Bab 4

••

Bastian mengangguki seolah dia sudah paham akan sesuatu. Mungkin itu perintah atau bahkan hasil dari perundingan mereka disana.

Jantung Lasya berdebar bukan main, dia hanya bisa menunggu dengan meramalkan doa agar pemilik mobil ini rela melepaskannya tanpa syarat.

Napas Lasya terasa semakin tipis saat melihat pria yang itu mendekat kembali ke arahnya.

Mereka sejenak saling tatap.

" Atasanku sudah setuju."

Senyum di wajah Lasya mengembang sempurna, matanya berbinar bahagia.

" Jadi atasan mu mau membebaskan ku!! Terima kasih, terima kasih." Demi menghormati keputusan menggembirakan ini, Lasya langsung menunduk berulang kali.

" Apa yang kamu pikirkan. Atasanku setuju kamu bersujud di depannya." Ucap Bastian menghentikan kegembiraan yang berkibar di hati wanita depannya.

Lasya langsung diam membeku. Dia menatap pria di depannya ini dengan nanar. " Apa maksutmu?" Tanyanya pelan.

" Kamu tidak paham dengan apa yang ku katakan tadi? Aku bilang KAMU HARUS BERSUJUD DI KAKI ATASANKU, SAMPAI DIA MEMERINTAHKANMU BERHENTI." Jelas Bastian penuh dengan kata penekanan.

Kaki Lasya langsung bergerak mundur satu langkah. Dia memegangi dadanya yang terkejut. Bibirnya langsung terasa berat.

" Cepat ke hadapan atasanku." Ujar Bastian.

Tanpa menunggu Bastian sudah menggeret pergelangan tangan Lasya. Wanita itu di bawa ke mobil Andrian dan di dorongnya hingga tersungkur.

" Bersujudlah sesuai ucapanmu." Titah Bastian.

Lasya masih bingung, dia masih kebingungan layaknya orang linglung.

" Cepat." Sentak Bastian.

Lasya ingin mendongak, ingin melihat wajah pria yang akan dia berikan penghormatan.

" Tundukkan kepalamu, aku tidak sudi di lihat oleh mu."

" Tundukkan kepalamu." Seru Bastian setelah mendengar ucapan Andrian.

Lasya manggut-manggut. Dia langsung menunduk.

" Bersujud." Perintah Bastian.

Lasya terdiam, dia nampak ragu-ragu.

" Cepat lakukan atau kita ke kantor polisi saja." Kata Andrian.

" Jangan tolong jangan."

" Tundukkan kepalamu." Bentak Bastian. Belum juga Lasya mendongak, tapi pria di sampingnya ini sudah membentak.

" Tolong jangan laporkan aku ke kantor polisi, tolong kasihanilah aku. Besok aku harus menikah, aku tidak mungkin membuat acara ku sendiri gagal." Ucap Lasya memohon.

Andrian mengerutkan dahinya. Menikah? Besok? Kenapa hari pernikahan itu sama dengannya!

Dia menoleh menatap wanita yang mengemis kepadanya ini. Di tatapnya dengan sangat seksama hingga dia berdecih dan tersenyum smirk.

" Jangan buang-buang waktuku. Segera lakukan atau aku akan menyeretmu ke penjara."

Mata Lasya membulat, sungguh bersujud seperti ini bukanlah keinginannya. Dia hanya berpura-pura saja awalnya agar mendapatkan simpati. Tapi siapa yang akan mengira, jika aktingnya itu malah membuatnya harus menjilat air ludahnya sendiri.

" Cepat." Bastian yang sudah kesal mendorong Lasya hingga menunduk dalam.

' Argh...' rintihan kecil keluar dari bibir Lasya ketika tangannya menyentuh aspal yang panas dan kasar.

" Cepat lakukan." Tukas Bastian, dia sudah mulai bosan melihat wanita ini yang mengulur-ulur waktu.

" CEPAT." Habis sudah batas kesabaran Bastian.

Bentakan ini membuat nyali Lasya menciut. Dia dengan tubuh bergetar mengangguk dan bersujud. Dia berniat ingin bangun, tapi punggungnya di tahan oleh seseorang.

••

Lasya meringis menahan sakit di telapak tangannya. Dia menangis, dia menangis di dalam mobilnya. Kejadian tadi sama sekali tidak seperti yang dia kira. Sama sekali dia tidak pernah menyangka jika dia akan di permalukan di tempat umum.

" Pria itu benar-benar tega." Gumamnya dengan wajah cemberut. Lembaran demi lembaran tisu dia tarik tiada henti demi mengusapi telapak tangannya dan air matanya.

" Dia sama sekali tidak punya belas kasih kepada wanita. Apa dia tidak di ajari untuk mengalah dengan wanita."

' Hah...' dia mendongak menahan air mata yang ingin terus menerus tumpah. Telapak tangannya dia gunakan untuk mengipasi wajahnya.

" Aku tidak boleh nangis, aku besok menikah. Aku tidak boleh jelek di depan suamiku dan orang-orang." Gumamnya sembari mengusap kembali sudut-sudut mata.

" Lebih baik aku ke salon. Ini lebih bisa menghiburku dari pada aku menangis di sini."

Ya, setelah memutuskan. Dia menyalakan mobilnya lagi. Dia menekan pedal gasnya dan meluncur pergi dari tempat sana.

••

" Tuan terus bagaimana dengan mobil anda? Apa anda sungguh tidak meminta ganti rugi?"

Andrian dengan santai mendengarkan sembari membalik-balikkan setiap lembaran dokumen yang harus dia tanda tangani. " Tidak perlu, kamu jual saja mobilnya terus beli yang baru. Aku tidak mau menggunakan benda yang sudah menjadi rongsokan."

" Di jual tuan? Apa anda yakin? Ini adalah mobil kesayangan anda?"

Brak...

Andrian menutup buku di tangannya itu dengan kencang. Membuat Bastian seketika bungkam dan menunduk.

" Apa kamu perlu menanyakan keputusanku? Apa hak mu meragukan setiap kata-kataku. Aku menggajimu bukan untuk mengoceh."

" Maafkan saya tuan, maafkan saya." Bastian membungkuk berulang-ulang. Merasa takut jika menjadi samsak hidup Andrian.

" Pergi kamu." Usir Andrian. Dia sudah kembali membuka lembaran bukunya.

Merasa mendapatkan kesempatan bagus, Bastian langsung tersenyum dan berpamitan.

" Baik tuan, saya permisi."

' CK..' Andrian berdecak, merasa kesal saja dari tadi.

' Huft.. huft.. huft...' Bastian mengatur napasnya sembari mengusap dada. Salsa yang melihat merasa aneh, dia langsung berdiri dan keluar dari ruangannya.

" Bas, kamu kenapa?" Tanyanya dengan kepala yang sedikit miring.

Bastian menggeleng. " Tidak apa-apa." Balasnya.

" Tidak apa-apa bagaimana maksutmu? Wajahmu saja seperti orang ketakutan."

' Hmmpt.. hmppt.' Salsa memukul tangan Bastian yang dengan berani membungkamnya.

" Hustt, jangan Keras-keras. Apa kamu mau tuan Andrian dengar!" Desis Bastian.

Tangan Salsa memberontak, berusaha menyingkirkan tangan kotor Bastian dari mulutnya.

" Apa-apaan kamu ini. Tanganmu itu sudah merusak lipstik ku tau." Kesal Salsa, wajahnya cemberut.

" Sorry sorry, aku reflek."

" Reflek apaan. Yang ada kamu tuh sengaja." Balas Salsa dengan mengibaskan rambutnya ke belakang.

Bastian menggeleng kecil. " Lebih baik kamu hati-hati kalau bertemu tuan Andrian." Bisik Bastian.

" Hah!! Kenapa memang? Apa ada sesuatu?"

Ke dua ini berbisik-bisik dengan jarak yang sangat dekat.

Bibir Salsa terbuka lebar, sepertinya dia tengah terkejut mendengar sesuatu dari rekan kerjanya itu.

" Kamu serius?" Pekik Salsa.

" Hussstttt.. jangan keras-keras." Balas Bastian dengan meletakkan telunjuk ke bibirnya.

" Oh maaf-maaf." Suara Salsa pun memelan.

" Kamu serius dengan yang kamu katakan tadi?" Desis Salsa dengan raut bertanya-tanya.

Bastian menganggukinya cepat. Membuat Salsa seketika ternganga.

" Astagaaa.. aku benar-benar syok. Aku tidak nyangka kalau tuan Andrian bisa seperti itu."

" Sudah sudah, kembali kerja. Dari pada kena amuk."

Salsa langsung mengangguk. Mereka berdua secara serempak membubarkan diri, kembali ke aktifitas mereka masing-masing.

Drrt...

Drrt...

Suara ponsel Andrian terdengar berdering. Terlihat nama mama-nya tertulis di sana.

" Hallo ma." Sapa Andrian dengan tubuh yang bersandar di kursi kebesaran.

" Kamu masih di kantor An?"

" Hem iya. Ada apa?"

" Mama boleh kesitu?"

" Untuk apa, aku sedang sangat sibuk sekarang."

" Mama hanya bosan di rumah. Papa mu terus saja menyuruh mama untuk membujuk mu agar mau pergi menyiapkan baju pengantin."

" Aku tidak mau pergi."

" Mama tahu. Maka dari itu mama ke kantormu, setidaknya mama bisa mengirimkan bukti kalau kita sudah bersama."

" Terserah mama saja."

" Oke, kalau begitu mama kesana. Kamu tenang saja, mama akan atur semuanya. Yang penting papa-mu itu tidak ngamuk-ngamuk."

Tut...

Andrian memijat pangkal hidungnya. Sungguh dia tidak menyangka di jaman modern seperti ini, masih ada saja perjodohan.

Episodes
1 Bab 1 : Awal
2 Bab 2. Kembalinya Sang Mantan
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 35
36 Bab 36. Ayo Ke Hotel
37 Bab 37 Dukungan Mendua Dari Sang Mama
38 Bab 38 Kegilaan Bianka
39 Bab 39. Kenapa tidak bercerai saja
40 Bab 40. Watak Buruk Bianka
41 Bab 41. Di kira Wanita Pelit
42 Bab 42. Anak Tiri
43 Bab 43. Suami mu, Pacar ku!
44 Bab 44. Kejahatan Andrian Lagi
45 Bab 45. Di Benci Suami, Di Puji Bujang
46 Bab 46. Mulut pedas Ibu Mertua
47 Bab 47. Sikap Andrian yang Mempermalukan Lasya
48 Bab 48. Marah atau Cemburu
49 Bab 49. Buruk Sangka
50 Bab 50. Kiriman Video
51 Bab 51. Mulai Terbongkar
52 Bab 52. Jujur Atau Tidak?
53 Bab 53. Kemarahan Edwin
54 Bab 54. Keputusan William
55 Bab 55. Surat Cerai
56 Bab 56. Kehampaan Andrian
57 bab 57. Salah Perjodohan
58 Bab 58 Tergoda
59 Bab 59. Mengatur Trik
60 Bab 60 sidang Mediasi
61 Bab 61 Melayani 10 pria
62 Bab 62 Bertarung
63 Bab 63 Masalah Baru
64 Bab 64 Pembalasan William
65 Bab 65 Kepanikan Andrian
66 Bab 66 Pidana
67 Bab 67 Menyatakan perasaan
68 Bab 68 Karma
69 Bab 69 Teringat kebaikan Lasya
70 Bab 70 Meninggalkan Kota
71 Bab 71 Di manjakan
72 Bab 72 Nasib yang sudah berbeda
73 Bab 73 Keberhasilan Lasya
74 Bab 74 Menikah
75 Bab 75 Pergi
76 Bab 76 Kegugupan William
77 Bab 77 Menyatakan Cinta
78 Bab 78 Berdebar
79 Bab 79 Sayang
80 Bab 80 Semakin gencar
81 Bab 81. Sebuah Pesta
82 Bab 82 Bertemu
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 : Awal
2
Bab 2. Kembalinya Sang Mantan
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
35
36
Bab 36. Ayo Ke Hotel
37
Bab 37 Dukungan Mendua Dari Sang Mama
38
Bab 38 Kegilaan Bianka
39
Bab 39. Kenapa tidak bercerai saja
40
Bab 40. Watak Buruk Bianka
41
Bab 41. Di kira Wanita Pelit
42
Bab 42. Anak Tiri
43
Bab 43. Suami mu, Pacar ku!
44
Bab 44. Kejahatan Andrian Lagi
45
Bab 45. Di Benci Suami, Di Puji Bujang
46
Bab 46. Mulut pedas Ibu Mertua
47
Bab 47. Sikap Andrian yang Mempermalukan Lasya
48
Bab 48. Marah atau Cemburu
49
Bab 49. Buruk Sangka
50
Bab 50. Kiriman Video
51
Bab 51. Mulai Terbongkar
52
Bab 52. Jujur Atau Tidak?
53
Bab 53. Kemarahan Edwin
54
Bab 54. Keputusan William
55
Bab 55. Surat Cerai
56
Bab 56. Kehampaan Andrian
57
bab 57. Salah Perjodohan
58
Bab 58 Tergoda
59
Bab 59. Mengatur Trik
60
Bab 60 sidang Mediasi
61
Bab 61 Melayani 10 pria
62
Bab 62 Bertarung
63
Bab 63 Masalah Baru
64
Bab 64 Pembalasan William
65
Bab 65 Kepanikan Andrian
66
Bab 66 Pidana
67
Bab 67 Menyatakan perasaan
68
Bab 68 Karma
69
Bab 69 Teringat kebaikan Lasya
70
Bab 70 Meninggalkan Kota
71
Bab 71 Di manjakan
72
Bab 72 Nasib yang sudah berbeda
73
Bab 73 Keberhasilan Lasya
74
Bab 74 Menikah
75
Bab 75 Pergi
76
Bab 76 Kegugupan William
77
Bab 77 Menyatakan Cinta
78
Bab 78 Berdebar
79
Bab 79 Sayang
80
Bab 80 Semakin gencar
81
Bab 81. Sebuah Pesta
82
Bab 82 Bertemu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!