteng yang tak tergoyahkan. Meski awalnya ia berusaha melawan, akhirnya Shabiya mengalah, bersandar di dada suaminya.

***

Di tempat lain, di sebuah restoran mewah yang hampir sepi, Awan duduk bersama Erika di sebuah meja di sudut ruangan. Dia tampak gelisah, jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja, sementara Erika memandangnya dengan tatapan penuh antisipasi.

“Jadi apa rencanamu sekarang?” tanya Erika, suaranya penuh nada manipulatif.

Awan menghela napas berat. “Chandra terlalu sempurna. Terlalu pintar, terlalu tenang, terlalu... segalanya. Aku tidak bisa mengalahkannya secara langsung. Ayah bahkan tidak pernah percaya padaku seperti dia percaya pada Chandra.”

Erika menyeringai. “Itu alasan kenapa kita harus bermain pintar. Kita bisa membuatnya terlihat gagal, kehilangan kendali.”

Awan mengangguk perlahan. Matanya memancarkan kebencian yang mendalam. “Kita harus memastikan satu hal. Chandra tidak pernah memiliki pewaris. Kalau dia tidak punya anak, maka warisan keluarga ini akan jatuh padaku. Itu adalah kelemahannya yang paling besar sekarang.”

Erika mencondongkan tubuhnya, senyumnya semakin lebar. “Dan aku tahu persis bagaimana caranya.”

***

Terpopuler

Comments

ona

ona

apasih lu erika

2024-12-22

1

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Pertama
2 The Wedding Day
3 Storms in the Ballroom
4 Games and Truth Behind the Smiles
5 Ciuman yang Mengubah Permainan
6 A Kiss and A Promise
7 Peran yang Dipaksakan
8 Walls of Change
9 Malam yang Penuh Intrik
10 From Agreement to Understanding
11 Harmony or Clash?
12 Beneath the Veil of Control
13 Silent Connections
14 The Price of Choice
15 One Bite at a Time
16 Unspoken Fears
17 Batas yang Tak Terlihat
18 The Best Medicine
19 Suami yang Terlalu Posesif
20 Permainan Kekuasaan
21 A Morning Interrupted
22 Lines Drawn Over Dinner
23 Colliding Hearts
24 A Wedding Dress and an Unwelcome Past
25 A Call That Changes Everything
26 Silent Storm Behind the Wheel
27 Harga Sebuah Kebebasan
28 Api Kecil yang Membakar
29 The Aftermath of Intimacy
30 Between Control And Protection
31 Breaking The Rules
32 Silent Confrontation
33 A Morning Of Silence
34 The Black Dress And Jealousy
35 A Night of Tension
36 A Night of Revelation
37 The Shadow of Desire
38 A New Beginning
39 Velora Meets Luxora
40 Aliansi di Ruang Rapat
41 Ancaman dan Rahasia
42 The Unyielding Protector
43 The Calm Before the Storm
44 The Claim of Touch
45 The Breaking Point
46 Two Worlds Collide
47 The Hidden Truth
48 Playing with Fire
49 Unsettled Silence
50 Langkah di Lorong Gelap
51 Who Dares Touch My Wife?
52 When Safety Feels Like a Cage
53 Jealousy Behind The Smile
54 A Husband’s Vow"
55 A Father's Ultimatum
56 Confronting the Enemy Within
57 The Last Warning
58 Bound by Secrets
59 The Unspoken Burdens
60 Knight And Pawns
61 A Midnight Encounter
62 The Subtle Changes We Had
63 A Morning of Care and Compromise
64 A Detour to the Unknown
65 Unplanned Beginnings
66 When the Past Knocks at the Door
67 Between Secrets and Promises
68 The Unyielding Concern
69 The Perfume's Sting
70 Parfum and Poisoned Words
71 Between Strength and Surrender
72 A Breakfast of Power Plays
73 A Cold Embrace
74 The Unseen Side of Love
75 A Life in Transition
76 The Secret She Hide
77 Sandiwara yang Gagal
78 Bayangan dari Masa Lalu
79 Konfrontasi dan Permainan Berbahaya
80 Benih Keraguan
81 The Power and Betrayal
82 Shabiya's Secrets: A Past That Won't Stay Buried
83 A Past That Won't Let Go
84 Unyielding Vow
85 A Love Tested by The Past
86 A Father's Betrayal
87 Unveiling Secrets
88 Unspoken Wounds
89 Bloodstains and Fears
90 Tidak Ada Ruang Untuk Penolakan
91 A Dangerous Emotion
92 Shield and Fortress
93 Negotiations with the Devil
94 No One Will Hurt You Again
95 A Hunger He Could Not Quench
96 A Dangerous Alliance
97 A Silent Battle Begins
98 When Danger Creeps In
99 When the Hunter Becomes the Prey
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Pertemuan Pertama
2
The Wedding Day
3
Storms in the Ballroom
4
Games and Truth Behind the Smiles
5
Ciuman yang Mengubah Permainan
6
A Kiss and A Promise
7
Peran yang Dipaksakan
8
Walls of Change
9
Malam yang Penuh Intrik
10
From Agreement to Understanding
11
Harmony or Clash?
12
Beneath the Veil of Control
13
Silent Connections
14
The Price of Choice
15
One Bite at a Time
16
Unspoken Fears
17
Batas yang Tak Terlihat
18
The Best Medicine
19
Suami yang Terlalu Posesif
20
Permainan Kekuasaan
21
A Morning Interrupted
22
Lines Drawn Over Dinner
23
Colliding Hearts
24
A Wedding Dress and an Unwelcome Past
25
A Call That Changes Everything
26
Silent Storm Behind the Wheel
27
Harga Sebuah Kebebasan
28
Api Kecil yang Membakar
29
The Aftermath of Intimacy
30
Between Control And Protection
31
Breaking The Rules
32
Silent Confrontation
33
A Morning Of Silence
34
The Black Dress And Jealousy
35
A Night of Tension
36
A Night of Revelation
37
The Shadow of Desire
38
A New Beginning
39
Velora Meets Luxora
40
Aliansi di Ruang Rapat
41
Ancaman dan Rahasia
42
The Unyielding Protector
43
The Calm Before the Storm
44
The Claim of Touch
45
The Breaking Point
46
Two Worlds Collide
47
The Hidden Truth
48
Playing with Fire
49
Unsettled Silence
50
Langkah di Lorong Gelap
51
Who Dares Touch My Wife?
52
When Safety Feels Like a Cage
53
Jealousy Behind The Smile
54
A Husband’s Vow"
55
A Father's Ultimatum
56
Confronting the Enemy Within
57
The Last Warning
58
Bound by Secrets
59
The Unspoken Burdens
60
Knight And Pawns
61
A Midnight Encounter
62
The Subtle Changes We Had
63
A Morning of Care and Compromise
64
A Detour to the Unknown
65
Unplanned Beginnings
66
When the Past Knocks at the Door
67
Between Secrets and Promises
68
The Unyielding Concern
69
The Perfume's Sting
70
Parfum and Poisoned Words
71
Between Strength and Surrender
72
A Breakfast of Power Plays
73
A Cold Embrace
74
The Unseen Side of Love
75
A Life in Transition
76
The Secret She Hide
77
Sandiwara yang Gagal
78
Bayangan dari Masa Lalu
79
Konfrontasi dan Permainan Berbahaya
80
Benih Keraguan
81
The Power and Betrayal
82
Shabiya's Secrets: A Past That Won't Stay Buried
83
A Past That Won't Let Go
84
Unyielding Vow
85
A Love Tested by The Past
86
A Father's Betrayal
87
Unveiling Secrets
88
Unspoken Wounds
89
Bloodstains and Fears
90
Tidak Ada Ruang Untuk Penolakan
91
A Dangerous Emotion
92
Shield and Fortress
93
Negotiations with the Devil
94
No One Will Hurt You Again
95
A Hunger He Could Not Quench
96
A Dangerous Alliance
97
A Silent Battle Begins
98
When Danger Creeps In
99
When the Hunter Becomes the Prey

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!