Batas yang Tak Terlihat

Shabiya duduk di pinggir ranjang, kakinya terlipat di bawah tubuhnya. Matanya menatap Chandra yang berdiri di dekat jendela, dengan segelas whiskey yang hampir kosong di tangannya. Ia tampak seperti patung, punggungnya tegak, bahunya tegang, pandangannya kosong mengarah ke hujan di luar.

Setelah beberapa saat hening, Shabiya menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian untuk bertanya.

"Chandra," suaranya pelan tapi tegas. "Aku ingin tahu sesuatu."

Chandra tidak menoleh. Matanya masih menatap ke luar, tapi ada jeda kecil sebelum ia menjawab, suaranya dalam, nyaris datar. "Apa?"

Shabiya menggigit bibir bawahnya, menyusun kata-kata dengan hati-hati. "Tentang Erika. Tentang kalian."

Ketegangan di bahu Chandra semakin terlihat. Ia tidak bergerak, tapi Shabiya tahu bahwa kata-katanya telah menusuk sesuatu yang dalam, sesuatu yang rapuh.

"Kenapa?" tanyanya, suaranya tetap datar, tapi ada nada tajam yang menyelinap di baliknya. "Kenapa kau ingin tahu?"

"Aku hanya ingin memahami, ingin tahu lebih banyak," jawab Shabiya dengan tenang, meskipun hatinya berdebar. Ia tahu ini pembicaraan yang berbahaya, tapi ia sudah terlanjur bicara.

Akhirnya, Chandra berbalik. Tatapannya gelap, tajam, tapi ada sesuatu yang lain di matanya_sesuatu yang hampir menyerupai rasa sakit. Ia berjalan perlahan ke arah ranjang, berdiri di depan Shabiya, menatapnya dengan intensitas yang membuat wanita itu ingin mundur tapi tidak bisa.

"Erika," katanya pelan, hampir berbisik. "Adalah kesalahan terbesarku."

Shabiya terdiam, tidak memotong. Ia tahu Chandra tidak mudah berbagi, dan jika ia berbicara sekarang, maka itu adalah momen yang langka.

"Kami bertemu ketika aku masih berusaha membangun hidupku. Dia cerdas, menarik, penuh dengan ambisi. Aku pikir... aku pikir dia mencintaiku." Chandra tertawa kecil, tapi itu lebih terdengar seperti ejekan untuk dirinya sendiri. "Ternyata dia hanya mencintai apa yang bisa kuberikan padanya."

Shabiya melihat luka itu di mata Chandra, luka yang meskipun sudah lama, masih belum sepenuhnya sembuh. "Dan Awan?" tanyanya pelan.

Chandra tersenyum tipis, tapi itu senyuman yang pahit. "Saudaraku sendiri. Mereka berselingkuh di belakangku. Aku bahkan tidak tahu kapan itu dimulai. Aku hanya tahu bahwa ketika akhirnya aku menyadarinya, segalanya sudah terlambat."

Ia duduk di sofa di seberangnya, tubuhnya bersandar ke belakang, tapi auranya tetap tegang. "Aku tidak pernah membayangkan bahwa pengkhianatan itu akan datang dari dua orang yang seharusnya paling kupercayai. Erika dan aku... kami berencana untuk menikah. Aku membeli rumah ini, ya, untuk dia." Tatapannya beralih ke sekeliling ruangan, dan ada sesuatu yang getir dalam suaranya. "Aku membangun tempat ini untuk kami. Tapi sayangnya, dia memilih kakakku."

Kata-kata itu menggantung di udara, berat dan penuh dengan rasa sakit yang tersembunyi di balik nada suara Chandra yang dingin. Shabiya merasa dadanya sesak, bukan karena apa yang Chandra katakan, tetapi karena cara ia mengatakannya_seolah-olah luka itu tidak hanya menghancurkannya tetapi juga mengubahnya menjadi seseorang yang berbeda.

"Dan sekarang," lanjut Chandra, menatap Shabiya dengan tajam, "rumah ini bukan lagi untuk nya. Ini milik kita. Aku membangun ulang semuanya untuk kita."

Shabiya mengangguk pelan, tidak tahu apa yang harus ia katakan. Ia ingin menenangkan Chandra, ingin menjelaskan bahwa ia tidak berniat mengungkit luka lama itu. Tapi sebelum ia bisa berbicara, Chandra melanjutkan.

"Aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama, Shabiya," katanya dengan nada rendah tapi tegas. "Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi."

Ada intensitas dalam kata-katanya yang membuat Shabiya hampir tidak bisa bernapas. Ia tahu bahwa ini adalah deklarasi yang serius, sesuatu yang tidak bisa ia abaikan begitu saja. Tapi sebelum ia sempat menjawab, Chandra berdiri, meninggalkan gelas whiskey di atas meja.

"Aku butuh udara segar," katanya singkat sebelum berjalan keluar, meninggalkan Shabiya sendirian di kamar mereka.

***

Malam di luar kamar mereka sunyi, hanya terdengar sesekali suara hujan yang tersisa mengetuk lembut jendela. Udara dalam ruangan terasa hangat, tetapi tidak cukup untuk meredakan kegelisahan di hati Chandra. Setelah hampir satu jam di luar, ia akhirnya kembali, langkahnya pelan saat memasuki kamar. Ia tidak ingin membangunkan Shabiya_tidak setelah perdebatan panjang tadi.

Tapi saat matanya menangkap sosoknya, ia terdiam di ambang pintu.

Shabiya tertidur di sisi ranjang, dengan posisi menyamping, wajahnya menghadap ke Chandra. Rambut panjangnya terurai di atas bantal putih, menciptakan kontras yang membuatnya tampak seperti lukisan. Cahaya lampu malam yang lembut menyorot wajahnya, menonjolkan setiap lekuk halus dan alisnya yang melengkung sempurna.

Wajahnya begitu polos, begitu alami, begitu... rapuh.

Chandra merasakan dadanya mengencang. Selama ini, Shabiya baginya adalah sosok yang tangguh, berdiri seperti dinding batu di hadapan badai. Tapi sekarang, ia melihat sisi lain dari istrinya_sisi yang tenang, hampir tak tersentuh.

Ia mendekat tanpa suara, berhenti di sisi ranjang, matanya masih terpaku pada wajah Shabiya. Bahkan dalam tidur, ada sesuatu yang membuat wanita itu tampak kuat. Tidak ada kerutan kecemasan, tidak ada tanda bahwa ia terbebani oleh perdebatan atau masalah pekerjaan. Hanya ketenangan, keindahan yang sederhana namun memukau.

Chandra menghela napas pelan, hampir tidak terdengar. Pikirannya kembali pada percakapan mereka sebelumnya. Shabiya tidak salah ingin tahu tentang Erika, tentang masa lalu yang Chandra benci untuk diingat. Tapi ia tidak siap untuk membuka semua itu, tidak ketika setiap kenangan terasa seperti duri yang mencabik-cabik hatinya.

Ia tidak menyalahkan Shabiya karena bertanya, tapi ia juga tidak bisa sepenuhnya membiarkannya masuk. Tidak sepenuhnya.

"Maaf," bisiknya, nyaris tanpa suara. Kata itu meluncur tanpa disadari, dan ia sendiri terkejut telah mengucapkannya.

Matanya jatuh ke bibir Shabiya_bibir yang pernah disentuhnya, pada pesta pernikahan mereka. Itu adalah ciuman yang cepat, penuh formalitas. Tapi malam ini... ia merasakan dorongan yang tidak bisa dijelaskan. Keinginan yang tidak logis untuk merasakan lagi bagaimana rasanya menyentuh kelembutan itu, untuk mengetahui bagaimana rasanya benar-benar memilikinya.

Chandra menunduk sedikit, cukup untuk mencium aroma lembut yang berasal dari rambut Shabiya. Campuran sampo dan sesuatu yang lain_mungkin dirinya sendiri.

'Apa yang sedang kau lakukan?' pikirnya sendiri, menegur dirinya yang mulai terbawa perasaan. Tapi matanya tetap tertuju pada bibir itu, pada wajah istrinya yang tenang dan damai. Keinginan itu menguat, membuatnya frustrasi.

Ia mengulurkan tangan, hampir menyentuh pipi Shabiya, sebelum menariknya kembali dengan cepat. Napasnya menjadi berat. Ini salah. Dia tidur. Dia tidak tahu.

Namun, dorongan itu tidak hilang. Sebaliknya, semakin kuat. Ia tahu betapa salahnya menyerah pada perasaan itu sekarang, tetapi setiap inci dirinya berteriak untuk mendekat, untuk mengambil apa yang sebenarnya sudah menjadi miliknya.

Ia menutup matanya, menarik napas panjang, mencoba mengendalikan dirinya. Dan setelah beberapa saat, ia mundur satu langkah.

Ia kembali berdiri di ambang pintu, menatap Shabiya dari kejauhan. Perasaannya adalah campuran yang aneh—keinginan, frustrasi, dan kekaguman yang membingungkan.

"Kenapa kau harus membuatku merasa seperti ini?" gumamnya pelan, suaranya hampir tidak terdengar di tengah keheningan.

***

Terpopuler

Comments

ona

ona

napa kaga jadi wkwkwk

2024-12-21

1

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Pertama
2 The Wedding Day
3 Storms in the Ballroom
4 Games and Truth Behind the Smiles
5 Ciuman yang Mengubah Permainan
6 A Kiss and A Promise
7 Peran yang Dipaksakan
8 Walls of Change
9 Malam yang Penuh Intrik
10 From Agreement to Understanding
11 Harmony or Clash?
12 Beneath the Veil of Control
13 Silent Connections
14 The Price of Choice
15 One Bite at a Time
16 Unspoken Fears
17 Batas yang Tak Terlihat
18 The Best Medicine
19 Suami yang Terlalu Posesif
20 Permainan Kekuasaan
21 A Morning Interrupted
22 Lines Drawn Over Dinner
23 Colliding Hearts
24 A Wedding Dress and an Unwelcome Past
25 A Call That Changes Everything
26 Silent Storm Behind the Wheel
27 Harga Sebuah Kebebasan
28 Api Kecil yang Membakar
29 The Aftermath of Intimacy
30 Between Control And Protection
31 Breaking The Rules
32 Silent Confrontation
33 A Morning Of Silence
34 The Black Dress And Jealousy
35 A Night of Tension
36 A Night of Revelation
37 The Shadow of Desire
38 A New Beginning
39 Velora Meets Luxora
40 Aliansi di Ruang Rapat
41 Ancaman dan Rahasia
42 The Unyielding Protector
43 The Calm Before the Storm
44 The Claim of Touch
45 The Breaking Point
46 Two Worlds Collide
47 The Hidden Truth
48 Playing with Fire
49 Unsettled Silence
50 Langkah di Lorong Gelap
51 Who Dares Touch My Wife?
52 When Safety Feels Like a Cage
53 Jealousy Behind The Smile
54 A Husband’s Vow"
55 A Father's Ultimatum
56 Confronting the Enemy Within
57 The Last Warning
58 Bound by Secrets
59 The Unspoken Burdens
60 Knight And Pawns
61 A Midnight Encounter
62 The Subtle Changes We Had
63 A Morning of Care and Compromise
64 A Detour to the Unknown
65 Unplanned Beginnings
66 When the Past Knocks at the Door
67 Between Secrets and Promises
68 The Unyielding Concern
69 The Perfume's Sting
70 Parfum and Poisoned Words
71 Between Strength and Surrender
72 A Breakfast of Power Plays
73 A Cold Embrace
74 The Unseen Side of Love
75 A Life in Transition
76 The Secret She Hide
77 Sandiwara yang Gagal
78 Bayangan dari Masa Lalu
79 Konfrontasi dan Permainan Berbahaya
80 Benih Keraguan
81 The Power and Betrayal
82 Shabiya's Secrets: A Past That Won't Stay Buried
83 A Past That Won't Let Go
84 Unyielding Vow
85 A Love Tested by The Past
86 A Father's Betrayal
87 Unveiling Secrets
88 Unspoken Wounds
89 Bloodstains and Fears
90 Tidak Ada Ruang Untuk Penolakan
91 A Dangerous Emotion
92 Shield and Fortress
93 Negotiations with the Devil
94 No One Will Hurt You Again
95 A Hunger He Could Not Quench
96 A Dangerous Alliance
97 A Silent Battle Begins
98 When Danger Creeps In
99 When the Hunter Becomes the Prey
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Pertemuan Pertama
2
The Wedding Day
3
Storms in the Ballroom
4
Games and Truth Behind the Smiles
5
Ciuman yang Mengubah Permainan
6
A Kiss and A Promise
7
Peran yang Dipaksakan
8
Walls of Change
9
Malam yang Penuh Intrik
10
From Agreement to Understanding
11
Harmony or Clash?
12
Beneath the Veil of Control
13
Silent Connections
14
The Price of Choice
15
One Bite at a Time
16
Unspoken Fears
17
Batas yang Tak Terlihat
18
The Best Medicine
19
Suami yang Terlalu Posesif
20
Permainan Kekuasaan
21
A Morning Interrupted
22
Lines Drawn Over Dinner
23
Colliding Hearts
24
A Wedding Dress and an Unwelcome Past
25
A Call That Changes Everything
26
Silent Storm Behind the Wheel
27
Harga Sebuah Kebebasan
28
Api Kecil yang Membakar
29
The Aftermath of Intimacy
30
Between Control And Protection
31
Breaking The Rules
32
Silent Confrontation
33
A Morning Of Silence
34
The Black Dress And Jealousy
35
A Night of Tension
36
A Night of Revelation
37
The Shadow of Desire
38
A New Beginning
39
Velora Meets Luxora
40
Aliansi di Ruang Rapat
41
Ancaman dan Rahasia
42
The Unyielding Protector
43
The Calm Before the Storm
44
The Claim of Touch
45
The Breaking Point
46
Two Worlds Collide
47
The Hidden Truth
48
Playing with Fire
49
Unsettled Silence
50
Langkah di Lorong Gelap
51
Who Dares Touch My Wife?
52
When Safety Feels Like a Cage
53
Jealousy Behind The Smile
54
A Husband’s Vow"
55
A Father's Ultimatum
56
Confronting the Enemy Within
57
The Last Warning
58
Bound by Secrets
59
The Unspoken Burdens
60
Knight And Pawns
61
A Midnight Encounter
62
The Subtle Changes We Had
63
A Morning of Care and Compromise
64
A Detour to the Unknown
65
Unplanned Beginnings
66
When the Past Knocks at the Door
67
Between Secrets and Promises
68
The Unyielding Concern
69
The Perfume's Sting
70
Parfum and Poisoned Words
71
Between Strength and Surrender
72
A Breakfast of Power Plays
73
A Cold Embrace
74
The Unseen Side of Love
75
A Life in Transition
76
The Secret She Hide
77
Sandiwara yang Gagal
78
Bayangan dari Masa Lalu
79
Konfrontasi dan Permainan Berbahaya
80
Benih Keraguan
81
The Power and Betrayal
82
Shabiya's Secrets: A Past That Won't Stay Buried
83
A Past That Won't Let Go
84
Unyielding Vow
85
A Love Tested by The Past
86
A Father's Betrayal
87
Unveiling Secrets
88
Unspoken Wounds
89
Bloodstains and Fears
90
Tidak Ada Ruang Untuk Penolakan
91
A Dangerous Emotion
92
Shield and Fortress
93
Negotiations with the Devil
94
No One Will Hurt You Again
95
A Hunger He Could Not Quench
96
A Dangerous Alliance
97
A Silent Battle Begins
98
When Danger Creeps In
99
When the Hunter Becomes the Prey

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!