Bab 2. Perubahan Hati Sekar

"Menikahlah dengan tuan Dave. Beliau akan memberikan nama baik dan perlindungan untuk kalian." Ucapan sang ayah sontak membuat gadis berwajah ayu itu terkesiap. Rambutnya yang berantakan menutupi sebagian wajahnya yang sembab.

Miranti menyibak anak rambut yang menutupi sebagian wajah putrinya itu perlahan. "Besok beliau akan datang kesini untuk menemuimu. Semangatlah. Jangan biarkan bayi tak bersalah itu menanggung dosa," bisik wanita itu lirih.

"Pria bodoh mana, yang mau menikahi gadis kotor seperti Sekar, Bu? Bahkan, aku sedang mengandung anak haram sekarang!" Sekar masih belum mampu menguasai emosinya. Meskipun kedua orang tuanya begitu sabar membujuknya.

"Astagfirullahal adzim. Janganlah begini, Nak. Bapak dan Ibu sangat sedih melihatmu begini." Miranti terus mengelus punggung putrinya sambil sesekali mengecup pelipis gadis ayu itu. Sekar memiliki wajah yang menarik dengan alis hitam dan bulu mata lentik. Siapa pun akan terpesona.

Sebenarnya banyak pemuda yang menginginkan gadis itu. Juga ada beberapa orang tua yang telah meminta putrinya langsung kepada Semar. Akan tetapi, apakah mereka akan menerima putrinya itu dengan keadaannya yang sekarang? Semar tak yakin. Jika saja mereka tau, maka bukan hanya nama baiknya, akan tetapi pencitraan putrinya selama ini yang terkenal baik-baik pun akan tercemar. Bisa saja mereka akan menghinanya habis-habisan.

Semar tak menginginkan hal itu terjadi. Ia akan melindungi putrinya sekuat tenaga. Semar telah merasa kecolongan dan bersalah atas apa yang menimpa Sekar di kota. Semua itu ia anggap sebagai keteledorannya sebagai orang tua. Semua salahnya, kenapa ia tak sekuat tenaga menahan putrinya itu ketika akan pergi. Ya, Semar hanya menyalahkan dirinya seorang.

"Sekar. Bapak mohon kamu dengar ini, Nak. Jangan pernah menyebutnya anak haram. Bayimu tak bersalah. Semua yang terjadi padamu sudah menjadi ketetapan dari Allah. Kamu tak bisa terus-terusan menghakiminya. Allah maha tau, Nak. Pasti ada hal baik di balik ini semua. Allah pasti menyiapkan rencana yang baik untuk kamu di masa depan. Yakinlah atas segala takdirnya." Semar berkata dengan begitu bijak dan meneduhkan.

Pria itu mampu menenangkan batin sang putri yang terus bergejolak dalam amarah dan penolakan. Semar mendekati Sekar, kemudian menarik tubuh mungil gadis itu ke dalam pelukannya.

"Kalau mau salahkan, ya salahkan Bapak saja. Seharusnya pada saat kamu pergi, Bapak segera menyusulmu. Bukan malah membiarkanmu ke kota yang mengerikan itu sendirian. Bapak ini sudah gagal menjagamu, Nak. Ijinkan Bapak menebusnya. Menikahlah dengan tuan Dave. Beliau telah berjanji akan menjaga kalian. Membawa kamu dan juga bayiku ke lingkungan pesantren. Kamu pasti akan lebih tenang di sana."

Mendengar ucapan sang bapak, Sekar seketika menangis dengan hebat. Walaupun Semar menyalahkan dirinya, akan tetapi Sekar justru semakin merasa bersalah. Andai saja dulu dia mendengarkan apa kata pria itu. Andai saja dulu dia tidak sok tau dan keras kepala. Mungkin ini semua tidak akan terjadi padanya. Mungkin dia tidak akan tertipu hingga berakhir di jual ke seorang Casanova.

"Ndak! Bapak ndak salah. Sekar yang bersalah di sini karena tidak mendengar nasihatmu. Berhenti mengatai dirimu gagal, Pak. Sekar yang telah gagal jadi anak kebanggaanmu. Sekar minta maaf ...!" Sekar tergugu hingga tau-tau menjatuhkan dirinya dan berlutut.

Sekar memegangi kedua kaki sang bapak. Semar ikut menjatuhkan tubuhnya. "Bangunlah. Nanti perutmu sakit. Kasian dia yang di dalam sana. Itu kan cucu, Bapak dan Ibuk. Anakmu," kata Semar dengan lembut.

Ia dan Miranti telah berdamai dengan kejadian yang menimpa putri satu-satunya itu. Tak lagi ada kemarahan di sana. Keduanya sama-sama introspeksi diri ketimbang menyalahkan putri mereka.

"Sekar mau, ketemu tuan Dave."

Miranti dan Semar saling menatap, kemudian menyapu rintik air mata mereka dengan senyum yang mencuat.

"Alhamdulillah, Buk." Semar langsung menggenggam tangan Miranti.

*

*

"Kau yakin Dave?" tanya Max malam itu. Ketika ia dan sahabatnya baru selesai patroli bangunan santri laki-laki.

"Yakin tentang apa?" Dave mengernyitkan keningnya bingung. Gak ada angin gak ada ujan. Max tau-tau bertanya seperti itu.

Max menghela napasnya lebih dulu. Kemudian ia menatap sahabatnya itu dengan lekat. "Keputusanmu, yang akan menikahi putrinya Semar. Apa kau yakin? Kau benar sudah--"

"Tentu aku yakin. Tapi ada syarat dan ketentuan yang akan berlaku. Aku hanya bermaksud menjaga nama baik keluarga mereka. Termasuk gadis itu dah juga anaknya nanti."

"Maksudmu?"

"Seperti yang kau tau sebelumnya. Aku tidak akan menyentuhnya sampai kapanpun. Dia gadis kecil, Max. Sementara hatiku telah pergi bersama Anne."

"Dave, kau--"

"Aku hanya bisa menawarkan bantuan sebatas itu. Semua terserah padanya." Dave kemudian pergi begitu saja setelah mengatakan isi hatinya itu pada Max.

"Ya Allah. Apakah ini solusi terbaik?" Max mengusap wajahnya gusar.

Terpopuler

Comments

Wisell Rahayu

Wisell Rahayu

alhmdullh thorr ahirny up juga..syng klw ceritany tdk lnjt udh bagus² kok..sayng bngt klw gk lnjt
.semnggt trs thooorr

2024-11-04

2

Zeni Supriyadi

Zeni Supriyadi

Akhirnya up jg yg ditunggu2

2024-11-03

2

Kartika oshin

Kartika oshin

ternyata seperti itu ya makanya Dave kayak kanebo kering 😁

2024-11-06

2

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 41 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!