Bab 17

Karena tugas rumah sudah di alihkan ke Lasya. Mau tidak mau Lasya harus memulai dengan sangat cekatan mengerjakan pekerjaan rumah.

Pertama, dia sudah menyiapkan sarapan. Selesai masak dia membersihkan alat-alat dapur yang baru saja dia gunakan.

Dia mendongak saat mendengar langkah kaki terdengar. Dengan raut senyuman bahagia dia mengelapi tangan basahnya dan menyambut Andrian.

" Mas.. sini duduk. Aku sudah selesai nyiapin sarapan." Kata Lasya. Atas inisiatifnya sendiri, dia bahkan menarikkan kursi sebagai tempat duduk Andrian.

Hati Lasya seketika sumringah saat Andrian sudi duduk di kursi yang dia siapkan tadi.

Tanpa menunggu lagi, Lasya mencidukkan nasi ke piring Andrian.

" Mas kamu lauknya mau apa? Pagi ini aku buat ayam saus pedas, sama gulai ikan." Lasya menyebutkan masakannya dengan hati yang bangga.

Melihat jajaran masakan di hadapannya, kening Andrian malah berkerut.

" Ambilkan aku ayam saja." Balasnya singkat.

" Iya.." Lasya buru-buru mengambilkan satu lauk ayam ke piring Andrian.

" Cicipi mas. Aku baru mencoba resep baru." Ungkap Lasya.

Mendengar resep baru Andrian menjadi sungkan untuk mencicipi. Dari awal dia sudah merasa ragu.

Tapi Andrian tetap memaksa mencoba. Dia sudah menyuir ayam ini menggunakan sendok dan garpu, melahapnya bersama nasi.

Lasya sangat menunggu..

Dia dengan secara serius menunggu pujian dari Andrian.

" Gimana mas? Enak nggak?" Lasya bertanya dengan tatapan yang terus terfokuskan ke arah Andrian.

" Biasa." Balas Andrian singkat.

Semangat yang membara di hati Lasya seketika padam. Dia seketika menjadi lesu.

Tanpa berbicara ataupun mengatakan apa-apa. Sepasang suami-istri ini kini sarapan bersama.

Andrian terus memakan makanannya. Tapi menyisakan di piringnya. Terlihat dia menarik tisu. Mengelap bibirnya dan meminum minuman air putih.

" Mas kamu mau kemana?" Lasya bertanya. Sebab Andrian sudah berdiri lagi dan meraih tas.

Tanpa menjawab Andrian pergi begitu saja.

" Mas tunggu. Kopi mu belum di minum." Lasya menyusul Andrian. Memegang sebelah tangan Andrian agar berhenti.

" Lepas." Dengan secara kasar, Andrian menepis pegangan tangan Lasya.

Lasya seketika langsung terdiam. Dia hanya memandangi langkah Andrian yang semakin menjauh.

Mobil Andrian sudah mulai melaju meninggalkan halaman. Meninggalkan Lasya yang masih dalam sebuah penyesakan.

" Kalau saja kamu mengijinkan ku bekerja mas. Sekarang kita pasti berangkat bersama." Gumamnya, tatapannya masih menatap area luar.

" Non.."

Lasya menoleh saat pelayan datang dan memanggil.

" Iya, ada apa?" Balas Lasya.

" Tidak apa-apa. Saya hanya memanggil anda. Saya lihat anda termenung."

Lasya langsung menyelipkan surai rambutnya ke belakang telinga. " Tidak apa-apa kok." Balasnya singkat.

" Ya sudah kalau begitu saya ijin ke depan." Vania sedikit membungkuk lewat di depan Lasya.

Lasya menghela napasnya pelan. Dia kembali berbalik menuju meja makan.

Tersisa sedikit makanan yang ada di piringnya tadi. Dia kembali duduk dan menghabiskan makanan yang ada di piringnya.

" Capek juga ya jadi ibu rumah tangga. Ini masih pagi padahal. Tapi tenagaku sudah lemas." Lasya mengeluh. Menatap sendu makanan yang ada di meja.

Dia rela bangun pagi dan cepat-cepat memasak. Tapi jangankan mendapatkan ucapan terimakasih. Andrian bahkan sama sekali tidak tersenyum kepadanya.

" Haahh.." Lasya kembali menghela napasnya. Dia berdiri, menata makanan ini kembali.

Pekerjaan demi pekerjaan dia lakukan.

Dia menyapu lantai, mengepel, bahkan membersihakan meja-meja serta hiasan yang ada di rumah ini.

Penampilannya sudah sangat-sangat jauh dari sebelumnya. Penampilannya kini kucel. Badannya masam dan keringat juga membasahi badannya.

" Aku tidak menyangka kalau membersihkan rumah seberat ini. Astaaagaa..." Lasya mengkrotok badannya sendiri. Merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku.

" Lebih baik aku istirahat dulu." Dia mendudukkan dirinya di sofa. Menyandarkan tubuh lelahnya dengan tak bertenaga.

" Ehm, tubuhku bau sekali. Aku bahkan belum mandi. Astagaaa, pantas saja kalau mas Andrian tadi jutek." Lasya memukul keningnya sendiri.

" Bagaimana ceritanya tadi aku kok bisa lupa nggak mandi. Ah parah sekali aku ini."

Lasya langsung bangkit. Dia kembali naik ke atas dan masuk ke dalam air mandi.

Lasya sudah merendam tubuhnya di air hangat. Limpahan busa sabun menciptakan sensasi melegakan. Rasa lelah lambat laun sirna. Pikiran Lasya pun tak seruwet tadi.

" An..." seperti biasa. Bianka datang dengan lenggak-lenggok tubuhnya. Sangat sengaja dia memakai baju yang ketat. Alasannya jelas saja menggoda Andrian.

" Kamu sudah sarapan belum." Bianka meletakkan tasnya ke meja. Memberikan ciuman singkat ke rahang Andrian.

" Sudah." Jawab Andrian dingin.

" Sudah? Kamu sarapan dengan istri culun mu itu." Bibir Bianka langsung mengerucut. Dia kesal saat mendengar Andrian sudah sarapan. Bukankah itu artinya Andrian sarapan juga dengan Lasya! Bianka tidak suka!.

" Hm." Balas Andrian singkat lagi. Tanpa memperdulikan ocehan Bianka, Andrian terus mengerjakan pekerjaannya. Dia terus saja mengetik dan memperhatikan laptopnya.

" Kenapa sih An kamu sarapan segala dengan wanita culun itu. Kamu kan bisa nolak! Kamu bisa bilang sarapan di kantor." Bianka mulai mengomel.

" Bisa diam nggak! Aku sibuk."

Bianka berdecak kesal. Tapi dia seketika melakukan rencana lain. Senyuman di bibirnya dia tarik. Dia berjalan mendekat dan memijat bahu Andrian.

" An.." panggil Bianka dengan suara ala-ala manja.

" Hem."

" Aku nanti ada pemotretan. Aku rasanya butuh perhiasan. Bisa nggak aku pinjam uang mu dulu."

" Uang mu sendiri kemana. Bukannya kamu kerja." Balas Andrian santai. Fokusnya belum teralihkan, dia masih menatap laptop.

" Ck, kamu tahu sendirikan. Kalau ibu ku tidak bekerja. Aku harus menghidupi dan mencukupi kebutuhan hidup ku. Belum lagi kebutuhan di korea serba mahal." Memelas sudah Bianka bercerita.

Tanpa mengatakan apa-apa. Andrian mengeluarkan kartu miliknya. Meletakkannya secara kasar ke atas meja.

Berbinar seketika mata Bianka saat melihat kartu itu.

" An, kamu serius memberikan ku kartu ini?" Bianka mengambil kartunya. Menatap kartu itu dengan bahagia yang tiada tara.

" Beli yang kamu mau. Selesai belanja kembalikan." Ucap Andrian.

Mata Bianka berkedip-kedip. Menoleh melihat Andrian dengan kening berkerut.

" Di kembalikan." Desisnya.

" Iya. Kamu kira kamu siapa. Aku tidak akan memberimu banyak leluasa."

" Nggak apa-apa deh. Yang penting aku bisa beli perhiasan. Aku akan beli yang paling mahal." Bianka bergumam di dalam hatinya.

" Baik aku setuju. Emuach." Bianka melangkan kecupannya di seluruh wajah Andrian. Membuat Andrian merasa risih dan mendorongnya agar sedikit menjauh.

" Jangan berlebihan." Ungkap Andrian dengan wajah masam.

" Hehe.. iya maaf. Aku berangkat dulu ya." Bianka mengambil tas nya.

" Aku mencintaimu." Bianka melayangkan kecupan jauhnya.

Peluh keringat sudah hampir bertetesan. Lasya sampai jam 11 masih mengepel rumah. Masih sepertiga besarnya rumah ini dia mengepel, tapi Lasya sudah merasa sangat lelah.

" Rumah besar sangat melelahkan." Keluhnya. sebelah tangannya mengusap peluh di dahinya.

Penampilannya sudah layaknya pelayan pada umumnya. Rambutnya lepek karena keringat, padahal tadi pagi di baru selesai keramas. Badan bagian dalam pun terasa lengket.

" HUH.." Dia membuang napasnya kasar. Kembali melanjutkan aktifitas rumah tangga walau dengan rasa lelah yang super melanda.

Episodes
1 Bab 1 : Awal
2 Bab 2. Kembalinya Sang Mantan
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 35
36 Bab 36. Ayo Ke Hotel
37 Bab 37 Dukungan Mendua Dari Sang Mama
38 Bab 38 Kegilaan Bianka
39 Bab 39. Kenapa tidak bercerai saja
40 Bab 40. Watak Buruk Bianka
41 Bab 41. Di kira Wanita Pelit
42 Bab 42. Anak Tiri
43 Bab 43. Suami mu, Pacar ku!
44 Bab 44. Kejahatan Andrian Lagi
45 Bab 45. Di Benci Suami, Di Puji Bujang
46 Bab 46. Mulut pedas Ibu Mertua
47 Bab 47. Sikap Andrian yang Mempermalukan Lasya
48 Bab 48. Marah atau Cemburu
49 Bab 49. Buruk Sangka
50 Bab 50. Kiriman Video
51 Bab 51. Mulai Terbongkar
52 Bab 52. Jujur Atau Tidak?
53 Bab 53. Kemarahan Edwin
54 Bab 54. Keputusan William
55 Bab 55. Surat Cerai
56 Bab 56. Kehampaan Andrian
57 bab 57. Salah Perjodohan
58 Bab 58 Tergoda
59 Bab 59. Mengatur Trik
60 Bab 60 sidang Mediasi
61 Bab 61 Melayani 10 pria
62 Bab 62 Bertarung
63 Bab 63 Masalah Baru
64 Bab 64 Pembalasan William
65 Bab 65 Kepanikan Andrian
66 Bab 66 Pidana
67 Bab 67 Menyatakan perasaan
68 Bab 68 Karma
69 Bab 69 Teringat kebaikan Lasya
70 Bab 70 Meninggalkan Kota
71 Bab 71 Di manjakan
72 Bab 72 Nasib yang sudah berbeda
73 Bab 73 Keberhasilan Lasya
74 Bab 74 Menikah
75 Bab 75 Pergi
76 Bab 76 Kegugupan William
77 Bab 77 Menyatakan Cinta
78 Bab 78 Berdebar
79 Bab 79 Sayang
80 Bab 80 Semakin gencar
81 Bab 81. Sebuah Pesta
82 Bab 82 Bertemu
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 : Awal
2
Bab 2. Kembalinya Sang Mantan
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
35
36
Bab 36. Ayo Ke Hotel
37
Bab 37 Dukungan Mendua Dari Sang Mama
38
Bab 38 Kegilaan Bianka
39
Bab 39. Kenapa tidak bercerai saja
40
Bab 40. Watak Buruk Bianka
41
Bab 41. Di kira Wanita Pelit
42
Bab 42. Anak Tiri
43
Bab 43. Suami mu, Pacar ku!
44
Bab 44. Kejahatan Andrian Lagi
45
Bab 45. Di Benci Suami, Di Puji Bujang
46
Bab 46. Mulut pedas Ibu Mertua
47
Bab 47. Sikap Andrian yang Mempermalukan Lasya
48
Bab 48. Marah atau Cemburu
49
Bab 49. Buruk Sangka
50
Bab 50. Kiriman Video
51
Bab 51. Mulai Terbongkar
52
Bab 52. Jujur Atau Tidak?
53
Bab 53. Kemarahan Edwin
54
Bab 54. Keputusan William
55
Bab 55. Surat Cerai
56
Bab 56. Kehampaan Andrian
57
bab 57. Salah Perjodohan
58
Bab 58 Tergoda
59
Bab 59. Mengatur Trik
60
Bab 60 sidang Mediasi
61
Bab 61 Melayani 10 pria
62
Bab 62 Bertarung
63
Bab 63 Masalah Baru
64
Bab 64 Pembalasan William
65
Bab 65 Kepanikan Andrian
66
Bab 66 Pidana
67
Bab 67 Menyatakan perasaan
68
Bab 68 Karma
69
Bab 69 Teringat kebaikan Lasya
70
Bab 70 Meninggalkan Kota
71
Bab 71 Di manjakan
72
Bab 72 Nasib yang sudah berbeda
73
Bab 73 Keberhasilan Lasya
74
Bab 74 Menikah
75
Bab 75 Pergi
76
Bab 76 Kegugupan William
77
Bab 77 Menyatakan Cinta
78
Bab 78 Berdebar
79
Bab 79 Sayang
80
Bab 80 Semakin gencar
81
Bab 81. Sebuah Pesta
82
Bab 82 Bertemu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!