Walls of Change

Rumah baru mereka berdiri megah di tengah kota, dikelilingi oleh pagar tinggi yang memberikan privasi sepenuhnya. Gaya arsitekturnya modern, dengan dinding kaca besar dan desain minimalis yang menonjolkan kekayaan tanpa berlebihan. Saat mobil mereka meluncur melewati gerbang, Shabiya memandang bangunan itu dengan perasaan campur aduk. Cantik, tentu saja, tapi juga terasa asing. Rumah ini bukan sekadar bangunan; itu adalah simbol ikatan yang baru saja ia sepakati, meski dengan banyak keraguan.

“Selamat datang di rumah baru kita,” kata Chandra, nadanya terdengar ringan tapi dengan kehangatan yang disembunyikan.

Pintu utama dibuka oleh seorang wanita berusia sekitar lima puluhan, berpakaian rapi dengan seragam hitam dan apron putih. Rambutnya digelung dengan rapi, dan wajahnya menunjukkan ekspresi hormat bercampur ketegasan.

“Ini Rosa,” kata Chandra memperkenalkan kepala pelayan rumah itu. “Dia sudah bekerja dengan keluargaku selama bertahun-tahun. Rosa, ini Shabiya.”

Rosa tersenyum ramah. “Selamat datang, Nyonya. Senang akhirnya bisa bertemu dengan Anda.”

Shabiya hanya mengangguk kecil. Kata “Nyonya” terasa canggung, seperti pakaian yang terlalu besar untuk dipakai.

Rosa memimpin mereka masuk, menunjukkan berbagai bagian rumah—ruang tamu yang luas, dapur modern dengan peralatan lengkap, dan akhirnya, kamar utama. Wanita itu lalu pamit undur diri setelah memastikan tugasnya selesai.

Kamar itu luar biasa besar. Dindingnya dihiasi karya seni abstrak, dan di tengah ruangan ada tempat tidur yang tampak terlalu mewah untuk ditempati. Di sudut, ada sofa besar dengan meja kopi, lengkap dengan jendela besar yang menghadap ke pemandangan kota.

“Ini kamar kita,” ujar Chandra santai, melepas jasnya dan meletakkannya di kursi dekat pintu. “Semua yang kau butuhkan ada di sini.”

Shabiya berhenti di ambang pintu, menatap ruangan itu seolah sedang menilai apakah ia bisa merasa nyaman di dalamnya. “Aku ingin punya kamar sendiri,” katanya akhirnya, nada suaranya datar tapi tegas.

Chandra berhenti sejenak, lalu menoleh, alisnya terangkat. “Kamar sendiri?”

“Ya. Privasi adalah hal penting bagiku,” tegas Shabiya sambil melipat tangan di depan dada.

Chandra menyeringai, senyum yang lebih seperti tantangan daripada keramahan. “Sayangnya, aku tidak menyiapkan itu. Ada kamar untuk pelayan, tentu saja, tapi aku rasa kau tidak ingin tinggal di sana.”

Shabiya memutar matanya, merasa kesal. “Kalau begitu, kau punya waktu beberapa hari untuk menyiapkan kamar lain untukku.”

Chandra melangkah mendekat, sorot matanya tajam namun menggoda. “Aku rasa kau salah paham. Keputusanku sudah final. Pernikahan ini sungguhan, Shabiya, bukan kontrak. Kau istriku, dan aku suamimu. Kita berbagi rumah ini. Kita berbagi kamar ini. Dan, pada waktunya, kita akan berbagi hidup ini.”

“Berbagi kamar tidak termasuk dalam kesepakatan,” balas Shabiya tajam, rahangnya mengencang. "Lagipula aku belum menyetujui apapun. Dan soal Awan dan Erika, termasuk juga semua hal yang terjadi sepanjang pesta pernikahan kita, itu adalah sebagian kecil bantuan dariku. Hanya agar reputasimu tidak jatuh di hadapan mereka."

Chandra mengangkat satu alis, senyumnya melebar. “Aku tahu, tapi bukankah aku sudah bilang, kalau aku ingin keturunan? Bagaimana kita bisa melakukannya jika kita berada di kamar yang berbeda?”

Nada menggoda dalam suaranya membuat darah Shabiya mendidih. “Keturunan? Kau serius tentang itu?”

Chandra hanya mengangkat bahu, seolah pertanyaan itu terlalu sederhana untuk dijawab dengan kerumitan. “Tentu saja. Sebagai bagian dari keluarga ini, aku punya tanggung jawab. Keturunan adalah bagian dari itu. Awan tidak bisa diandalkan—kau tahu itu. Aku tidak akan membiarkan perusahaan kami kehilangan penerus hanya karena kebodohannya.”

Shabiya menatapnya, masih berusaha memahami seberapa jauh ego pria ini melangkah. “Jadi, ini hanya tentang bisnis dan reputasi?”

“Ini tentang masa depan,” kata Chandra dengan nada lebih serius. “Perusahaan kita bukan sekadar bisnis keluarga, Shabiya. Itu adalah warisan. Aku harus memastikan bahwa itu tetap kuat, bahwa aku bisa meninggalkan sesuatu yang nyata. Dan untuk itu, aku butuh penerus. Keturunan yang bisa melanjutkan apa yang sudah dimulai oleh keluargaku.”

Shabiya menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. “Kau benar-benar berpikir ini cara yang tepat? Menikah dengan seseorang yang bahkan hampir tidak kau kenal, dan berharap aku akan setuju dengan semua ini?”

“Aku tidak berharap kau setuju. Aku hanya berharap kau mengerti,” jawab Chandra, nadanya lebih lembut, meski tetap penuh keyakinan.

Chandra lalu melangkah pendek, berdiri di dekat jendela, kemeja putih yang ia kenakan lengannya digulung hingga siku. Sebuah pemandangan yang, jika tidak dalam situasi seperti ini, mungkin akan menarik perhatian Shabiya. Tapi sekarang, hanya ada rasa frustrasi.

"Baiklah, katakan padaku," kata Shabiya akhirnya, memecah keheningan yang membingungkan. "Kenapa kau begitu ngotot dengan semua ini?"

Chandra menoleh, sorot matanya tajam namun penuh teka-teki. “Aku sudah menjelaskannya tadi. Pernikahan ini bukan sekadar kesepakatan bisnis, Shabiya.”

"Kita tidak saling mengenal, bagaimana mungkin kita_" kalimat Shabiya menggantung di udara.

Chandra tersenyum kecil, lebih kepada dirinya sendiri daripada pada Shabiya. "Aku tahu kau tidak suka aturan yang dipaksakan, tapi kau tetap menghormati komitmen. Aku tahu kau tidak akan lari dari tantangan, bahkan yang sesulit ini.”

Shabiya mendekat, menatapnya dengan tajam. “Dan kau pikir itu cukup alasan untuk memaksa seseorang tidur denganmu? Untuk berbagi hidup denganmu? Dan mengandung serta melahirkan anak-anakmu?”

Chandra tertawa kecil, suara yang lebih seperti ejekan. “Tidur denganku adalah hal kecil, Shabiya. Kau tahu apa yang benar-benar penting? Kesetiaan. Dedikasi. Dan aku tahu kau memilikinya.”

Shabiya mendengus, tapi ada sesuatu dalam nada suaranya yang menunjukkan bahwa dia tidak sepenuhnya bisa membantah. "Kau begitu yakin tentang itu, ya? Kau bahkan tidak peduli dengan apa yang aku pikirkan."

“Aku peduli,” jawab Chandra serius. “Aku hanya yakin bahwa apa yang kulakukan adalah yang terbaik. Untukku. Untukmu. Dan untuk keluarga kita.”

“Fakta bahwa kau menyebutnya keluarga kita sangat ironis,” sindir Shabiya, melipat tangan di dadanya.

Chandra mendekat, jaraknya hanya beberapa langkah dari Shabiya. “Aku tahu kau marah. Kau merasa terkekang. Tapi percayalah, kau akan melihat ini berbeda suatu hari nanti.”

Shabiya memutar matanya, tapi Chandra tidak terganggu. Dia tahu caranya menangani wanita ini—dengan kesabaran dan keteguhan, meski itu berarti menahan diri dari meladeni setiap serangannya.

"Lalu bagaimana dengan Erika? Bukankah dia sudah hamil dan mengandung anak Awan?" tanya Shabiya dengan nada skeptis, alisnya sedikit terangkat, menunjukkan betapa ia begitu ragu. Ia menatap Chandra seolah mencari kebenaran dalam jawaban yang akan Chandra berikan. Meski suaranya terdengar tenang, ada ketegangan terselubung di balik pertanyaan itu.

Chandra mengambil waktu sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Awan telah menghancurkan terlalu banyak hal. Reputasi keluarga, bisnis ayahku, dan bahkan kepercayaanku padanya. Aku tidak bisa menyerahkan warisan ini kepadanya. Tapi aku juga tidak bisa membiarkan semuanya berakhir di tanganku. Ini tentang memastikan ada seseorang yang bisa melanjutkan apa yang telah dibangun keluargaku. Seseorang yang membawa namaku. Namamu juga, sekarang.”

Shabiya mengangkat alis, setengah terkejut mendengar sisi emosional itu dari Chandra. Tapi dia tetap bertahan dengan sikap dinginnya. “Jadi aku ini hanya alat untuk memastikan warisanmu tetap hidup?”

Chandra menggeleng, menatapnya dengan sorot mata yang lebih lembut. “Bukan hanya itu, Shabiya. Kau adalah seseorang yang kubutuhkan. Lebih dari yang mungkin bisa kau pahami saat ini.”

Shabiya menahan napas sejenak. Kata-kata itu memiliki bobot yang tidak dia duga. Tapi sebelum dia bisa membalas, Rosa mengetuk pintu dan masuk dengan sedikit ragu.

“Maaf mengganggu, Tuan, Nyonya,” katanya sopan. “Ada seseorang di luar yang ingin bertemu dengan Anda, Tuan Chandra.”

Chandra mengerutkan alis. “Siapa?”

“Dia tidak memberikan nama. Hanya mengatakan bahwa ini sangat penting dan mendesak.”

Chandra menoleh ke Shabiya, memberikan isyarat agar dia tetap di kamar, lalu berjalan keluar dengan Rosa. Saat pintu tertutup di belakangnya, Shabiya merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

***

Episodes
1 Pertemuan Pertama
2 The Wedding Day
3 Storms in the Ballroom
4 Games and Truth Behind the Smiles
5 Ciuman yang Mengubah Permainan
6 A Kiss and A Promise
7 Peran yang Dipaksakan
8 Walls of Change
9 Malam yang Penuh Intrik
10 From Agreement to Understanding
11 Harmony or Clash?
12 Beneath the Veil of Control
13 Silent Connections
14 The Price of Choice
15 One Bite at a Time
16 Unspoken Fears
17 Batas yang Tak Terlihat
18 The Best Medicine
19 Suami yang Terlalu Posesif
20 Permainan Kekuasaan
21 A Morning Interrupted
22 Lines Drawn Over Dinner
23 Colliding Hearts
24 A Wedding Dress and an Unwelcome Past
25 A Call That Changes Everything
26 Silent Storm Behind the Wheel
27 Harga Sebuah Kebebasan
28 Api Kecil yang Membakar
29 The Aftermath of Intimacy
30 Between Control And Protection
31 Breaking The Rules
32 Silent Confrontation
33 A Morning Of Silence
34 The Black Dress And Jealousy
35 A Night of Tension
36 A Night of Revelation
37 The Shadow of Desire
38 A New Beginning
39 Velora Meets Luxora
40 Aliansi di Ruang Rapat
41 Ancaman dan Rahasia
42 The Unyielding Protector
43 The Calm Before the Storm
44 The Claim of Touch
45 The Breaking Point
46 Two Worlds Collide
47 The Hidden Truth
48 Playing with Fire
49 Unsettled Silence
50 Langkah di Lorong Gelap
51 Who Dares Touch My Wife?
52 When Safety Feels Like a Cage
53 Jealousy Behind The Smile
54 A Husband’s Vow"
55 A Father's Ultimatum
56 Confronting the Enemy Within
57 The Last Warning
58 Bound by Secrets
59 The Unspoken Burdens
60 Knight And Pawns
61 A Midnight Encounter
62 The Subtle Changes We Had
63 A Morning of Care and Compromise
64 A Detour to the Unknown
65 Unplanned Beginnings
66 When the Past Knocks at the Door
67 Between Secrets and Promises
68 The Unyielding Concern
69 The Perfume's Sting
70 Parfum and Poisoned Words
71 Between Strength and Surrender
72 A Breakfast of Power Plays
73 A Cold Embrace
74 The Unseen Side of Love
75 A Life in Transition
76 The Secret She Hide
77 Sandiwara yang Gagal
78 Bayangan dari Masa Lalu
79 Konfrontasi dan Permainan Berbahaya
80 Benih Keraguan
81 The Power and Betrayal
82 Shabiya's Secrets: A Past That Won't Stay Buried
83 A Past That Won't Let Go
84 Unyielding Vow
85 A Love Tested by The Past
86 A Father's Betrayal
87 Unveiling Secrets
88 Unspoken Wounds
89 Bloodstains and Fears
90 Tidak Ada Ruang Untuk Penolakan
91 A Dangerous Emotion
92 Shield and Fortress
93 Negotiations with the Devil
94 No One Will Hurt You Again
95 A Hunger He Could Not Quench
96 A Dangerous Alliance
97 A Silent Battle Begins
98 When Danger Creeps In
99 When the Hunter Becomes the Prey
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Pertemuan Pertama
2
The Wedding Day
3
Storms in the Ballroom
4
Games and Truth Behind the Smiles
5
Ciuman yang Mengubah Permainan
6
A Kiss and A Promise
7
Peran yang Dipaksakan
8
Walls of Change
9
Malam yang Penuh Intrik
10
From Agreement to Understanding
11
Harmony or Clash?
12
Beneath the Veil of Control
13
Silent Connections
14
The Price of Choice
15
One Bite at a Time
16
Unspoken Fears
17
Batas yang Tak Terlihat
18
The Best Medicine
19
Suami yang Terlalu Posesif
20
Permainan Kekuasaan
21
A Morning Interrupted
22
Lines Drawn Over Dinner
23
Colliding Hearts
24
A Wedding Dress and an Unwelcome Past
25
A Call That Changes Everything
26
Silent Storm Behind the Wheel
27
Harga Sebuah Kebebasan
28
Api Kecil yang Membakar
29
The Aftermath of Intimacy
30
Between Control And Protection
31
Breaking The Rules
32
Silent Confrontation
33
A Morning Of Silence
34
The Black Dress And Jealousy
35
A Night of Tension
36
A Night of Revelation
37
The Shadow of Desire
38
A New Beginning
39
Velora Meets Luxora
40
Aliansi di Ruang Rapat
41
Ancaman dan Rahasia
42
The Unyielding Protector
43
The Calm Before the Storm
44
The Claim of Touch
45
The Breaking Point
46
Two Worlds Collide
47
The Hidden Truth
48
Playing with Fire
49
Unsettled Silence
50
Langkah di Lorong Gelap
51
Who Dares Touch My Wife?
52
When Safety Feels Like a Cage
53
Jealousy Behind The Smile
54
A Husband’s Vow"
55
A Father's Ultimatum
56
Confronting the Enemy Within
57
The Last Warning
58
Bound by Secrets
59
The Unspoken Burdens
60
Knight And Pawns
61
A Midnight Encounter
62
The Subtle Changes We Had
63
A Morning of Care and Compromise
64
A Detour to the Unknown
65
Unplanned Beginnings
66
When the Past Knocks at the Door
67
Between Secrets and Promises
68
The Unyielding Concern
69
The Perfume's Sting
70
Parfum and Poisoned Words
71
Between Strength and Surrender
72
A Breakfast of Power Plays
73
A Cold Embrace
74
The Unseen Side of Love
75
A Life in Transition
76
The Secret She Hide
77
Sandiwara yang Gagal
78
Bayangan dari Masa Lalu
79
Konfrontasi dan Permainan Berbahaya
80
Benih Keraguan
81
The Power and Betrayal
82
Shabiya's Secrets: A Past That Won't Stay Buried
83
A Past That Won't Let Go
84
Unyielding Vow
85
A Love Tested by The Past
86
A Father's Betrayal
87
Unveiling Secrets
88
Unspoken Wounds
89
Bloodstains and Fears
90
Tidak Ada Ruang Untuk Penolakan
91
A Dangerous Emotion
92
Shield and Fortress
93
Negotiations with the Devil
94
No One Will Hurt You Again
95
A Hunger He Could Not Quench
96
A Dangerous Alliance
97
A Silent Battle Begins
98
When Danger Creeps In
99
When the Hunter Becomes the Prey

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!