HC 09

Rafael duduk seraya memandangi Adeline yang masih belum sadarkan diri, kakek James yang melihat kondisi Adeline sangat merasa prihatin, hingga akhirnya kakek James membawa Rafael untuk duduk di sofa yang berada dalam ruangan tersebut.

"Maaf sepertinya aku harus kembali ke kantor sekarang," seakan mengerti kondisi dan situasi, Alvaro memutuskan untuk meninggalkan mereka.

"Kakek percayakan kantor padamu, Al." Alvaro mengangguk sebagai balasan pernyataan kakek James dan ia pun

bergegas untuk segera pergi dari sana. "Apa kamu mengkhawatirkannya, nak?" Tutur kakek James seraya memandangi cucu satu-satunya dan Adeline secara bergantian.

"Selain khawatir, aku benar-benar merasa sangat bersalah padanya kek. Dia mengorbankan dirinya diluar sana demi membantu seorang anak kecil yang sedang berjuang hidup dan aku justru tenggelam dalam keterpurukan, padahal aku sudah berjanji pada mendiang paman Genevra untuk menjaga putri kesayangannya, tapi aku malah lalai."

"Kakek tahu ini bukan waktu yang tepat, tapi menikahlah dengan Adeline, dengan begitu kau bisa leluasa untuk menjaganya."

Bagaikan petir disiang bolong, Rafael merasa terkejut dengan ucapan kakeknya yang justru memintanya menikahi Adeline. Bagaimana mungkin? Sejak awal pria itu hanya menanggap Adeline tak lebih dari seorang adik.

"Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjaganya, tidak hanya dengan menikahinya, kek."

"Bulan depan seharusnya menjadi pernikahanmu dengan Rachel, tetapi Rachel telah tenang di alam sana. Acara pun sudah 90% selesai, tidakkah sebaiknya kau melanjutkannya dan mengganti pengantin wanitanya?"

Mata Rafael memanas, rahangnya mengeras dan kedua tangannya terkepal kuat, dirinya masih tidak menyangka jika kakeknya akan mengatakan hal demikian, padahal kakek James tahu seberapa besar cinta yang dimilikinya untuk Rachel.

"Jika pengantin wanitanya tidak ada, maka pernikahan akan dibatalkan kek, tidak dengan mengganti pengantin

wanitanya. Sejak awal pernikahan itu aku siapkan untuk Rachel, bukan untuk Adeline maupun wanita lain."

Hati yang berkecamuk dan merasa sangat terbakar membuat Rafael  bergegas pergi meninggalkan ruangan itu, kakek James juga sudah menduga hal tersebut akan terjadi, namun pria paruh baya itu pun ingin yang terbaik untuk cucunya.

"Kakek ini sudah tua, Rafa..." Masih berada diambang pintu, dan menangkap suara kakek James yang terdengar

lirih membuat Rafael menghentikan langkahnya tanpa berbalik. "... kakek ingin melihatmu menikah, setidaknya kakek bisa memenuhi janji kakek pada ayahmu agar bisa menemanimu hingga menikah. Kakek tidak tahu kapan ajal menjemput, tetapi jika hari itu tiba dan kau masih belum menikah, apa yang harus kakek katakan pada ayahmu disana? Akankah ayahmu kecewa pada kakek?"

**

**

Adeline yang sudah sadarkan diri sedang ditemani oleh Efran, Efran yang berada disana pun seraya memeriksa kondisi Adeline dan mencoba membujuk dirinya untuk berhenti mengerjakan pekerjaan tambahan yang selama ini ia ambil diluar rumah sakit.

“Aku menghubunginya kemarin,” mata Adeline membeliak mendengar pernyataan sahabatnya tersebut. “Kamu terus mengigau dan aku pikir dia adalah satu-satunya pihak keluarga yang bisa kuhubungi.” Tambahnya lagi.

Tidak lama kemudian suara pintu terbuka terdengar dan tatapan Adeline menatap kedua mata yang juga menatapnya. Menyadari siapa yang masuk membuat Efran membalikkan tubuhnya. “Aku akan kembali lagi nanti untuk memeriksa cairan infusnya.” Tutur Efran yang langsung beranjak dari sana.

Kepergian Efran membuat suasana didalam sana seakan menjadi canggung. Rafael duduk tanpa bicara apapun, dan Adeline yang berbaring mencoba untuk duduk bersandar. “Aku turut berduka cita,” gumam gadis itu dengan nada suara pelannya.

“Kakek membicarakan soal pernikahan denganku,” Rafael menundukkan wajahnya dan baru pertama kali Adeline melihat pria itu seperti tak memiliki gairah untuk hidup. Dia bahkan terlihat tak mengurus dirinya sendiri sehingga janggut tipis mulai tumbuh di area dagunya.

“Pernikahan siapa?

“Pernikahanmu denganku.”

Tidak ada respon apapun dari Adeline terkait ucapan Rafael kali ini, entah bagaimana ia harus menanggapi pernyataan tersebut, namun melihat Rafael seperti sekarang benar-benar membuat hati Adeline merasa sangat sakit.

“Kau tampak tidak terkejut mendengar soal hal ini, apa kau sudah tahu?” kini tatapan Rafael tertuju pada Adeline

yang tengah menunduk. “Jawab aku Adeline.” Tegasnya yang menuntut jawaban dari gadis tersebut.

“Kakek sudah mengatakannya sejak kau menyuruh kak Alvaro menjemputku di restaurant saat itu.”

“Lalu apa jawabanmu?” Rafael masih memandang Adeline dengan tatapan penuh tanya. “Kau menyetujuinya?” Sambarnya lagi tidak sabaran.

“Aku tidak memberikan jawaban apapun, aku hanya bertanya bagaimana mungkin itu bisa terjadi dan aku tahu kau pun tidak akan menginginkan hal itu, kau tidak mungkin mengkhianati wanita itu, ‘kan?”

“Rachel, namanya Rachel bukan ‘wanita itu’.” Rafael memberikan penegasan mengenai pujaan hatinya. “Seperti yang kau katakan, aku tidak akan mungkin mengkhianatinya dan tidak ada satu pun yang mampu menggeser posisinya dihatiku, tetapi karena suatu hal aku akan menerimanya.”

Kedua mata Adeline seketika membeliak mendengar ucapan yang baru saja ia dengar, dirinya sungguh tidak percaya dengan jawaban Rafael kali ini, entah itu mimpi atau bukan, Adeline sendiri tidak tahu harus senang atau sedih mendengarnya.

“Tapi aku tegaskan jika ini bukan pernikahan yang sesungguhnya.” Setelah mengatakan hal tersebut Rafael langsung bergegas pergi dari sana tanpa mengucapkan apapun lagi dan kalimat penutup itu semakin menegaskan bahwa pernikahan itu hanya sebuah sandiwara semata.

Saat keluar dari ruang rawat Adeline, Rafael berpapasan dengan Efran yang berdiri tepat didepan pintu tersebut. “Aku datang untuk mengecek kantong infus Adel.” Sahut Efran yang tidak mendapat tanggapan apapun dari pria dihadapannya.

Efran menatap punggung pria yang berjalan semakin jauh, dia hanya menggelengkan kepala seraya menghela napasnya dan berjalan masuk ke dalam menemui Adeline. Gadis itu tampak diam tak bergeming dan sebuah senyum terukir dibibir Efran saat ini.

Baru saja Efran duduk, tiba-tiba saja pintu ruangan Adeline kembali terbuka, keduanya menatap ke arah pintu dan

seorang pria kecil berlari seraya membawa kantong infus miliknya. Melihat pria kecil itu membuat Adeline tersenyum sumringah seraya tertawa kecil melihat tingkahnya.

“Ray hati-hati, nak.” Seorang wanita setengah baya mencoba mengejar putranya yang berlari sangat cepat dan Efran langsung menangkap Ray untuk duduk dipangkuannya.

“Anak pintar, kau harus mendengarkan ibumu bicara.” Ucap Ray seraya mencubit gemas kedua pipi Ray dan Adeline terkekeh melihat tingkah keduanya.

“Kakak cantik kakak cantik sakit apa? Pasti kakak cantik sedang tidak bahagia ya?” tanya polos Ray dan Efran mengernyitkan keningnya.

“Kenapa Ray bisa bilang kakak cantik tidak bahagia?” Efran menyambar penasaran dengan ucapan bocah kecil yang berada dipangkuannya saat ini.

“Om dokter tidak tahu ya? Kata kakak cantik, kalau kita mau sehat kita harus bahagia, sekarang kakak cantik sakit,

artinya kakak cantik tidak bahagia.” Ucap Ray dengan polos dan Efran berpikir sejenak sebelum akhirnya ia menatap ke arah Adeline.

Seakan bisa membaca situasi dihadapannya, ibunya Ray mencoba mengambil alih putranya dari pangkuan dokter

tampan yang tengah duduk dikursi, namun dengan cepat Efran pun berdiri dari duduknya dan mempersilakan ibunya Ray untuk duduk.

“Kakak cantik, saya disini benar-benar ingin berterima kasih karena sudah membantu saya dalam membiayai Ray selama di rumah sakit ini hingga Ray bisa operasi dan bahkan sebentar lagi Ray sudah diperbolehkan untuk pulang, bukan hanya itu saja, saya juga berterima kasih karena kakak cantik sudah melunasi semua tunggakkan saya di rumah sakit ini.”

Ibunya Ray menitikkan air mata, menurutnya bertemu dengan Adeline seperti keajaiban yang diberikan oleh Tuhan

untuknya. Namun disisi lain Adeline sendiri bingung dengan apa yang dimaksud dengan melunasi tunggakkan rumah sakit, karena yang ia tahu, dia bahkan belum melakukan pembayaran apapun lagi.

Episodes
1 HC 01 - Kembali
2 HC 02 - Bertemu
3 HC 03 - Bersama Dengannya
4 HC 04 - Kado Ulang Tahun
5 HC 05 - Sebuah Kabar
6 HC 06 - Kecewa
7 HC 07 - Pergi
8 HC 08
9 HC 09
10 HC 10
11 HC 11
12 HC 12
13 HC 13
14 HC 14
15 HC 15
16 HC 16
17 HC 17
18 HC 18
19 HC 19
20 HC 20
21 HC 21
22 HC 22
23 HC 23
24 HC 24
25 HC 25
26 HC 26
27 HC 27
28 HC 28
29 HC 29
30 HC 30
31 HC 31
32 HC 32
33 HC 33
34 HC 34
35 HC 35
36 HC 36
37 HC 37 - Masa Lalu
38 HC 38
39 HC 39
40 HC 40
41 HC 41
42 HC 42
43 HC 43
44 HC 44
45 HC 45
46 HC 46
47 HC 47
48 HC 48
49 HC 49
50 HC 50
51 HC 51
52 HC 52
53 HC 53
54 HC 54
55 HC 55
56 HC 56
57 HC 57
58 HC 58
59 HC 59
60 HC 60
61 HC 61
62 HC 62
63 HC 63
64 HC 64
65 HC 65
66 HC 66
67 HC 67
68 HC 68
69 HC 69
70 HC 70
71 HC 71
72 HC 72
73 HC 73
74 HC 74
75 HC 75
76 HC 76
77 HC 77
78 HC 78
79 HC 79
80 HC 80 - Masa Itu Part 1
81 HC 81 - Masa Itu Part 2
82 HC 82
83 HC 83
84 HC 84
85 HC 85
86 HC 86
87 HC 87
88 HC 88
89 HC 89
90 HC 90
91 HC 91
92 HC 92
93 HC 93
94 HC 94
95 HC 95
96 HC 96
97 HC 97
98 HC 98
99 HC 99
100 HC 100
101 HC 101
102 HC 102
103 HC 103
104 HC 104
105 HC 105
106 HC 106
107 HC 107
108 HC 108
109 HC 109
110 VISUAL Heart Choice #1
111 HC 110
112 HC 111
113 HC 112
114 HC 113
115 HC 114
116 HC 115
117 HC 116
118 HC 117
119 HC 118
120 HC 119
121 HC 120
122 HC 121
123 HC 122
124 HC 123
125 HC 124
126 Attention
127 HC 125
128 HC 126
129 HC 127
130 HC 128
131 HC 129
132 HC 130
133 HC 131
134 HC 132
135 HC 133
136 HC 134
137 HC 135
138 HC 136
139 HC 137
140 HC 138
141 HC 139
142 HC 140
Episodes

Updated 142 Episodes

1
HC 01 - Kembali
2
HC 02 - Bertemu
3
HC 03 - Bersama Dengannya
4
HC 04 - Kado Ulang Tahun
5
HC 05 - Sebuah Kabar
6
HC 06 - Kecewa
7
HC 07 - Pergi
8
HC 08
9
HC 09
10
HC 10
11
HC 11
12
HC 12
13
HC 13
14
HC 14
15
HC 15
16
HC 16
17
HC 17
18
HC 18
19
HC 19
20
HC 20
21
HC 21
22
HC 22
23
HC 23
24
HC 24
25
HC 25
26
HC 26
27
HC 27
28
HC 28
29
HC 29
30
HC 30
31
HC 31
32
HC 32
33
HC 33
34
HC 34
35
HC 35
36
HC 36
37
HC 37 - Masa Lalu
38
HC 38
39
HC 39
40
HC 40
41
HC 41
42
HC 42
43
HC 43
44
HC 44
45
HC 45
46
HC 46
47
HC 47
48
HC 48
49
HC 49
50
HC 50
51
HC 51
52
HC 52
53
HC 53
54
HC 54
55
HC 55
56
HC 56
57
HC 57
58
HC 58
59
HC 59
60
HC 60
61
HC 61
62
HC 62
63
HC 63
64
HC 64
65
HC 65
66
HC 66
67
HC 67
68
HC 68
69
HC 69
70
HC 70
71
HC 71
72
HC 72
73
HC 73
74
HC 74
75
HC 75
76
HC 76
77
HC 77
78
HC 78
79
HC 79
80
HC 80 - Masa Itu Part 1
81
HC 81 - Masa Itu Part 2
82
HC 82
83
HC 83
84
HC 84
85
HC 85
86
HC 86
87
HC 87
88
HC 88
89
HC 89
90
HC 90
91
HC 91
92
HC 92
93
HC 93
94
HC 94
95
HC 95
96
HC 96
97
HC 97
98
HC 98
99
HC 99
100
HC 100
101
HC 101
102
HC 102
103
HC 103
104
HC 104
105
HC 105
106
HC 106
107
HC 107
108
HC 108
109
HC 109
110
VISUAL Heart Choice #1
111
HC 110
112
HC 111
113
HC 112
114
HC 113
115
HC 114
116
HC 115
117
HC 116
118
HC 117
119
HC 118
120
HC 119
121
HC 120
122
HC 121
123
HC 122
124
HC 123
125
HC 124
126
Attention
127
HC 125
128
HC 126
129
HC 127
130
HC 128
131
HC 129
132
HC 130
133
HC 131
134
HC 132
135
HC 133
136
HC 134
137
HC 135
138
HC 136
139
HC 137
140
HC 138
141
HC 139
142
HC 140

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!