HC 15

Adeline pulang dengan kondisi yang sedikit lesu. Dia masih bingung dengan berlian yang diterima olehnya. Ketika

sudah dihadapkan dengan pintu rumah, Adeline menarik napasnya secara perlahan dan mencoba menetralkan kondisi bingungnya.

"Aku pulaaaaangg~" seperti tak terjadi apa-apa, Adeline berseru dengan nada yang riang seperti biasa. "Wah bau aroma apa ini? Apa kak Rafa sedang memasak?" Tambahnya seorang diri dan langsung berjalan menuju dapur.

Melihat seorang pria yang tengah menyiapkan makan malam dengan apron ditubuhnya membuat Adeline semakin terpana. Jarak keduanya memang sudah sangat dekat, namun hati mereka sangat sulit untuk terpaut sama lain.

"Wah sepertinya enak," tutur Adeline seraya mencicipi pasta makaroni yang berada dimeja makan.

"Kau udah pulang? Aku sampai tidak menyadarinya,"

"Pasta buatanmu tidak pernah gagal kak, ini benar-benar enak." Adeline ketagihan dengan rasa masakan yang sangat ia rindukan. "Aku ingin memakannya sekarang, aku lapar." Ucapnya lagi yang langsung menarik kursi meja makan.

"Cuci tanganmu dulu," Rafael menarik piring yang berada dihadapan Adeline dan membuat wanita itu mengerucutkan bibirnya. "Ayo cepat, aku juga sudah membuatkan rosti kesukaanmu." Mendengar kata rosti membuat Adeline sangat bersemangat, bagaimana tidak? Rosti adalah makanan kesukaannya dan rosti buatan Rafael adalah yang terenak menurutnya.

Dengan cepat Adeline berlari ke westafel untuk mencuci tangannya, dan dengan cepat juga ia kembali duduk. Saat ia duduk sudah tersaji dia porsi rosti dimeja makan, mengambil sendok, ia pun segera memotong dan mencicipinya.

"Rosti buatanmu selalu menjadi yang terbaik, kak." Ungkapnya yang langsung menikmati beberapa makanan yang ada dimeja makan saat ini.

"Pelan-pelan saja makannya, jangan terburu-buru." Sahut Rafael yang tengah memakan pastanya dengan perlahan.

"Kak apa kau tahu? Hari ini tuan Henry memintaku untuk menemuinya setelah operasi tadi, dan apa kau tahu dia memberikan aku apa?"

"Apa?" Jawab Rafael sekenanya dan Adeline langsung merogoh tasnya seraya mengeluarkan dua kota itu dari dalam sana. "Berlian?" Tambahnya setelah melihat Adeline membuka dua kotak itu.

"Benar. Bagaimana bisa dia memberikan berlian mahal ini padaku hanya dengan alasan sebagai hadiah pernikahan. Terlebih lagi, aku kan masih terbilang pegawai baru,"

Adeline terus bicara panjang kali lebar, menceritakan segala rentetan kejadian yang dia alami selama bekerja, namun Rafael selalu menanggapinya dengan seadanya. Meski begitu, hal tersebut tidak pernah membuat

Adeline merasa kecewa, selama pria itu mendengarkan ceritanya, itu sudah lebih dari cukup untuknya.

"Ada kejadian lucu juga kak. Saat Efran mau pergi ke  toilet dan saking terburu-burunya, dia membuka pintu toilet yang ternyata didalamnya masih ada orang. Efran benar-benar terkejut, begitu pun orang didalamnya, karena orang itu lupa mengunci pintu kamar mandinya." Adeline tertawa renyah sendiri mengingat bagaimana Efran bercerita padanya tadi sore, namun Rafael tampak tak tertawa atau tersenyum sedikit pun.

"Apa kau sudah selesai makan? Aku udah selesai,"

"Sudah kak. Biar aku yang bereskan ya. Sebaiknya kak Rafa istirahat saja."

"Baiklah,"

Ketika Rafael meninggalkan ruang makan, Adeline masih menatapi punggung pria itu. Rafael tampak tak pergi ke kamarnya, melainkan pergi ke ruang kerjanya yang entah sedang apa ia disana, mungkin sedang meratapi mendiang kekasihnya.

Beberapa kali Adeline memasuki ruangan itu, ruangan tersebut benar-benar dipenuhi dengan foto-foto Rachel bersama Rafael, bahkan ia melihat adanya foto prewedding yang telah dilakukan oleh keduanya dan hal itu membuat Adeline merasa terluka.

Setelah urusan dapur selesai, Adeline sengaja membuat coklat hangat untuk Rafael. Mengingat pria itu masih belum keluar dari ruang kerjanya, Adeline segera menuju kesana untuk sekedar memberikannya sekaligus ingin tahu apa yang sedang dilakukan oleh Rafael didalam sana.

"Kak, aku masuk." Setelah mengetuk pintu dan tak ada jawaban, Adeline masuk bersama dengan gelas berisikan coklat serta baki sebagai alasnya. "Ternyata dia tertidur ya," gumamnya setelah menyimpan coklat hangat buatannya.

Tidak senang melihat Rachel dalam balutan bingkai pada meja kerja Rafael, Adeline langsung menutup bingkai tersebut. Setelah itu, dia pergi mengambil selimut dari dalam lemari yang berada diruang kerja Rafael.

Tidak tega membangunkannya, Adeline menyematkan selimut pada tubuh Rafael dengan harapan pria itu tidak akan kedinginan dan tak lupa juga ia menyalakan penghangat ruangan didalam sana.

"Selamat malam kak," gumamnya yang langsung keluar dari ruang kerja Rafael.

**

**

Pagi hari. Seperti biasa, Adeline selalu disibukkan dengan urusan dapur. Meski sudah terbiasa menyiapkan sarapan hingga makan malam sendiri saat masih berada di London, namun kali ini rasanya sangat berbeda, karena kali ini dia tidak hanya menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk orang yang sangat ia cintai sejak lama.

"Sarapan pagi ini aku sudah buatkan bircher müesli untukmu kak. Aku juga masak landjager." Tidak pernah sehari pun Adeline terlihat tidak bersemangat, setiap kali melihat Rafael dihadapannya, semangatnya selalu menggebu-gebu dan seperti biasa, dia pun selalu mendiktekan setiap masakan yang dia masak.

Seperti sudah terbiasa dengan ocehan Adeline setiap harinya. Rafael langsung saja duduk untuk menikmati makanan yang sudah tersaji di meja makan. Dia pun selalu menikmati makanan yang dibuat oleh Adeline, karena memang makanan yang dibuat olehnya selalu terasa enak untuknya.

"Oh ya kak, untuk makan siang nanti aku membawakan saffron risotto untukmu, bukan hanya itu, aku juga buatkan papet vaudois untukmu. Kamu pasti sangat menyukainya."

"Terima kasih, Del." Jawabnya singkat dan Adeline tersenyum menanggapi hal tersebut.

"Hmm untuk nanti malam kau mau makan apa kak? Älplermagronen? Zücher geschnetzeltes? Atau..."

"... sepertinya nanti malam aku akan ada acara pertemuan dengan beberapa client, jadi maaf aku tidak bisa makan malam dirumah." Rafael memotong ucapan wanita yang duduk dihadapannya.

"Tidak apa-apa kak. Aku akan tetap memasak untukmu. Bisa saja saat tengah malam nanti kau lapar, 'kan? Dengan begitu hanya tinggal dihangatkan saja,"

"Aku sudah selesai makan dan akan segera berangkat." Rafael menarik jas yang sebelumnya dia sampirkan di punggung kursi. Sedangkan Adeline yang mengetahui hal tersebut langsung menyusul pria itu seraya membawa kotak bekal milik Rafael.

"Kak, bekalnya tertinggal." Teriaknya yang melihat Rafael sudah membuka pintu mobilnya. "Kau hampir meninggalkan bekalnya." Ucap Adeline dengan nafas tersengal setelah berhasil masuk ke dalam mobil Rafael.

"Del, hari ini aku sangat buru-buru, apa tidak sebaiknya kau memesan taksi online saja?"

"Turunkan aku di halte pertama saja ya kak. Setelah itu aku akan naik bus."

Rafael menghela napasnya kasar dan akhirnya mengikuti permintaan wanita disisinya. Kali ini Rafael benar-benar tidak mengantar Adeline sampai rumah sakit meskipun wanita itu selalu minta diturunkan dihalte pertama. Adeline sangat terkejut saat Rafael mengikuti ucapannya, dia menurunkan Adeline tepat dihalte pertama sesuai dengan yang diminta olehnya.

"Terima kasih kak,"

"Hati-hati. Aku jalan duluan." Ucap Rafael dari balik jendela dan kembali melajukan mobilnya. Sedangkan Adeline terus menatapi mobil tersebut hingga tak terlihat dari pandangannya.

Beberapa hari ini aku merasa dia begitu dingin padaku. Apa yang terjadi padanya? Apa aku melakukan kesalahan? Atau memang dia sudah berhasil membangun dinding yang sangat tinggi?

Ada rasa penasaran yang mendalam merasakan perilaku Rafael terhadapnya, karena biasanya Rafael selalu memanjakannya dan selalu menuruti semua permintaannya. Bahkan sebelum meminta, terkadang pria itu sudah memberikan apa yang diinginkan oleh Adeline.

Suara klakson berbunyi dan menyadarkan lamunan Adeline. Mobil hitam yang sangat tidak asing untuknya, namun dia lupa siapa pemilik mobil tersebut, hingga jendela mobil turun barulah dia tahu siapa orang yang berada didalam sana. "Del, sedang menunggu bus? Naik aja yuk, biar aku yang antar." Ucap pria itu dengan ramah.

"Tapi kita tidak searah kak. Kak Al mau ke kantor, 'kan?"

"Tidak apa-apa. Ayo cepat masuk."

Lumayan menghemat biaya, sesuai tawaran Alvaro, Adeline masuk ke dalam sana dan Alvaro akan benar-benar mengantarnya ke rumah sakit tempat dimana Adeline bekerja.

"Kak Al apa tidak terlambat jika mengantarku dulu? Bukankah ada pekerjaan penting hari ini? Kak Rafa bahkan sampai terburu-buru dan hampir lupa dengan bekalnya."

"Terburu-buru kenapa? Sepertinya tidak ada sesuatu yang urgent, selain harus memikirkan strategi untuk memenangkan tender sebesar 1 triliun."

Jadi, dia hanya ingin menghindariku saja, ya?

Episodes
1 HC 01 - Kembali
2 HC 02 - Bertemu
3 HC 03 - Bersama Dengannya
4 HC 04 - Kado Ulang Tahun
5 HC 05 - Sebuah Kabar
6 HC 06 - Kecewa
7 HC 07 - Pergi
8 HC 08
9 HC 09
10 HC 10
11 HC 11
12 HC 12
13 HC 13
14 HC 14
15 HC 15
16 HC 16
17 HC 17
18 HC 18
19 HC 19
20 HC 20
21 HC 21
22 HC 22
23 HC 23
24 HC 24
25 HC 25
26 HC 26
27 HC 27
28 HC 28
29 HC 29
30 HC 30
31 HC 31
32 HC 32
33 HC 33
34 HC 34
35 HC 35
36 HC 36
37 HC 37 - Masa Lalu
38 HC 38
39 HC 39
40 HC 40
41 HC 41
42 HC 42
43 HC 43
44 HC 44
45 HC 45
46 HC 46
47 HC 47
48 HC 48
49 HC 49
50 HC 50
51 HC 51
52 HC 52
53 HC 53
54 HC 54
55 HC 55
56 HC 56
57 HC 57
58 HC 58
59 HC 59
60 HC 60
61 HC 61
62 HC 62
63 HC 63
64 HC 64
65 HC 65
66 HC 66
67 HC 67
68 HC 68
69 HC 69
70 HC 70
71 HC 71
72 HC 72
73 HC 73
74 HC 74
75 HC 75
76 HC 76
77 HC 77
78 HC 78
79 HC 79
80 HC 80 - Masa Itu Part 1
81 HC 81 - Masa Itu Part 2
82 HC 82
83 HC 83
84 HC 84
85 HC 85
86 HC 86
87 HC 87
88 HC 88
89 HC 89
90 HC 90
91 HC 91
92 HC 92
93 HC 93
94 HC 94
95 HC 95
96 HC 96
97 HC 97
98 HC 98
99 HC 99
100 HC 100
101 HC 101
102 HC 102
103 HC 103
104 HC 104
105 HC 105
106 HC 106
107 HC 107
108 HC 108
109 HC 109
110 VISUAL Heart Choice #1
111 HC 110
112 HC 111
113 HC 112
114 HC 113
115 HC 114
116 HC 115
117 HC 116
118 HC 117
119 HC 118
120 HC 119
121 HC 120
122 HC 121
123 HC 122
124 HC 123
125 HC 124
126 Attention
127 HC 125
128 HC 126
129 HC 127
130 HC 128
131 HC 129
132 HC 130
133 HC 131
134 HC 132
135 HC 133
136 HC 134
137 HC 135
138 HC 136
139 HC 137
140 HC 138
141 HC 139
142 HC 140
Episodes

Updated 142 Episodes

1
HC 01 - Kembali
2
HC 02 - Bertemu
3
HC 03 - Bersama Dengannya
4
HC 04 - Kado Ulang Tahun
5
HC 05 - Sebuah Kabar
6
HC 06 - Kecewa
7
HC 07 - Pergi
8
HC 08
9
HC 09
10
HC 10
11
HC 11
12
HC 12
13
HC 13
14
HC 14
15
HC 15
16
HC 16
17
HC 17
18
HC 18
19
HC 19
20
HC 20
21
HC 21
22
HC 22
23
HC 23
24
HC 24
25
HC 25
26
HC 26
27
HC 27
28
HC 28
29
HC 29
30
HC 30
31
HC 31
32
HC 32
33
HC 33
34
HC 34
35
HC 35
36
HC 36
37
HC 37 - Masa Lalu
38
HC 38
39
HC 39
40
HC 40
41
HC 41
42
HC 42
43
HC 43
44
HC 44
45
HC 45
46
HC 46
47
HC 47
48
HC 48
49
HC 49
50
HC 50
51
HC 51
52
HC 52
53
HC 53
54
HC 54
55
HC 55
56
HC 56
57
HC 57
58
HC 58
59
HC 59
60
HC 60
61
HC 61
62
HC 62
63
HC 63
64
HC 64
65
HC 65
66
HC 66
67
HC 67
68
HC 68
69
HC 69
70
HC 70
71
HC 71
72
HC 72
73
HC 73
74
HC 74
75
HC 75
76
HC 76
77
HC 77
78
HC 78
79
HC 79
80
HC 80 - Masa Itu Part 1
81
HC 81 - Masa Itu Part 2
82
HC 82
83
HC 83
84
HC 84
85
HC 85
86
HC 86
87
HC 87
88
HC 88
89
HC 89
90
HC 90
91
HC 91
92
HC 92
93
HC 93
94
HC 94
95
HC 95
96
HC 96
97
HC 97
98
HC 98
99
HC 99
100
HC 100
101
HC 101
102
HC 102
103
HC 103
104
HC 104
105
HC 105
106
HC 106
107
HC 107
108
HC 108
109
HC 109
110
VISUAL Heart Choice #1
111
HC 110
112
HC 111
113
HC 112
114
HC 113
115
HC 114
116
HC 115
117
HC 116
118
HC 117
119
HC 118
120
HC 119
121
HC 120
122
HC 121
123
HC 122
124
HC 123
125
HC 124
126
Attention
127
HC 125
128
HC 126
129
HC 127
130
HC 128
131
HC 129
132
HC 130
133
HC 131
134
HC 132
135
HC 133
136
HC 134
137
HC 135
138
HC 136
139
HC 137
140
HC 138
141
HC 139
142
HC 140

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!