Bab 15

Lasya dengan tergesa-gesa memasak. Waktu nya sudah sangat menipis, Andrian sebentar lagi pulang.

" Sudah matang, sudah matang. Aku harus segera menatanya."

Lasya bergegas menyiapkan wadah lauk pauk dan nasi. Dia menata lauk yang dia masak dan membawanya untuk di tata ke atas meja.

Nasi, lauk ayam bakar, dan sop ayam, tertata dengan begitu rapi di atas meja.

Lasya diam, memandangi dengan penuh bangga masakannya. Terlihat sangat cantik dan menarik.

" Mas Andrian pasti akan suka." Gumamnya dengan sangat percaya diri.

Tak berselang lama suara sepatu terdengar. Lasya yakin kalau itu pasti Andrian. Dengan teburu-buru, Lasya datang maju menghampiri suaminya.

" Mas..." Lasya menyambut Andrian dengan penuh hangat. Senyumannya di ulas dengan lebar, memberikan pelayanan layaknya istri baik pada umumnya.

Andrian hanya diam. Dia menatap Lasya dari ujung kaki hingga ujung kepala.

" Darimana kamu?" Tanyanya ketus. Wajahnya dingin sama sekali tak berekspresi.

" Eh, aku.. aku.." Sial, saking terburu-burunya demi menyiapkan makan tepat waktu. Lasya lupa tidak berganti baju. Bahkan haigh hells nya masih bersarang indah di kakinya.

" Jawab aku, kamu darimana."

" Aku tadi dari kantor mas." Jawab Lasya. Dia meremat ujung kukunya. Menahan rasa bersalahnya.

Pandangan Andrian sangatlah tajam. Bahkan wajahnya lebih dingin dari sebelumnya. Terlihat dia melangkah maju. Mendekat ke arah Lasya.

" Ergh..." Lasya merintih saat tangan besar Andrian mencemgkram kuat rahangnya. Jelas saja ini sakit. Tubuh Lasya jauh tak seimbang dengan postur tubuh Andrian.

" Apa kamu tuli! Apa kamu bodoh!" Ucap Andrian dengan rahang yang mengetat. Sedangkan cengkraman tangannya terus menekan rahang Lasya.

" Argh, ini sakit mas." Lasya merem melek menahan rasa sakit ini. Dia memegang tangan Andrian, berharap suaminya ini akan segera melepaskan.

" JAWAB AKU!" Andrian berteriak tepat di wajah Lasya. Membuat Lasya seketika menggigil ketakutan.

" Tolong lepaskan dulu ma..s!" Pinta Lasya. Wajahnya sudah memerah menahan rasa sakit dan sesak nya.

Andrian menatap Lasya dengan sangat tajam dulu sebelum akhirnya dia melepaskan secara kasar.

Lasya memegangi rahangnya. Secara pelan merintih.

" Siapa yang menyuruh mu kerja? Apa papa-mu."

Andrian kembali emosi. Dia mengarahkan jarinya ke depan Lasya tanpa rasa sungkan.

" Tidak mas." Lasya menggeleng kecil. Dia tentu tidak mau menyeret orang lain. Apalagi papa-nya memanglah tidak tahu apapun.

" Terus kenapa kamu pergi, HAH!"

Lasya hanya mampu mengeratkan matanya saat Andrian kembali meneriakinya.

" Aku hanya mau berpamitan dengan papa." Balas Lasya.

" Pamit? Pamit kamu bilang?" Andrian menarik rambut Lasya hingga mendongak.

" Apa gunanya telepon. Kalau kamu hanya mau pamit, kamu bisa mengatakannya lewat telepon. Kamu kira aku percaya dengan mu. Kamu hanya mau mangkir dari tugas mu, iya kan!" Seru Andrian.

Terlihat dari matanya yang merah Andrian memang sangat marah.

" Aku juga mengambil barang-barang ku mas."

PLAK...

Tamparan keras mengenai wajah Lasya.

" Sekali lagi kamu menjawab ucapanku, aku tidak akan segan-segan memukul mu lebih keras. Dasar istri tidak pecus!"

Andrian langsung pergi begitu saja setelah memaki Lasya. Meninggalkan Lasya yang masih syok dengan apa yang baru saja terjadi padanya.

Semua ini, sangat-sangat di luar perkiraannya. Tamparan Andrian, bahkan sama sekali tidak pernah ada dalam pikiran Lasya.

Andrian melemparkan tas dan dasinya dengan keras. Melampiaskan rasa kekesalannya yang membara.

" Dasar istri tidak pecus! Pulang bukannya bisa istirahat malah di buat kesal!" Amuk Andrian dengan sendirinya.

" HAAHH!" Andrian menghela napasnya dengan sangat kasar. Menggusar rambutnya dengan penuh kekesalan.

Di sini.

Lasya berusaha tetap bersikap tenang. Bagaimanapun juga dia sadar kalau semua ini memanglah murni kesalahannya. Dia yang salah karena tidak meminta ijin terlebih dulu.

Lasya memaklumi amukan Andrian barusan.

" Mas Andrian sudah selesai apa belum ya mandinya? Keburu makanannya dingin, nanti tidak enak." Lasya menatap sedih makanannya. Sangat akan di sayangkan kalau makanan yang sudah susah payah dia buat ini di makan saat sudah dingin.

" Lebih baik aku menyusul mas Andrian saja."

Ya, Lasya memutuskan menyusul suaminya. Dia juga berniat untuk meminta maaf.

TOK..

TOK..

Lasya mengetuk pintu kamar. Perlahan masuk ke dalam.

" Mas, mas sudah selesai mandinya kan? Ayo makan. Aku sudah membuatkan makanan untuk mu. Nanti keburu dingin." Ucap Lasya dengan lembut.

Andrian menoleh, menatap Lasya dengan tatapan yang menghunus. Tanpa basa basi Andrian bangun dari duduknya. Dia berjalan melewati Lasya begitu saja dan keluar dari kamar terlebih dulu.

Sepasang suami istri ini, kini sama-sama saling menuruni anakan tangga. Lasya mengekor Andrian dari belakang. Membiarkan suaminya berada di depan.

Mereka sudah sampai di meja makan. Andrian langsung menarik kursi dan mendudukkan dirinya di sana. Melihat ini, Lasya seketika kembali bahagia. Dia buru-buru duduk di kursi seberang depan Andrian.

" Mas kamu mau makan apa? Biar aku ambilkan."

" Terserah!" Jawab Andrian singkat.

Lasya mengangguk walaupun dia tidak tahu harus mengambilkan lauk apa.

Akhirnya dia mengambilkan nasi dan ayam bakar. Menyuguhkannya ke depan Andrian. Lasya kembali mengambilkan sop ayam dan menuangkannya ke mangkok sup kecil.

" Ini mas, ayo cobalah. Maaf aku hanya menyiapkan ini. Aku belum tahu makanan apa saja yang kamu sukai." Lasya menjelaskannya dengan senyuman yang tertarik di bibirnya.

Tapi Andrian hanya melihatnya sekilas. Itupun dengan tatapan seperti orang benci.

Walaupun tidak mengatakan apapun. Andrian terlihat mau memakan masakan Lasya, tentu saja Lasya senang dan lega. Bukankah itu tandanya Andrian cocok dengan masakannya!

Melihat Andrian yang makan, Lasya pun ikut mengambil makanan lalu makan juga.

Mereka berdua makan bersama walaupun tanpa saling berbicara. Lasya hanya berani menatap suaminya saja, belum berani mengajak bicara lebih. Tentu saja alasannya adalah dia tidak mau terkena amuk lagi.

Bagaimanapun juga sangat wajah Andrian belum romantis. Mereka memang di jodohkan secara mendadak. Begitulah pikir Lasya.

Beberapa menit telah berlalu.

Andrian berdiri lebih dulu, dia hendak melangkah pergi.

" Mas kamu mau tidur?" Tanya Lasya basa-basi. Andrian tidak menoleh, dia juga tidak menanggapi ucapan Lasya barusan.

Andrian malah pergi naik ke lantai atas. Setiap langkah Andrian tidak luput dari pandangan seorang Lasya.

" Dia pasti lelah, makanya mau istirahat cepat."

Lasya tidak langsung menyusul Andrian. Dia lebih dulu menata piring bekas makan mereka. Mencucinya dan membersihkannya dengan rapi.

" Sudah rapi. Semua sudah beres. Lebih baik aku naik ke atas, mas Andrian pasti sudah menunggu ku."

" Dia sangat menyebalkan ma. Kenapa papa memilihkan ku wanita seperti itu." Andrian menceritakan keluh kesahnya kepada ibunya. Sangat kebetulan sekali, di saat sia yang malas menahan marah. Tiba-tiba ibunya menelponnya.

" Sabar saja dulu. Kamu dan dia baru menikah, mama akan coba bujuk papa kamu supaya mengijinkanmu bercerai."

Episodes
1 Bab 1 : Awal
2 Bab 2. Kembalinya Sang Mantan
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 35
36 Bab 36. Ayo Ke Hotel
37 Bab 37 Dukungan Mendua Dari Sang Mama
38 Bab 38 Kegilaan Bianka
39 Bab 39. Kenapa tidak bercerai saja
40 Bab 40. Watak Buruk Bianka
41 Bab 41. Di kira Wanita Pelit
42 Bab 42. Anak Tiri
43 Bab 43. Suami mu, Pacar ku!
44 Bab 44. Kejahatan Andrian Lagi
45 Bab 45. Di Benci Suami, Di Puji Bujang
46 Bab 46. Mulut pedas Ibu Mertua
47 Bab 47. Sikap Andrian yang Mempermalukan Lasya
48 Bab 48. Marah atau Cemburu
49 Bab 49. Buruk Sangka
50 Bab 50. Kiriman Video
51 Bab 51. Mulai Terbongkar
52 Bab 52. Jujur Atau Tidak?
53 Bab 53. Kemarahan Edwin
54 Bab 54. Keputusan William
55 Bab 55. Surat Cerai
56 Bab 56. Kehampaan Andrian
57 bab 57. Salah Perjodohan
58 Bab 58 Tergoda
59 Bab 59. Mengatur Trik
60 Bab 60 sidang Mediasi
61 Bab 61 Melayani 10 pria
62 Bab 62 Bertarung
63 Bab 63 Masalah Baru
64 Bab 64 Pembalasan William
65 Bab 65 Kepanikan Andrian
66 Bab 66 Pidana
67 Bab 67 Menyatakan perasaan
68 Bab 68 Karma
69 Bab 69 Teringat kebaikan Lasya
70 Bab 70 Meninggalkan Kota
71 Bab 71 Di manjakan
72 Bab 72 Nasib yang sudah berbeda
73 Bab 73 Keberhasilan Lasya
74 Bab 74 Menikah
75 Bab 75 Pergi
76 Bab 76 Kegugupan William
77 Bab 77 Menyatakan Cinta
78 Bab 78 Berdebar
79 Bab 79 Sayang
80 Bab 80 Semakin gencar
81 Bab 81. Sebuah Pesta
82 Bab 82 Bertemu
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 : Awal
2
Bab 2. Kembalinya Sang Mantan
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
35
36
Bab 36. Ayo Ke Hotel
37
Bab 37 Dukungan Mendua Dari Sang Mama
38
Bab 38 Kegilaan Bianka
39
Bab 39. Kenapa tidak bercerai saja
40
Bab 40. Watak Buruk Bianka
41
Bab 41. Di kira Wanita Pelit
42
Bab 42. Anak Tiri
43
Bab 43. Suami mu, Pacar ku!
44
Bab 44. Kejahatan Andrian Lagi
45
Bab 45. Di Benci Suami, Di Puji Bujang
46
Bab 46. Mulut pedas Ibu Mertua
47
Bab 47. Sikap Andrian yang Mempermalukan Lasya
48
Bab 48. Marah atau Cemburu
49
Bab 49. Buruk Sangka
50
Bab 50. Kiriman Video
51
Bab 51. Mulai Terbongkar
52
Bab 52. Jujur Atau Tidak?
53
Bab 53. Kemarahan Edwin
54
Bab 54. Keputusan William
55
Bab 55. Surat Cerai
56
Bab 56. Kehampaan Andrian
57
bab 57. Salah Perjodohan
58
Bab 58 Tergoda
59
Bab 59. Mengatur Trik
60
Bab 60 sidang Mediasi
61
Bab 61 Melayani 10 pria
62
Bab 62 Bertarung
63
Bab 63 Masalah Baru
64
Bab 64 Pembalasan William
65
Bab 65 Kepanikan Andrian
66
Bab 66 Pidana
67
Bab 67 Menyatakan perasaan
68
Bab 68 Karma
69
Bab 69 Teringat kebaikan Lasya
70
Bab 70 Meninggalkan Kota
71
Bab 71 Di manjakan
72
Bab 72 Nasib yang sudah berbeda
73
Bab 73 Keberhasilan Lasya
74
Bab 74 Menikah
75
Bab 75 Pergi
76
Bab 76 Kegugupan William
77
Bab 77 Menyatakan Cinta
78
Bab 78 Berdebar
79
Bab 79 Sayang
80
Bab 80 Semakin gencar
81
Bab 81. Sebuah Pesta
82
Bab 82 Bertemu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!