Bab 5. Jangan Panggil Aku Tuan.

Hari itu juga, Sekar langsung di bawa pindah ke lingkungan pesantren. Semua demi kebaikannya. Karena lambat laun nanti perutnya akan semakin membesar. Sementara itu, orang-orang di lingkungan pesantren berbeda dengan di kampung.

Mereka tidak akan mencampuri urusan orang lain apalagi mengenai keluarga salah satu pengajar di sana. Ya, Dave menjadi guru beladiri dan atletik untuk para santri di pesantren tersebut. Sedangkan putrinya, yang bernama Velicia alias Zahra mengajar untuk santriwati.

Setelah ijab qobul selesai, acara selanjutnya di adalah tausiah singkat yang di isi oleh ustadz Zayn. Pria itu mengutarakan bagaimana peran pasutri sebenarnya dalam Islam. Apa itu hak dan juga kewajiban masing-masing. Serta apa tujuan dari pernikahan itu sendiri.

"Nikahkan lah orang-orang yang masih membujang di antara kamu dan juga orang-orang yang layak menikah dari hamba sahayamu, baik laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin, maka Allah akan memberikan kemampuan pada mereka dengan karunia-Nya. Allah maha luas ( pemberiannya) dan maha mengetahui." Zayn mengutip isi dari surah An-Nur ayat 32 mengenai perintah menikah yang langsung turun dari Allah melalui Al Qur'an.

Secara jelas, menikah merupakan perintah yang wajib di laksanakan apabila telah memenuhi syarat tertentu. Baik itu kesiapan secara imu, lahir dan batin maupun finansial. Menikah juga merupakan cara untuk melestarikan keturunan. Dimana Rosulullah bahkan memasukkan hal tersebut sebagai salah satu sunnahnya.

Dimana Rosulullah akan membanggakan umatnya yang berjumlah sangat banyak di hadapan Allah nanti.

Secara tak langsung, Zayn mematahkan polemik yang sedang fenomenal di pemikiran masyarakat millenial dimana mereka seakan takut akan yang namanya biduk rumah tangga sehingga mereka lebih memilih hubungan bebas alias berzina. Sehingga hal tersebut tak memungkinkan lahirnya anak-anak di luar nikah. Dimana anak-anak tak berdosa ini banyak yang mengalami nasib tragis. Entah itu di buang maupun di aborsi.

Sebagai ulama di desa itu, dan salah satu pendiri pesantren tersebut, Zayn harus mensyiarkan demi meluruskan pemahaman yang semakin hari semakin jauh dari agama Islam itu sendiri. Tugasnya sebagai pemuka agama tentu tidaklah mudah. Dimana misi tersebut tidak mendapatkan dukungan kuat dari petinggi negeri. Dimana merekalah yang sebenarnya memiliki kuasa untuk mengatur dan menciptakan aturan. Dimana aturan tersebut sesuai dengan syariat Islam.

"Pernikahan adalah ibadah terlama. Masanya seumur hidup. Setiap gerak-geriknya, tingkah polahnya, baik yang mesra maupun bercanda. Semua hitungannya ibadah. Suami istri itu, kalau pegangan tangan aja, luntur lah dosa-dosa keduanya. Masyaallah kan. Indah nikah tuh. Asalkan kita niatkan semua itu atas nama Allah. Dimana hal tersebut kita peruntukan sebagai jalan taat dan taqwa kita kepada Allah. Semua yang kita jalani dan niatkan karena Allah, insyaallah akan Allah bantu, Allah bimbing, Allah mudahkan. Sekalipun ada batu kerikil maupun batu kali, nanti Allah yang akan beri kita kekuatan untuk menghadapinya. Menghancurkan batu-batu itu ataupun membawa batu-batu itu dalam kehidupan kita. Allah itu selalu kasih solusi di setiap masalah. Asalkan kitanya mau mendekat, berserah, mengadu, menangis. Allah suka banget sama hambanya yang merengek terus. Allah itu cinta banget sama hambanya yang selalu membutuhkan Dia."

Zayn menjeda ucapannya yang panjang itu sembari menatap para jama'ah yang memperhatikannya. Kemudian ia melirik sekilas ke arah dua mempelai yang saling terpaku diam. Zayn tersenyum tipis. Hatinya berharap, tembakannya barusan mengenai dua sasaran itu sekaligus.

"Akhir kata dari saya. Berbahagialah kalian yang telah Allah temukan dengan pasangan hidup. Jaga dan pegang erat tangannya. Berjuanglah bersamanya. Jangan lepaskan dia dengan alasan dunia. Bawa Allah ke dalam setiap permasalah kalian. Jangan biarkan setan yang membisikkan pertengkaran, pertikaian dan permusuhan. Karena tak ada hal yang membahagiakan setan selain melihat suami istri tak saling sapa, melihat suami istri saling membelakangi dalam tidurnya, suami istri yang tidak mampu menutupi aib dari pasangannya. Naudzubillah tsumma naudzubillah. Jangan sampai kita termakan oleh fitnah dan bisikan-bisikan dari setan yang terkutuk. Bahkan, Adam dan Hawa terpisah selamanya ratusan tahun karena tipu muslihatnya."

Zayn mengakhiri tausiahnya dengan salam dan pembacaan doa untuk orang kedua mempelai. Di ujung sana, Velicia alias Zahra tersenyum bangga di balik cadarnya.

Acara berlanjut dengan makan-makan prasmanan. Sekar memberanikan diri untuk menoleh ke arah suaminya.

"Tuan, mau saya ambilkan makan?" tawarnya.

Mendapatkan tawaran seperti itu, Dave sempat terkesiap kaget. Ia tak mengira, gadis muda yang ia nikahi itu memiliki inisiatif ke arah sana. Memang kebetulan, perutnya belum di isi sejak pagi.

"Apa tidak akan merepotkanmu. Mengingat pakaianmu yang panjang ini," kata Dave.

"Tidak, sama sekali Tuan."

"Jangan memanggilku seperti itu. Gunakan sebutan lain, sesukamu."

Sekar sontak menggeleng. Tentu ia sungkan jika harus menggunakan panggilan yang lain. Pria di hadapannya bahkan seumuran dengan bapaknya. Hanya saja, Dave terlihat muda dan kekar di bandingkan dengan Semar yang akrab sama sawah dan matahari.

"B–baik. Nanti Sekar pikirkan. Permisi." Sekar berniat berlalu, namun Dave menahan tangannya.

"Temukan panggilan itu sekarang. Saya tidak mau kamu memanggil dengan sebutan itu di depan orang."

GLEKK!

Sekar sontak melongo mendapatkan tuntutan seperti itu. Apalagi Dave saat ini memegang tangannya dengan erat. Wanita mana yang tidak berdesir hatinya ketika di tatap sedemikian rupa oleh pria dengan pahatan sempurna seperti suaminya.

Dave yang melihat Sekar hanya terpaku diam pun menyentak pelan tangannya.

"I–iya, Kang Mas."

Dave membulatkan matanya. Sehingga, Sekar langsung membekap mulutnya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***