Bertemu

Dua hari di Indonesia, Javier tidak keluar rumah. Ia hanya keluar dari kamar untuk makan. waktunya ia habiskan di dalam kamar. Javier masih memakai tongkat untuk membantunya berjalan.

Saat ini Javier sedang makan siang bersama Ummah dan Babah di meja makan. Setelah selesai makan siang, Ummah ngobrol dengan Babah. Javier hanya mendengarkan mereka.

"Seandainya Fathia nggak kuliah di Mesir, mungkin rumah tidak akan terlalu sepi." Ujar Ummah.

"Jadi kamu menyesal sudah mengijinkan Fathia kuliah di sana, ummah?"

"Tidak, bukan begitu, bah. Cuma rasanya sepi gitu."

"Satu tahun lagi dia lulus."

"Hem iya. Kalau dia lulus lang kita nikahkan saja."

"Ya Allah, Ummah. Dia itu kuliah ingin mengembangkan kemampuannya, kok malah disuruh langsung nikah. Nanti kalau misal Fathia juga bakal dibawa suaminya, gimana?"

"Tidak bisa, harus suaminya yang ikut Fathia tinggal di sini."

"Ummah, Babah, aku balik ke kamar dulu."

"Eh mau ke mana kamu?"

"Tidur, Ummah. "

Javier sebenarnya hanya ingin menghindari pembicaraan Ummah dan Babah yang bakal menjurus ke arah pernikahan yang juga akan melibatkan dirinya.

Di dalam kamar, Javier duduk di atas tempat tidur sambil meratapi keadaannya. Ia membuka laci dan mengambil cincin tunangannya yang memang ia simpan selama ini. Ia hanya memakainya sesekali saja. Cincin berbahan titanium dengan ukiran nama Kirana itu, ia buang ke tong sampah yang ada di pojok kamar mandinya.

Javier menelpon Tomi karena ingin keluar rumah.

"Hallo assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam, bos. Wah senang sekali boa mau menelpon ku. Aku sangat merindukan perintahmu, bos."

"Kemarilah, jemput aku!"

"Baik, bos."

Tomi segera melajukan mobil menuju kediaman Javier.

Javier bersiap-sial. Dengan bersusah payah dia memakai celana sendiri. Ia memakai pakaian santai karena hanya ingin mencari angin. Javier pun keluar dari kamarnya.

"Javier, kamu sudah rapi. Mau ke mana?"

"Cari angin, Ummah."

"Awas masuk angin."

"Ya, maksudku jalan-jalan saja."

"Nah gitu dong. Jalan keluar. Siapa tahu kamu makin sehat nanti."

Tidak lama kemudian, Tomi sampai. Ia menjemput Javier ke dalam rumah. Tomi membantu Javier nai ke mobil. Kemudian ia masuk dan duduk di kursi kemudi.

"Bos, kita mau ke mana?"

"Jalan saja ke arah utara."

"Ba-baiklah."

Tomi menuruti perintah atasannya itu. Meski ia tidak tahu tujuannya.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 5kilo meter, Javier angkat bicara.

"Di depan itu belok kiri!"

"Iya, Bos."

Ternyata Javier pergi ke basecamp tempatnya berkumpul bersama komunitasnya. Selama ini Javier mendirikan komunitas tangan peduli. Mereka membuat program bantuan dan pendidikan kepada anak jalanan dan orang yang membutuhkan.

Teman-teman Javier menyambutnya dengan senang. Mereka bersyukur melihat Javier bisa berjalan meskipun belum normal dan masih memakai tongkat.

"Bagaimana dengan program kita?"

"Alhamdulillah, berjalan dengan semestinya. Kami meminta kepada anak-anak untuk mendoakanmu."

"Terima kasih. Maaf belum bisa ikut bergabung lagi. Tapi untuk dana saya masih bisa memberi seperti biasanya."

"Tidak apa-apa. Kami mengerti. Kamu harus pulih seperti sedia kala. Javier, kami ikut sedih mendengar kabar batalnya pernikahanmu."

"Sudah, jangan diteruskan masalah itu! Aku tidak apa-apa."

"Iya, kamu orang baik. Pasti akan menemukan ganti yang lebih baik."

Tidak terasa sudah hampir jam 4 sore Javier di basecamp. Ia pun pamit pulang.

"Ke mana lagi kita, Bos?"

"Ke taman."

"Hah, taman?"

"Kamu sudah budek sekarang, Tom?"

"Iya, eh tida-tidak bos. Iya kuta akan ke taman."

"Tumben-tumbenan ngajak ke taman." Batin Tomi.

Akhirnya mereka sampai di taman yang dimaksud. Tomi memarkirkan mobil lalu turun membukakan pintu untuk Javier dan membantunya turun.

"Kamu tidak perlu ikut. Aku sendiri saja."

"Tapi, bos.... "

"Kamu mau dipecat?"

"Eh tidak-tidak, bos... Baiklah saya akan menunggu di sini saja."

Javier berjalan dengan tongkatnya menuju ke area taman. Kebetulan taman tidak terlalu ramai. Ia duduk di sebuah kursi yang berbentuk barang pohon. Tiba-tiba kepalanya tertimpuk bola kecil.

"Au... "

Dan muncullah anak laki-laki berusia empat tahun mencari bolanya.

"Om, itu bola Rayyan."

"Oh ya?"

Anak itu mengangguk dengan ekspresi menggemaskan.

Javier yang tadinya kesal tidak jadi marah melihat anak selucu itu. Javier melambaikan tangannya agar anak itu mendekatinya. Rayyan pun mendekati Javier.

"Kamu tahu tidak kalau bola ini kena kepala, Om?"

"Nggak tahu, Om. Maafin Rayyan ya, Om."

"Oh, nama kamu Rayyan?"

"Iya, Om."

"Om, ini tongkat Om? Kaki Om kenapa?"

Rayyan yang super aktif itu tidak berhenti hanya dengan satu pertanyaan.

"Rayyan... Rayyan... "

"Anti, Rayyan di sini."

Windi yang mendengar suara Rayyan pin mendekati sumber suara.

"Rayyan, sudah anti bilang jangan ke mana-mana. Jangan mau diajak orang, kamu..... "

Windi tertegun melihat sosok laki-laki yang saat ini bersama Rayyan.Javier pun menatap Windi. Windi memastikan kembali laki-laki di hadapannya saat ini. Ia takut salah orang. Karena penampilannya yang berubah. Rambut yang dulu rapi kini masih baru tumbuh akibat proses operasinya.

Dag dig dug

Ada suara getaran yang menggebu.

"Astagfirullah... kenapa dengan hatiku?" Batin Windi.

"Anti kok bengong?"

"Tuan Javier.... "

Javier mengalihkan pandangannya. Ia merasa insecure dengan keadaannya saat ini.

"Anti, tadi bola Rayyan kena kepalanya Om ini. Tapi Rayyan sudah minta maaf."

Windi berjalan semakin dekat.

"Tuan Javier ini berubah anda, kan?"

"I-iya."

Windi melihat tongkat yang ada di samping javier.

"Anti, ini es krim Rayyan kan?"

"Eh, iya."

Rayyan mengambil es krim dari tangan Windi lalu ia memakannya. Rayyan duduk di samping Javier.

"Tuan Javier, anda sendirian?"

"Iya."

"Istri anda?"

"Maaf, saya pergi dulu."

Javier lupa jika kakinya tidak stabil. Ia langsung berdiri. Namun ia kehilangan keseimbangan. Sontak windi langsung memegang lengan Javier.

"Hati-hati, tuan."

Pandangan mereka bertemu. Namun Keduanya langsung mengalihkan pandangan.

"Ma-maaf saya hanya reflek ingin membantu Anda. "

Windi melepaskan tangannya, lalu ia memberikan tongkat Javier.

"Terima kasih."

Javier mengambil tongkatnya lalu pergi dari hadapan Windi.

Rayyan mengejar Javier.

"Om... Om tunggu!"

"Ya, ada apa?"

"Om ini pasti jago main bola. Papiku sibuk tidak bisa bermain denganku. Anti Windi nggak bisa main bola. Om mau jadi temanku?"

"Rayyan... Om nya lagi sakit. Jangan.... "

Namun di luar dugaan. Justru Javier mengiyakan permintaan Rayyan.

"Tapi Om hanya bisa bergerak sedikit saja."

"Nggak papa Om. Rayyan nendangnya pelan saja. "

"Oke."

"Tuan, jangan! Saya takut terjadi apa-apa dengan kaki anda."

"Tidak apa-apa, saya bisa."

Javier pun menemani Rayyan bermain bola.

Dari kejauhan Tomi memperhatikan bosnya. Tomi tersenyum melihatnya.

Sedangkan Windi merasa ngilu saat Javier menggiring bola dengan kakinya yang masih memakai tongkat.

Sudah jam 5 sore, Windi mengajak Rayyan pulang karena Maminya sudah menelpon.

"Rayyan, sudah dulu. Mamimu telpon. Kita harus segera pulang."

"Yah... anti nggak asyik."

Javier tersenyum melihat tingkat Rayyan yang lucu.

"Rayyan, kapan-kapan bisa main lagi sama Om."

"Tapi Rayyan nggak lama di Surabaya, Om."

Javier melihat Rayyan memakai jam tangan HP.

"Sini Om simpan nomor handphone Om disini. Nanti kamu bisa menghubungi, Om."

"Wah, bener juga Om. Makasih, Om."

"Sama-sama."

"Kami permisi dulu, Tuan."

"Iya."

Windi dan Rayyan pergi meninggalkan Javier. Javier menatap kepergian mereka.

"Selain kerja di kantor, dia juga jadi babysitter. Good job. Ternyata kamu pekerja keras." Batin Javier.

Ternyata ia sudah salah sangka.

Bersambung....

...****************...

Yang belum baca novel author sebelumnya mungki tidak tahu kalau Rayyan adalah anak Fatin. Fatin adalah kakak Windi yang tinggal di Jakarta.

Terima kasih atas supportnya kak.

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

ya tar jd baby sister anaj2 kamy javier

2024-10-31

0

Ririn Endang S

Ririn Endang S

maaf thoorr judul novel sebelumnya apa...?

2024-09-08

1

Siti Zuriah

Siti Zuriah

hadeeh... javier masa iya windi jd baby sitter udh tau rayyan manggil windi anti ya pasti itu rayyan itu keponakan nya lh nanti klo javier udh tlpn k rayyan menanyakn windi sebagai baby sitter nya yg ada km terkejut klo rayyan bilang klo windi itu aunty nya

2024-08-27

2

lihat semua
Episodes
1 Hati si kembar
2 Patah hati
3 Hari Pertama Kerja
4 Rencana
5 Ngaku-ngaku
6 Menolong
7 Keluarga Javier
8 Mimpi
9 Kecelakaan
10 Operasi
11 Cerita Windi
12 Gagal
13 Bertemu
14 Rumah sakit
15 Time zone
16 Batin Windi
17 Pengakuan
18 Abi vs Babah
19 Launching
20 Javier vs Windi
21 Calon
22 Kagum
23 Makan malam
24 Butir
25 Pengajian
26 Sah
27 Resepsi
28 Dunia milik berdua
29 Ikan cupang
30 Berpuasa
31 Cemburu
32 Rumah Babah
33 Erlangga
34 Kesiangan
35 Pemandangan indah
36 Manisan
37 Minyak Nyong-nyong
38 Periksa
39 Keluarga Erlangga
40 Ulang tahun Erlangga
41 Tujuh Bulanan
42 Batin Winda
43 Salah paham
44 Menjenguk
45 Malu
46 Baby Sultan
47 Terungkap
48 Jamu
49 Bertamu
50 Ke rumah Pras
51 Menjemput Erlangga
52 Pras vs Winda
53 Tidak sengaja
54 Akad Nikah
55 Zonk
56 Ulah Erlangga
57 Sambutan hangat
58 Tidur bertiga
59 Gara-gara kamu
60 Sudah tak tahan
61 Serangan Fajar
62 Lombok
63 Tak bosan
64 honey moon
65 Pulang
66 Biang kerok
67 Keputusan
68 Windi-winda
69 Hamil berjama'ah
70 Gado-gado
71 Ngidam
72 Rujakan
73 Vertigo
74 Membangunkan Macan
75 Kecelakaan
76 Adopsi
77 Kampung
78 Cemburu
79 Dubai
80 Pesawat
81 Tujuh bulanan double
82 Keluarga besar
83 Melamar
84 Musyawarah
85 Pernikahan
86 Suite room
87 Syakira-Syakir
88 Kebahagiaan yang bertubi-tubi
89 Surga dunia
90 Dua Tahun Kemudian
91 Liburan di kampung
92 Salak sepet
93 Jambu monyet
94 Kebobolan
95 Gadis kecil
96 Mimi vs Khaira
97 Bertemu lagi
98 Tentang Noval
99 Khaira sakit
100 Menjenguk Khaira
101 Payung
102 Tidak mau pulang
103 Menjemput Khaira
104 Istikharah
105 Kulkas lagi konslet
106 Ayo Mas
107 Dadakan
108 Suami-istri
109 Novel baru
110 Shubuh pertama
111 Ending
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Hati si kembar
2
Patah hati
3
Hari Pertama Kerja
4
Rencana
5
Ngaku-ngaku
6
Menolong
7
Keluarga Javier
8
Mimpi
9
Kecelakaan
10
Operasi
11
Cerita Windi
12
Gagal
13
Bertemu
14
Rumah sakit
15
Time zone
16
Batin Windi
17
Pengakuan
18
Abi vs Babah
19
Launching
20
Javier vs Windi
21
Calon
22
Kagum
23
Makan malam
24
Butir
25
Pengajian
26
Sah
27
Resepsi
28
Dunia milik berdua
29
Ikan cupang
30
Berpuasa
31
Cemburu
32
Rumah Babah
33
Erlangga
34
Kesiangan
35
Pemandangan indah
36
Manisan
37
Minyak Nyong-nyong
38
Periksa
39
Keluarga Erlangga
40
Ulang tahun Erlangga
41
Tujuh Bulanan
42
Batin Winda
43
Salah paham
44
Menjenguk
45
Malu
46
Baby Sultan
47
Terungkap
48
Jamu
49
Bertamu
50
Ke rumah Pras
51
Menjemput Erlangga
52
Pras vs Winda
53
Tidak sengaja
54
Akad Nikah
55
Zonk
56
Ulah Erlangga
57
Sambutan hangat
58
Tidur bertiga
59
Gara-gara kamu
60
Sudah tak tahan
61
Serangan Fajar
62
Lombok
63
Tak bosan
64
honey moon
65
Pulang
66
Biang kerok
67
Keputusan
68
Windi-winda
69
Hamil berjama'ah
70
Gado-gado
71
Ngidam
72
Rujakan
73
Vertigo
74
Membangunkan Macan
75
Kecelakaan
76
Adopsi
77
Kampung
78
Cemburu
79
Dubai
80
Pesawat
81
Tujuh bulanan double
82
Keluarga besar
83
Melamar
84
Musyawarah
85
Pernikahan
86
Suite room
87
Syakira-Syakir
88
Kebahagiaan yang bertubi-tubi
89
Surga dunia
90
Dua Tahun Kemudian
91
Liburan di kampung
92
Salak sepet
93
Jambu monyet
94
Kebobolan
95
Gadis kecil
96
Mimi vs Khaira
97
Bertemu lagi
98
Tentang Noval
99
Khaira sakit
100
Menjenguk Khaira
101
Payung
102
Tidak mau pulang
103
Menjemput Khaira
104
Istikharah
105
Kulkas lagi konslet
106
Ayo Mas
107
Dadakan
108
Suami-istri
109
Novel baru
110
Shubuh pertama
111
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!