Bab 12.

Sekar terkesiap ketika berada di luar kediamannya. Di sana sudah ada Velicia dan juga Arumi. Dua wanita muslimah dengan pakaiannya yang full menutup aurat. Terlihat anggun dan meneduhkan. Sekar tak menyangka jika Arumi juga akan ikut pergi bersama mereka.

Wanita itu terlihat tersenyum di balik cadarnya. Hal itu begitu kentara karena kedua matanya akan terpejam hingga terlihat garis saja. Sekar melangkah maju dengan ragu. Sementara Dave berjalan di belakangnya.

Arumi dan Velicia pun nampak terkejut dengan penampilannya saat ini. Namun kedua wanita itu tak banyak bicara. Mereka hanya mengucapkan kalimat hamdallah.

"Kita bertiga duduk di belakang saja. Biarkan para lelaki di depan," kata Arumi. Wanita itu sejak tadi menatap Sekar dengan pandangan penuh syukur.

Sekar hanya mengangguk patuh. Ada sesuatu yang ia harapkan. Namun hal itu hanya bisa ia pendam dalam hati saja. Ternyata, Arumi menyadari keresahannya.

"Tadinya, ibu kamu juga mau ikut. Tapi, qodarullah ayahmu mendadak sakit perut. Entah salah makan apa. Kamu gak masalah kan pergi sama kita aja?" tanya Arumi dengan pandangan menelisik.

Lagi-lagi, Sekar hanya mengangguk dan tersenyum dari balik cadarnya. Dia masih sungkan berbicara banyak dengan Arumi. Wanita yang selalu bertutur lemah lembut dan sangat perhatian terhadap keluarganya. Bahkan, dengan kebaikannya ia bisa sampai lulus sekolah.

Kendaraan yang di kemudikan oleh Dave itu melaju dengan perlahan hingga keluar dari gerbang pesantren. Max duduk dengan tenang di sebelahnya. Tak ada yang mengeluarkan suara, semua senyap hingga mereka tiba di jalan raya perbatasan desa dengan kota.

Max terdengar menghela napasnya, seharusnya tadi dia tadi tidak mengiyakan aturan istrinya yang memerintahkan agar dirinya duduk di sebelum patung kayu begini.

Dave terlihat serius mengemudikan kendaraan roda empat miliknya itu. Tanpa ada niat untuk mengajak orang di sebelahnya bicara. Dia dan Max hanya sesekali saling lirik saja.

Sedangkan tiga perempuan muslimah lintas generasi yang duduk di bangku belakang pun tak ada yang mengeluarkan suaranya. Velicia asik dengan ponselnya, sedangkan Arumi dengan tasbihnya. Tinggal Sekar, yang merasa asing memilih melihat ke arah jendela.

Max melirik ke bangku belakang melalui spion atas. "Ini mobil apa kuburan, sepi bener!" celetuk Max. Pada akhirnya pria itu tak tahan juga untuk membuka suaranya.

Dave hampir saja tertawa. Untung saja pria itu ingat kalau Sekar ada bersama dengannya. Dia tak boleh kehilangan wibawa di hadapan istrinya itu. Bisa-bisa nanti Sekar berani melawannya.

Di kata begitu oleh suaminya, Arumi sontak mendongakkan wajahnya. Mata indahnya menatap Max dengan tajam. Sekar pun tak sengaja melihat ke arah kaca tersebut dan pandangannya seketika bertubrukan dengan tatapan Dave. Ternyata pria itu tengah mencuri pandang ke arahnya.

Dave seketika itu juga gelagapan akibat perbuatannya sendiri. "Huh. Ngapain juga aku liatin dia segala. Pasti nanti dia salah paham dan nyangka macem-macem," batin Max, rungsing sendiri.

"Daddy tuh, kalau ada Ibuk Sekar langsung mati gaya," celetuk Velicia asal. Bikin pria yang ada di depan kemudi mendadak salah tingkah. Hingga ...

CKITTT ...

Brukkk!!

"Awww!" Teriakan berjamaah dari para penumpang pun terdengar.

"DAVE!" Max menahan geramnya. Melihat cara mengemudi Dave yang tidak fokus. Hampir saja keningnya menubruk dasboard mobil.

"Maaf, Max. Maaf semuanya," ucap Dave. Kembali ia melirik melalu spion. Hingga akhirnya menemukan Sekar tengah mengusap keningnya.

"Kau ini bawa dua perempuan hamil. Fokus dong!" omel Max lagi. Dave merasa tertampar. Salahnya memang yang tiba-tiba gagal fokus gara-gara ucapan kelakar putrinya.

Velicia mengulum senyumnya. Hanya dia yang membuka cadarnya. karena dua pria di depannya itu mahram baginya.

Tak lama mereka sampai di rumah sakit setelah drama rem mendadak tadi. Karena Dave punya kenalan di sana, maka mereka dengan mudah masuk tanpa antrian.

"Kalian nanti masuk ke dalam sama-sama kok, jadi jangan tegang ya," ucap Arumi pada velicia dan Sekar. Tiga wanita itu menunggu sebentar di ruang tamu sementara Dave dan Max yang mengurus administrasi.

Tak lama, Velicia dan Sekar sama-sama di panggil ke ruang pemeriksaan khusus. Tentu saja Max maupun Dave tidak mau mereka di samakan dengan para pasien peserta jaminan kesehatan pemerintah.

Bagaimana pun Dave inginkan yang terbaik bagi Sekar dan juga bayinya. Sekar dan Velicia di periksa bergantian. Arumi meminta ijin untuk merekamnya karena ia akan mengirimkan kegiatan ini pada Zayn.

Velicia membekap mulutnya, hatinya penuh haru dan syukur ketika mendengar semua hal yang di jelaskan oleh dokter kandungan tersebut. Arumi dan Max menemaninya. Ikut menggenggam tangannya. Namun, hal tersebut berbanding terbalik dengan keadaan Sekar. Tak ada sosok siapapun yang menemaninya. Karena sesuai dengan perjanjian antara didinya dengan Dave.

Arumi yang sadar buru-buru maju ke depan menghampiri Sekar yang kini telah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur pemeriksaan. Arumi menggenggam jemari Sekar yang entah kenapa sedingin es. Wanita muda itu sempat ragu dan malu ketika sang perawat memintanya membuka bagian bawah pakaiannya.

"Ndak apa-apa.Tenanglah, saya ada di sini untuk kamu," ucap Arumi dengan tatapannya yang tulus. Sekar merasakan hangat seketika mengalir ke dalam dadanya.

"Terima kasih, Bude."

"Panggil saya Mbak aja."

"Tapi, kan--"

"Ssttt, biar lebih akrab," kata Arumi lagi dengan senyum dari balik cadarnya. Sekar tau itu. Dia bisa merasakan kehangatan dan ketulusan dari wanita di hadapannya ini.

"Alhamdulilah. Janinnya sehat dan berkembang sesuai usia kehamilan. Apa ada keluhan?" tanya sang dokter pada Sekar.

"Ndak ada, Dok. Hanya terkadang suka sakit pinggang dan keram saja. Mual pun jarang, kecuali pada makanan tertentu," jawab Sekar malu-malu. Dia tidak terbiasa bicara dengan orang asing. Apalagi dengan tenaga kesehatan seperti ini.

"Baik. Nanti saya kasih resep vitamin ya. Ada penambah darah, kalsium dan juga asam folat. juga susu ibu hamil yang harus rutin di konsumsi. Bisa mengurangi mual dan menghadirkan efek relaksasi dalam tubuh. Banyak konsumsi makanan yang mengandung protein hewani ya, karena sangat berguna untuk pertumbuhan otak pada bayi yang memang sedang di bentuk di fase trisemester pertama ini," jelas dokter kandungan itu rinci.

"Kenapa suaminya tadi gak ikut nemenin? Padahal calon ayah dan suami siaga itu harus tau apa saja yang mesti di jaga dan di lakukan pada saat perut si ibu sedang keram," tanya sang dokter pada Sekar. Sebuah pertanyaan yang tak mungkin ia jawab dengan jujur.

"Suami saya pemalu, Dok."

Jawaban Sekar membuat sang dokter tersenyum kemudian berkelakar. "Sama dong ya, dengan istrinya."

*

*

"Maaf. Aku tidak bisa menjadi suami yang siaga untuk kamu. Aku harus pergi lagi dan ku harap kamu baik-baik saja," ucap Dave ketika dirinya kembali harus meninggalkan Sekar di kediamannya sendirian.

"Tak apa, Mas. Sekar sudah bersyukur dengan apa yang telah Mas berikan saat ini. Sekar cukup tau diri dan tidak akan menuntut apa-apa lagi. Jaga diri di sana, karena Sekar juga gak bisa menjadi istri yang sesungguhnya. Bahkan setelah bayi ini lahir nanti."

"Baiklah. Seperti biasa, aku akan menghubungimu tiap akhir pekan. Assalamualaikum."

Begitulah hubungan mereka berdua, hingga masa melahirkan bagi Sekar pun tiba.

"ASTAGHFIRULLAH. IBUUU!"

Terpopuler

Comments

Kartika oshin

Kartika oshin

sabar ya Sekar semoga nanti Dave mengingkari apa yang ada di dalam hatinya ( dia akan mencintaimu dengan sepenuh hati ) 😁

2024-11-29

2

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

apa ibuy sekar tau gmn pernukahan dave sm sekar ya..smg ibuy sekar bisa memahami dan ga jantungan..

2024-11-22

2

Marya Dina

Marya Dina

ttp semangat y mak

d tunggu up mya selalu.

2024-11-22

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!