Dave tersentak dengan kalimat sarkas yang di lontarkan oleh mantan tuannya itu. Max telah menganggapnya sebagai partner yang melebihi saudara. Max sangat peduli padanya. Walaupun cara penyampaian pria itu tanpa tedeng aling-aling.
"Tapi, Mayra adalah cucuku, Max. Dia darah dagingku. Apakah salah jika perasaanku tertaut padanya? Apakah salah jika aku peduli padanya? Sedangkan untuk Khanza, aku telah melakukan kewajibanku padanya. Aku telah mencukupi semua kebutuhannya. Apakah itu masih kurang?" Dave tak terima dengan asumsi Max padanya. Sekuat tenaga ia menyangkal hal itu untuk membela dirinya.
"Benar, kalau Mayra itu darah dagingmu. Tak ada satupun di antara kami yang menyangkalnya. Kau pun tak perlu mempertegas itu semua, Dave. Hanya saja, di sini terletak mana dan siapa yang lebih membutuhkan sosokmu, peranmu. Ada posisi dimana kita paling di butuhkan dan di situlah Allah meletakkan manfaat kita sebagai manusia. Masa gitu aja kau gak paham? Kau ini kan salah satu orang kepercayaan ku dengan tingkat kejeniusannya yang tak pernah ku ragukan sedikitpun. Kau orang yang paling berdedikasi yang pernah ku kenal, Dave. Dimana letak logikamu sekarang?"
Dave semakin tersudut dengan kalimat demi kalimat yang meluncur dari mulut sahabat sekaligus besannya itu. Otaknya terus menyangkal asumsi Max padanya. Akan tetapi, tak ada satu kata pun yang sanggup ia keluarkan dengan lidahnya.
"Khanza adalah tanggung jawabmu! Apapun yang terjadi dengannya akan kau pertanggung jawabkan di hadapan Allah. Semua hukum itu tak terlepas di balik statusnya yang hanya anak angkat!" Max terus menyadarkan sahabatnya itu. Ia tak mau Dave salah langkah. Sehingga segala kebaikannya sia-sia.
Dave hanya menunduk diam. Memikirkan kata demi kata yang Max tegaskan padanya. Menelaah, apakah semua yang ia lakukan memang salah. Mencari di dalam nuraninya, adakah sekelumit ketulusan yang tersisa.
Dia harus menyiapkan hati seluas samudera, untuk benar-benar menerima kehadiran Khanza dalam hidupnya. Menerima secara lahir dan batinnya.
"Kembalilah. Aku yakin, jika Sekar dan Khanza sangat membutuhkan kehadiranmu saat ini," kata Max lagi. Melihat sahabatnya itu masih mematung seperti orang bingung.
"Baiklah. Sebaiknya aku pulang." Dave pamit dan melangkah pergi dengan gontai. Max menghela napas lega, melihat sahabatnya mau mendengar nasihatnya. Sayang sekali, itu hanyalah perkiraan Max saja. Nyatanya, Dave menghentikan kendaraannya di depan danau buatan.
Pria itu memilih untuk menikmati indahnya malam seorang diri sambil melamun.
Tiba-tiba, terdengar suara sirine dari mobil ambulance. Kendaraan darurat itu lewat di depannya dengan cepat.
Dave sontak berpikir. Siapa yang memanggil mobil ambulance tersebut? Desa itu baru memiliki satu mobil ambulance sumbangan darinya. Itu pun butuh sistem pengurusan yang membutuhkan waktu sangat lama juga berbelit-belit.
Dave meraih ponselnya. Kedua matanya terbelalak ketika ia mendapati puluhan panggilan dari Sekar, istrinya. Ternyata, alat komunikasi canggih itu tanpa sengaja di silent olehnya. Sehingga ia tak tau kalau ada telepon masuk.
Dave langsung menghubungi Sekar saat itu juga. Gantian. Kini Sekar yang tak bisa di hubungi olehnya.
"Astagfirullah. Apa yang sebenarnya terjadi ya Allah. Apakah segala perbuatan dan sikapku terhadap Khanza itu benar-benar salah? Apakah aku termasuk mendzoliminya?" Dave terlihat mendudukkan dirinya sambil mengusap dadanya yang seketika itu juga sesak. Ia mulai merasa bersalah.
Kemudian Dave mencari tau dengan menghubungi anak buahnya yang ada di pesantren. Kebetulan memang mobil ambulance tersebut ia tempatkan di sana.
Anak buah Dave, menghubungi sang driver ambulance. Di sanalah dia mendapatkan informasi bahwa kendaraan tersebut akan membawa Sekar dan bayinya ke rumah sakit di kota.
Dave seketika panik setelah mendapatkan laporan itu.
"Max, antar aku ke rumah sakit sekarang!"
"Ada apa, Dave? Apa ada yang terjadi dengan bayinya Sekar?" Max, terkejut mendapati telepon dari Dave dengan suara bergetar sahabatnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Nuraini Hasanah
Udh sekar, lebih baik sendiri dan pergi dr kehidupan Dave... itu lebih baik biar tidak lagi merasakan sakit hati dan khanza juga ga di abaikan... seorang ibu bisa menjadi ayah, tapi seorang ayah tidak bisa menjadi ibu..
2025-01-12
3
🌷💚SITI.R💚🌷
dave jangan menyesal ya klu kamu tau keadaan swkar jg khanza..kamu msh egois aja kamu berani ambil tanggung jawab tp ga berani ambil keseluruhany...thoor up nya jangan lama² ya
2025-01-11
2
Wisell Rahayu
semga aja dave menyesali semua keslahan ny selma ini,dan smkn sayng sma sekar dan anak tirinya..cpt lh sadr dave jgn terjebak dgn masa lalumu
2025-01-11
2