HC 11

Sudah sejak pagi Daren berkutat dihadapan monitor demi bisa membuat schedule mingguan untuk bosnya, dia tidak sendiri disana, melainkan ada Alvaro yang menemaninya. Jika Daren sedang sibuk membuat schedule, Alvaro tengah mengecek laporan keuangan beberapa minggu terakhir.

“Menurutmu, apa Adel akan baik-baik saja?” tukas Alvaro secara tiba-tiba.

“Dalam hal apa?”

Alvaro memberitahu bagaimana perasaan Adeline terhadap Rafael, melihat gerak-gerik Adeline membuat Alvaro mampu membaca semuanya meski Adeline tidak bicara secara langsung padanya.

“Kamu seperti sedang mengkhawatirkannya, jangan bilang kamu menyukainya?” Daren menghentikan pekerjaannya dan menatap Alvaro yang masih menandatangani beberapa laporan yang sudah selesai ia cek.

“Aku memang mengkhawatirkannya, namun bukan karena aku menyukainya.”

“Lalu?” Kini Darena semakin penasaran dengan alasan apa yang membuat sahabatnya itu sangat mengkhawatirkan orang lain yang bahkan baru ia temui beberapa kali, karena hal tersebut merupakan pertama kalinya bagi Alvaro mengkhawatirkan orang diluar keluarganya setelah Rafael dan juga dirinya –Daren.

“Melihat Adel seperti aku sedang melihat Agnia, kalau saja Agnia masih ada hingga saat ini, mungkin dia akan seumuran dengan Adel. Tatapan sendunya pun sangat mirip dengan Agnia, karena itu aku tidak bisa jika melihatnya bersedih. Setidaknya itu bisa mengobati rasa rinduku pada adik kecilku,”

Melihat senyum ketir dari bibir Alvaro membuat Daren kembali mengingat kejadian 10 tahun lalu dimana Agnia harus pergi karena kanker otak yang dideritanya dan hari itu menjadi hari dimana Alvaro merasa dunianya runtuh, karena sepeninggal orang tuanya, hanya Agnia yang dimiliki olehnya.

Di waktu yang bersamaan, saat ini Adeline berada di kamar atas, lebih tepatnya kamar dimana Rafael tidur, namun ia tidak menemukan pria itu disana. Melihat sebuah bingkai foto kecil yang terletak di nakas dekat ranjang membuat Adeline mengambil bingkai tersebut dan menatapnya.

Tidak berkomentar apapun, dia kembali menyimpannya, namun dengan keadaan tertutup, dia tidak ingin melihat kebersamaan Rafael dengan pujaan hatinya. “Del, ada apa?” suara itu membuat Adeline membalikkan tubuhnya.

“Sudah mandi? Mau kemana kak?”

“Aku harus ke kantor, ada rapat penting hari ini.” Rafael menggosokkan handuk kecil pada rambutnya. Hendak berjalan menuju lemari, Adeline justru sudah berada didepan lemari untuk mengambil pakaian kerja yang dibutuhkan Rafael. “Kau kenapa tiba-tiba dikamarku? Apa terjadi sesuatu?” tambahnya.

“Tadinya aku mau memanggilmu turun untuk sarapan, kak.” Adeline menyimpan pakaian itu di atas ranjang dan Rafael langsung memakainya dihadapan Adeline. Mungkin Rafael menganggapnya sepele, namun wajah Adeline masih bersemu merah melihat Rafael bertelanjang dada dihadapannya untuk pertama kalinya.

“Begitu ya, baiklah aku akan turun setelah ini,”

Tidak ada jawaban lagi dari Adeline selain anggukkan. Setelah itu Adeline memutuskan untuk segera keluar dari kamar itu, karena ia merasa jika terlalu lama berada disana bisa-bisa jantungnya akan meledak.

Mengingat bahwa Rafael akan pergi ke kantor membuat Adeline sedikit kecewa. Pasalnya, baru saja mereka menggelar pernikahan, namun Rafael sudah buru-buru pergi ke kantor hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya, padahal bisa saja dia meminta bantuan pada sekretaris atau asistennya.

Rafael sudah tiba diruang makan, dan melihat makanan yang tersaji seketika membuat cacing dalam perutnya meronta untuk segera diberikan makan olehnya. Rafael tahu jika Adeline memang pandai memasak dan dirinya juga sangat menyukai makanan buatan Adeline.

“Kau tidak pergi ke rumah sakit? Atau kau sedang libur?” tanya Rafael seraya menyantap sarapan yang sudah disiapkan oleh Adeline.

“Aku diberikan cuti hari ini, lagi pula aku sedikit merasa lelah.” Balasnya yang hanya menatap makanan dihadapannya. “Boleh aku bertanya satu hal?” Adeline memberanikan diri untuk menatap pria yang saat ini duduk dihadapannya.

“Soal apa, Del?”

“Apa kau yang melunasi biaya rumah sakit Ray, kak?”

“Melunasi biaya rumah sakit? Aku tidak melakukannya. Memang benar awalnya aku ingin membayarkannya, karena aku tidak ingin kau bekerja terlalu keras. Namun saat aku hendak ingin melunasinya, pihak rumah sakit memberitahu jika semua sudah dibayar lunas dan tanda terimanya bahkan atas namamu, Del.”

Mendengar pernyataan Rafael pun akhirnya membuat Adeline semakin bingung. Pasalnya dia memang belum melakukan pembayaran apapun lagi. Lagi pula, tabungan wanita itu belum terkumpul sebanyak biaya rumah sakit yang harus dibayarkan olehnya.

Lalu siapa yang membayarnya?”

**

**

Sudah satu minggu Adeline menjadi istri dari seorang Rafael Wilbur, meski hanya sebagai status, Adeline tetap menikmati perannya sebagai seorang istri meskipun Rafael tidak pernah berpikir demikian, tetapi bagi Adeline, itu merupakan salah satu caranya agar bisa merebut hati Rafael.

Meski pernikahan itu dilakukan secara terpaksa, Rafael tidak menjaga jarak atau bersikap dingin pada Adeline, ia tetap bersikap seperti biasa tanpa terjadi sesuatu antara mereka. Bukan hanya Rafael yang melakukan hal demikian, begitu pula dengan Adeline. Adeline akan mengikuti cara Rafael selama pria itu tidak mengabaikannya, karena mungkin ini bisa menjadi cara untuknya meluluhkan hati seorang Rafael.

Seperti biasa, ketika masakan telah siap dan Rafael sudah berada diruang makan, Adeline akan mendikte satu persatu makanan yang sudah ia masak tanpa terkecuali sampai Rafael menyantap makanan Adeline pun masih terus bicara tanpa henti.

"... lalu setelah Efran menyuntikkan obat bius pada pasien itu, dia baru bisa tenang, kak." Ucap Adeline dengan makanan yang masih memenuhi mulutnya.

"Tapi kalian luar biasa, tidak semua orang bisa sesabar itu untuk menghadapi pasien yang banyak bicara."

"Itu sudah menjadi pekerjaan kami sehari-hari kak. Jika kami tidak sabar, semua pasien pasti akan stress."

"Kau pintar," balas Rafael seraya mengusap puncak kepala Adeline. "Aku sudah selesai makan," timpalnya yang berjalan ke arah westafel.

"Aku juga sudah."

Melihat Rafael membersihkan peralatan kotor bekas memasak yang berada di westafel membuat Adeline langsung merebut spons yang berada dalam genggaman Rafael.

"Kau bereskan yang di meja saja, biar aku yang cuci piringnya." Lagi, Rafael kembali merebut spons dari tangan Adeline dan membuat wanita itu mempoutkan bibirnya.

Mengikuti perintah dari Rafael, Adeline membereskan meja makan dan membawa piring kotor ke westafel yang kemudian dicuci oleh Rafael, sedangkan Adeline mengelap hasil cucian Rafael agar bisa langsung dimasukkan ke dalam lemari piring.

Begitulah setiap harinya kehidupan pernikahan Adeline dan juga Rafael. Semenjak menikah, lambat laun Adeline merasa bahwa sikap Rafael seakan berubah. Memang tidak drastis, namun perubahan Rafael sangat dirasakan oleh Adeline

Sikap Rafael saat ini seperti seseorang yang sedang menjaga jarak dengan dirinya serta seperti sedang membangun benteng yang sangat tinggi dan juga kokoh, sehingga hal tersebut harus membuat Adeline bekerja lebih keras lagi agar bisa menembus serta merobohkan dinding tersebut.

"Kak, aku ikut sampai halte ya," sahut Adeline yang tiba-tiba masuk dikursi depan.

"Sudah berapa kali aku katakan jika kita itu tidak searah, Del."

"Memang kenapa jika tidak searah, kak? Bukankah sebelumnya kak Rafa juga sering mengantarku? Saat itu kak Rafa tidak pernah keberatan. Lagi pula aku hanya minta antar sampai halte pertama aja,"

Rafael hanya dapat menghela napasnya. Memang, sejak mereka melangsungkan pernikahan, Rafael sudah tidak pernah lagi terlihat mengantar atau menjemput Adeline untuk bekerja, mungkin itu perbedaan yang terlihat jelas bagi Adeline.

"Tidak mau ya? Baiklah aku turun, dibelakang ada makan siangmu, jangan lupa untuk dibawa ya." Tak ingin memaksa, Adeline melepaskan seat belt yang telah terpasang sebelumnya, dan sesegera mungkin untuk keluar dari mobil.

Tanpa bicara apapun, Rafael dengan cepat mengunci pintu mobilnya. "Gunakan kembali seat beltnya." Begitulah ucapnya yang dilanjutkan dengan menekan pedal gas mobilnya.

Senyum kemenangan terukir di bibir Adeline, dia tahu jika Rafael tidak akan tega membiarkannya pergi seorang diri ketika ia sudah meminta bantuan darinya meskipun dia harus mencari banyak alasan agar pria itu mau mengizinkannya untuk tetap bisa berangkat bersama.

Tidak hanya sampai halte, Adeline di antar hingga lobby rumah sakit. Tanpa mengatakan apapun, setelah Adeline turun, Rafael langsung bergegas menuju kantornya, karena ada banyak hal yang harus ia kerjakan.

"Hei jangan melamun. Mobilnya sudah tidak terlihat," Efran menyeletuk seraya mencolek bahu Adeline.

"Efraaaaannn. Kau mengejutkanku."

"Ha Ha Ha. Habisnya kau sampai tidak sadar kalau aku berdiri di sampingmu."

"Eh iya, kau ingin pulang?" Tanya Adeline saat melihat sahabatnya itu sudah tidak menggunakan jas putih kebesarannya.

"Tidak. Aku hanya ingin pesan kopi di kedai depan. Kau mau?" Adeline mengangguk cepat dan Efran tersenyum seraya mengusap puncak kepala wanita dihadapannya. "Yasudah kau absen saja dulu, lalu cek pasien sebentar yang ada di bangsal 5." Tutur Efran lagi.

“Siap laksanakan dokter Efran.”

Episodes
1 HC 01 - Kembali
2 HC 02 - Bertemu
3 HC 03 - Bersama Dengannya
4 HC 04 - Kado Ulang Tahun
5 HC 05 - Sebuah Kabar
6 HC 06 - Kecewa
7 HC 07 - Pergi
8 HC 08
9 HC 09
10 HC 10
11 HC 11
12 HC 12
13 HC 13
14 HC 14
15 HC 15
16 HC 16
17 HC 17
18 HC 18
19 HC 19
20 HC 20
21 HC 21
22 HC 22
23 HC 23
24 HC 24
25 HC 25
26 HC 26
27 HC 27
28 HC 28
29 HC 29
30 HC 30
31 HC 31
32 HC 32
33 HC 33
34 HC 34
35 HC 35
36 HC 36
37 HC 37 - Masa Lalu
38 HC 38
39 HC 39
40 HC 40
41 HC 41
42 HC 42
43 HC 43
44 HC 44
45 HC 45
46 HC 46
47 HC 47
48 HC 48
49 HC 49
50 HC 50
51 HC 51
52 HC 52
53 HC 53
54 HC 54
55 HC 55
56 HC 56
57 HC 57
58 HC 58
59 HC 59
60 HC 60
61 HC 61
62 HC 62
63 HC 63
64 HC 64
65 HC 65
66 HC 66
67 HC 67
68 HC 68
69 HC 69
70 HC 70
71 HC 71
72 HC 72
73 HC 73
74 HC 74
75 HC 75
76 HC 76
77 HC 77
78 HC 78
79 HC 79
80 HC 80 - Masa Itu Part 1
81 HC 81 - Masa Itu Part 2
82 HC 82
83 HC 83
84 HC 84
85 HC 85
86 HC 86
87 HC 87
88 HC 88
89 HC 89
90 HC 90
91 HC 91
92 HC 92
93 HC 93
94 HC 94
95 HC 95
96 HC 96
97 HC 97
98 HC 98
99 HC 99
100 HC 100
101 HC 101
102 HC 102
103 HC 103
104 HC 104
105 HC 105
106 HC 106
107 HC 107
108 HC 108
109 HC 109
110 VISUAL Heart Choice #1
111 HC 110
112 HC 111
113 HC 112
114 HC 113
115 HC 114
116 HC 115
117 HC 116
118 HC 117
119 HC 118
120 HC 119
121 HC 120
122 HC 121
123 HC 122
124 HC 123
125 HC 124
126 Attention
127 HC 125
128 HC 126
129 HC 127
130 HC 128
131 HC 129
132 HC 130
133 HC 131
134 HC 132
135 HC 133
136 HC 134
137 HC 135
138 HC 136
139 HC 137
140 HC 138
141 HC 139
142 HC 140
Episodes

Updated 142 Episodes

1
HC 01 - Kembali
2
HC 02 - Bertemu
3
HC 03 - Bersama Dengannya
4
HC 04 - Kado Ulang Tahun
5
HC 05 - Sebuah Kabar
6
HC 06 - Kecewa
7
HC 07 - Pergi
8
HC 08
9
HC 09
10
HC 10
11
HC 11
12
HC 12
13
HC 13
14
HC 14
15
HC 15
16
HC 16
17
HC 17
18
HC 18
19
HC 19
20
HC 20
21
HC 21
22
HC 22
23
HC 23
24
HC 24
25
HC 25
26
HC 26
27
HC 27
28
HC 28
29
HC 29
30
HC 30
31
HC 31
32
HC 32
33
HC 33
34
HC 34
35
HC 35
36
HC 36
37
HC 37 - Masa Lalu
38
HC 38
39
HC 39
40
HC 40
41
HC 41
42
HC 42
43
HC 43
44
HC 44
45
HC 45
46
HC 46
47
HC 47
48
HC 48
49
HC 49
50
HC 50
51
HC 51
52
HC 52
53
HC 53
54
HC 54
55
HC 55
56
HC 56
57
HC 57
58
HC 58
59
HC 59
60
HC 60
61
HC 61
62
HC 62
63
HC 63
64
HC 64
65
HC 65
66
HC 66
67
HC 67
68
HC 68
69
HC 69
70
HC 70
71
HC 71
72
HC 72
73
HC 73
74
HC 74
75
HC 75
76
HC 76
77
HC 77
78
HC 78
79
HC 79
80
HC 80 - Masa Itu Part 1
81
HC 81 - Masa Itu Part 2
82
HC 82
83
HC 83
84
HC 84
85
HC 85
86
HC 86
87
HC 87
88
HC 88
89
HC 89
90
HC 90
91
HC 91
92
HC 92
93
HC 93
94
HC 94
95
HC 95
96
HC 96
97
HC 97
98
HC 98
99
HC 99
100
HC 100
101
HC 101
102
HC 102
103
HC 103
104
HC 104
105
HC 105
106
HC 106
107
HC 107
108
HC 108
109
HC 109
110
VISUAL Heart Choice #1
111
HC 110
112
HC 111
113
HC 112
114
HC 113
115
HC 114
116
HC 115
117
HC 116
118
HC 117
119
HC 118
120
HC 119
121
HC 120
122
HC 121
123
HC 122
124
HC 123
125
HC 124
126
Attention
127
HC 125
128
HC 126
129
HC 127
130
HC 128
131
HC 129
132
HC 130
133
HC 131
134
HC 132
135
HC 133
136
HC 134
137
HC 135
138
HC 136
139
HC 137
140
HC 138
141
HC 139
142
HC 140

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!