Rencana

"Tuan Noval, saya balik dulu. Masih ada pekerjaan."

"Tidak mau makan siang bersama dengan saya dulu, Tuan?"

"Lain waktu saja. Terima kasih."

"Baiklah, Tuan. Semoga kerja sama kita kali ini berjalan dengan lancar."

"Amin... saya permisi dulu."

Javier menjabat tangan Noval. Sementara Windi hanya menangkupkan kedua tangannya membungkukkan badan.

Tuan Javier pun pamit dan diantarkan Andre ke luar. Setelah Tuan Javier pergi meninggalkan ruangan Noval, Windi mulai mengeluarkan jurus bar-bar nya.

"Noval, gila ya kamu! Bisa-bisanya langsung nunjuk aku."

"Tenang Mbak, sabar...!Punya bawahan gini amat sih. Mau diterima kerja di sini nggak?"

"Ish, dasar sepupu durjana! Kalau saja bukan karena Abi, aku nggak mau juga kerja di sini."

"Daripada ilmu Mbak nggak jalan, ya kan? Tuan Javier itu orangnya santai kok. Ya meskipun sedikit kritis sih. Dia sudah langganan sejak Papanya masih memimpin perusahaan dulu. Dan pastinya sebelum aku jadi direktur di sini."

"Terus apa yang harus aku lakukan?"

"Mbak, Andre sudah menyiapkan ruangan untukmu. Itu di samping sekretaris. Nggak jauh dari ruangan ku. Untuk selanjutnya, nanti Andre akan mengirim nomor Tuan Javier ke kamu."

"Jadi aku yang harus menghubungi dia duluan, gitu?"

"Iya dong, Mbak. Kan kamu yang punya tanggung jawab."

"Waduh, istrinya galak nggak?"

"Mbak, Tuan Javier itu belum punya istri. Masih tunangan."

"Oh...aman kalau begitu."

"Awas, dilarang jatuh cinta!"

"Ish, ngaco."

Andre mengantarkan Windi ke ruangannya. Sekretaris perempuan yang bernama Dinda mengajak Windi berkenalan.

Saat jam istirahat, Dinda mengajak Windi pergi ke kantin untuk makan siang. Namun Windi memilih untuk shalat Dhuhur terlebih dahulu di Musholla. Setelah selesai shalat, Windi menyusul Winda ke Kantin. Windi menjadi pusat perhatian karena masih baru di kantor tersebut.

"Kenapa nunduk Win?" Tanya Dinda.

"Orang-orang pada liatin aku, Mbak."

"Wajar, kamu kan masih baru. Tapi wajah kamu itu kayak familiar lho Win. Tapi aku lihat di mana ya?" Dinda sedang berpikir.

"Sudah Mbak, jangan ambil pusing, wajahku pasaran kali, hehe... "

Mereka lanjut makan siang dengan menu lauk dadar jagung dan telur dadar serta sayur bayam.

Setelah selesai makan siang, mereka kembali ke ruangannya. Windi mulai mengotak atik i-pad nya untuk mendesain label minuman yang diminta Tuan Javier. Namun saat sedang fokus, Noval memanggilnya. Noval mengajaknya ke lantai 5 untuk mengenalkannya dengan karyawan lain, terutama team desain grafis yang lain.

"Sepertinya dia istimewa, buktinya Pak direktur sendiri yang mengenalkannya kepada kita. Dan dia juga ditempatkan di ruangan yang dekat dengan direktur." Bisik salah satu karyawan.

"Jangan-jangan dia calonnya Pak Noval."

"Ah masa sih? Tapi cocok juga mereka. Tampan dan cantik."

Begitu kira-kira desas desus mereka.

"Pak Doni, selaku senior di sini saya berharap kamu bisa membimbing nona Windi dengan baik."

"Siap Pak Noval. Akan saya usahakan semaksimal mungkin."

"Ruangan Nona Windi sementara di dekat ruangan saya, karena saya ingin memantau langsung kinerjanya. Lain waktu dia juga akan gabung bersama kalian. Jadi kalian jangan berpikiran yang bukan-bukan tentangnya."

"I-iya, Pak."

Noval dan Windi kembali ke lantai tujuh. Mereka melanjutkan pekerjaannya.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 16.00. Waktunya mereka pulang dari kantor. Sebelum pulang Windi menyempatkan diri untuk shalat Ashar karena ia khawatir telat sampai di rumah. Setelah selesai shalat, Windi turun ke bawah menuju parkiran.

"Bismillahirrahmanirrahim."

Windi melajukan motor menuju jalan pulang. Ia bersenandung ria menyusuri macetnya jalan raya. Ia berhenti karena lampu merah.

"Cewek kenalan dong.... " Seorang pengendara motor yang saat ini berhenti di samping Windi menggodanya.

Windi pun cuek, ia tidak menghiraukannya.

"Sombong amat sih."

"Apaan sih. Nggak ada kerjaan." Gerutu Windi.

Lampu hijau sudah menyala. Windi melanjutkan kembali perjalanannya.Pria yang menggodanya tadi justru masih searah dengannya. Windi mempercepat laju motornya. Dan akhirnya ia sampai di rumah jam 17.02. Windi langsung masuk ke kamarnya dan mandi.Setelah itu ia duduk di sofa kamarnya menunggu waktu Maghrib.

"Hari ini cukup melelahkan." Batinnya.

Malam harinya

Setelah selesai makan malam, Winda pergi ke kamar Windi. Ia menanyakan kesan pertama Windi masuk kerja hari ini. Ia menceritakan dengan detail pengalamannya di kantor hari ini.

Winda menjadi pendengar yang baik untuk adiknya. Sampai tidak terasa mereka ngobrol sampai berjam-jam. Gantian Winda yang juga menceritakan keinginannya untuk membuka usaha di bidang wedding dan event organizer. Rencananya ua akan merekrut beberapa temannya yang saat ini juga masih bingung mencari pekerjaan. Bidang tersebut juga masih berkaitan dengan jurusannya, komunikasi pemasaran.

"Mbak nggak mau gabung sama aku saja di perusahaan Kakek?"

"Nggak dek. Setelah aku pikir-pikir, kayaknya tekatku sudah bulat. Lebih baik aku buka usaha sendiri."

"Hem... oke juga sih.Nanti kalau Mbak butuh untuk desain, aku akan bantu. Coba Mbak utarakan sama Abi dan Bunda. Semoga dapat restu dari mereka."

"Amin...sudah malam, dek. Kamu besok harus ngantor. Aku balik ke kamarku dulu."

"Iya, Mbak. Have a nice dream Mt sister."

"A nice dream juga... "

Winda keluar dari kamar Windi dan masuk ke kamarnya sendiri. Kamar mereka hanya terpisah dengan sebuah dinding. Winda segera mencuci muka, wudhu' dan naik ke tempat tidur. Namun ia belum bisa memejamkan mata, karena dalam anginnya masih membayangkan rencana yang sedang ia buat. Sedangkan Windi, ia pun langsung merebahkan diri dan memejamkan mata karena sudah sangat mengantuk.

Keesokan harinya.

Setelah selesai sarapan pagi, Winda mengutarakan keinginannya kepada kedua orang tuanya. Abi Tristan dan Bunda Salwa menanggapi dengan baik. Bahkan Bunda Salwa sangat mendukungnya. Tapi Abi Tristan masih terlihat ragu.

"Kamu yakin?" Tanya Abi Tristan.

"InsyaAllah bi. Aku yakin."

"Jadi apa yang kamu perlukan untuk memulai usahamu ini?"

"Aku hanya butuh satu tempat yang cukup luas untuk kantor pemasaran dan gudang tempat dekor dan lainnya bi."

"Untuk modal awal?"

"Bi, tabunganku masih cukup untuk membeli peralatan dan lainnya. Nanti kalau kurang, aku akan pinjam dulu sama Abi."

"Hem baiklah. Untuk tempat Abi ada itu ruko yang kosong, pakailah kalau kamu mau."

"Beneran bi?"

"Kapan Abi pernah bohong?"

"Alhamdulillah... kalau begitu nanti Winda mau lihat rukonya. Terima kasih, bi. Makasih juga Bunda sudah mau mendukungku."

Bunda Salwa dan Abi Tristan hanya tersenyum menanggapinya.

Setelah mendapatkan restu dari kedua orang tuanya, Winda menghubungi kedua temannya dan mulai mulai menyusun rencananya kembali.

Winda meminta alamat ruko yang dimaksud Abinya. Hari ini juga ia ingin melihat ke lokasi bersama kedua temannya.

Sekitar jam 10 siang, Winda pamit kepada Bundanya untuk menuju ke ruko.

"Hati-hati bawa mobilnya."

"Iya, Bunda. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam.. "

Bersambung...

...****************...

Terpopuler

Comments

Okto Mulya D.

Okto Mulya D.

Ngga sulit dapat restu dan modalnya juga...mantab keluarga ini

2024-12-24

1

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

sk udh di kantongi gercap ya winda

2024-10-31

1

david 123

david 123

Anak sultan ,usaha apa saja yg penting ada niat baik so pasti dilayani ortu.keren....

2024-10-13

1

lihat semua
Episodes
1 Hati si kembar
2 Patah hati
3 Hari Pertama Kerja
4 Rencana
5 Ngaku-ngaku
6 Menolong
7 Keluarga Javier
8 Mimpi
9 Kecelakaan
10 Operasi
11 Cerita Windi
12 Gagal
13 Bertemu
14 Rumah sakit
15 Time zone
16 Batin Windi
17 Pengakuan
18 Abi vs Babah
19 Launching
20 Javier vs Windi
21 Calon
22 Kagum
23 Makan malam
24 Butir
25 Pengajian
26 Sah
27 Resepsi
28 Dunia milik berdua
29 Ikan cupang
30 Berpuasa
31 Cemburu
32 Rumah Babah
33 Erlangga
34 Kesiangan
35 Pemandangan indah
36 Manisan
37 Minyak Nyong-nyong
38 Periksa
39 Keluarga Erlangga
40 Ulang tahun Erlangga
41 Tujuh Bulanan
42 Batin Winda
43 Salah paham
44 Menjenguk
45 Malu
46 Baby Sultan
47 Terungkap
48 Jamu
49 Bertamu
50 Ke rumah Pras
51 Menjemput Erlangga
52 Pras vs Winda
53 Tidak sengaja
54 Akad Nikah
55 Zonk
56 Ulah Erlangga
57 Sambutan hangat
58 Tidur bertiga
59 Gara-gara kamu
60 Sudah tak tahan
61 Serangan Fajar
62 Lombok
63 Tak bosan
64 honey moon
65 Pulang
66 Biang kerok
67 Keputusan
68 Windi-winda
69 Hamil berjama'ah
70 Gado-gado
71 Ngidam
72 Rujakan
73 Vertigo
74 Membangunkan Macan
75 Kecelakaan
76 Adopsi
77 Kampung
78 Cemburu
79 Dubai
80 Pesawat
81 Tujuh bulanan double
82 Keluarga besar
83 Melamar
84 Musyawarah
85 Pernikahan
86 Suite room
87 Syakira-Syakir
88 Kebahagiaan yang bertubi-tubi
89 Surga dunia
90 Dua Tahun Kemudian
91 Liburan di kampung
92 Salak sepet
93 Jambu monyet
94 Kebobolan
95 Gadis kecil
96 Mimi vs Khaira
97 Bertemu lagi
98 Tentang Noval
99 Khaira sakit
100 Menjenguk Khaira
101 Payung
102 Tidak mau pulang
103 Menjemput Khaira
104 Istikharah
105 Kulkas lagi konslet
106 Ayo Mas
107 Dadakan
108 Suami-istri
109 Novel baru
110 Shubuh pertama
111 Ending
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Hati si kembar
2
Patah hati
3
Hari Pertama Kerja
4
Rencana
5
Ngaku-ngaku
6
Menolong
7
Keluarga Javier
8
Mimpi
9
Kecelakaan
10
Operasi
11
Cerita Windi
12
Gagal
13
Bertemu
14
Rumah sakit
15
Time zone
16
Batin Windi
17
Pengakuan
18
Abi vs Babah
19
Launching
20
Javier vs Windi
21
Calon
22
Kagum
23
Makan malam
24
Butir
25
Pengajian
26
Sah
27
Resepsi
28
Dunia milik berdua
29
Ikan cupang
30
Berpuasa
31
Cemburu
32
Rumah Babah
33
Erlangga
34
Kesiangan
35
Pemandangan indah
36
Manisan
37
Minyak Nyong-nyong
38
Periksa
39
Keluarga Erlangga
40
Ulang tahun Erlangga
41
Tujuh Bulanan
42
Batin Winda
43
Salah paham
44
Menjenguk
45
Malu
46
Baby Sultan
47
Terungkap
48
Jamu
49
Bertamu
50
Ke rumah Pras
51
Menjemput Erlangga
52
Pras vs Winda
53
Tidak sengaja
54
Akad Nikah
55
Zonk
56
Ulah Erlangga
57
Sambutan hangat
58
Tidur bertiga
59
Gara-gara kamu
60
Sudah tak tahan
61
Serangan Fajar
62
Lombok
63
Tak bosan
64
honey moon
65
Pulang
66
Biang kerok
67
Keputusan
68
Windi-winda
69
Hamil berjama'ah
70
Gado-gado
71
Ngidam
72
Rujakan
73
Vertigo
74
Membangunkan Macan
75
Kecelakaan
76
Adopsi
77
Kampung
78
Cemburu
79
Dubai
80
Pesawat
81
Tujuh bulanan double
82
Keluarga besar
83
Melamar
84
Musyawarah
85
Pernikahan
86
Suite room
87
Syakira-Syakir
88
Kebahagiaan yang bertubi-tubi
89
Surga dunia
90
Dua Tahun Kemudian
91
Liburan di kampung
92
Salak sepet
93
Jambu monyet
94
Kebobolan
95
Gadis kecil
96
Mimi vs Khaira
97
Bertemu lagi
98
Tentang Noval
99
Khaira sakit
100
Menjenguk Khaira
101
Payung
102
Tidak mau pulang
103
Menjemput Khaira
104
Istikharah
105
Kulkas lagi konslet
106
Ayo Mas
107
Dadakan
108
Suami-istri
109
Novel baru
110
Shubuh pertama
111
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!