Batin Windi

Ternyata Javier sudah mulai lepas dari tongkatnya. Sejak kemarin ia bertekat untuk bisa berjalan tanpa tongkat. Dan hati ini ia membuktikannya meski ia harus menahan sedikit rasa sakit.

Rayyan puas sekali bermain hari ini. Ia bahkan mengenalkan Om Javier kepada ketiga saudaranya. Javier sangat senang bermain dengan mereka. Rasanya ia ingin segera pulih agar bisa berlarian seperti bocah-bocah yang bersamanya saat ini.

"Mereka lucu sekali."

"Hem, iya... sangat lucu. Tapi kadang nyebelin. Terutama Rayyan. Anak itu terlalu aktif dan kadang suka jail."

Windi sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Selain ia takut kata-kata Abinya berkeliaran. Ia juga takut kepada istri Javier. Memang posisi duduk mereka tidak berdekatan, namun Windi tetap harus waspada.

"Kamu sangat paham dengan mereka. Sejak kapan kamu mengurus mereka?"

"Tentu saja sejak mereka bayi. Tapi memang mereka jarang pulang ke Surabaya."

Tiba-tiba Rayyan mendekati mereka berdua.

"Anti, Om. Kita sudah lapar."

Windi melihat jam tangannya. Memang sudah waktunya mereka makan siang. Akhirnya Windi membawa mereka Ayam richeese. Karena itu adalah makanan favorit mereka.

"Em... apa anda tidak mau ke tempat lain?"

"Aku akan makan bersama kalian."

"Aduh, kok aku jadi ngeri ya. Gimana kalau istrinya datang tiba-tiba melabrak ku.Lagian kenapa dia bisa tiba-tiba ada di mall? " Batinnya.

"Anak-anak, kalian duduk dulu. Anti mau pesan dulu."

"Siap, anti."

Javier memberikan kartu ATM nya kepada Windi.

"Tidak usah, ini ada. Mereka dibekali kok."

Windi mengeluarkan kartu ATM dengan warna yang sama dengan milik Javier.

"Simpan itu, pakai punyaku. Pinnya 101010."

Windi tidak ingin membuat Javier kecewa. Ia pun menerimanya.

Saat ini Windi sedang antri untuk memesan makanan.Javier ikut duduk bersama Rayyan dan ketiga saudaranya. Ada beberapa pengunjung yang tidak segan mencubit pipi mereka.

"Kak, anak anda lucu sekali. Mereka tampan dan cantik."

"Pantas saja, Papanya saja tampan sekali." Sahut yang lainnya.

"Pasti Mamanya juga cantik."

"Itu Mama kami." Celetuk Rayyan sambil menunjukkan Anti Windi.

"Wah pantesan. Perpaduan yang pas."

Rayyan menutup mulutnya dengan sebelah tangannya setelah iya berhasil membuat Ibu-ibu muda itu percaya.

Javier hanya tersenyum menanggapi kelakuan Rayyan dan Ibu-ibu tersebut. Sedangkan keempat bocah sibuk dengan mainan yang ada di tangan mereka. Mainan tersebut adalah hadiah yang mereka dapat dari time zone.

Setelah lima menit kemudian, Windi membawa satu nampan berisi makanan dan minuman yang dipesan. Javier berdiri dengan pelan hendak membantu Windi. Karena masih ada satu nampan lagi yang belum dibawa.

"Eh... eh mau ke mana?"

"Membantumu."

"Tidak perlu. Biar saya saja. Duduklah dengan tenang."

Windi mengambil satu nampan lagi. Setelah itu mereka duduk. Kebetulan posisi duduknya berhadapan dengan Javier. Mereka tampak seperti keluarga yang harmonis.

"Ayo anak-anak, makan dulu. Taruh mainannya. Jangan lupa baca do'anya!"

Keempat bocah itu menuruti perintah artinya. Javier semakin kagum dengan sosok perempuan di depannya.

"Om, minumannya dari tadi diaduk aja. Nggak diminum?"

Suara Rayyan membuyarkan lamunan Javier. Ucapan bocah kecil itu membuatnya malu. Ia hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sedangkan Windi pura-pura tidak tahu apa-apa.

Keempat bocah makan dengan tenang. Kebetulan Rihana duduk di samping Javier. Nampak Rihana makan dengan sedikit belepotan. Caos yang dia makan nempel di pipinya. Tangan Javier terulur untuk mengusapnya dengan tisu. Bersamaan dengan itu tangan Windi pun hendak menghapus nya juga. Namun Windi Justru mengusap jari Javier.

Javier menoleh, dan pandangan mereka bertemu.

"Astagfirullah... " Ucap keduanya.

Windi segera menjauhkan kepalanya dan duduk kembali.

"Eh... Rihana makannya pelan ya, biar nggak belepotan."

"Iya, anti."

"Maklumi saja, mereka masih kecil."

Akhirnya mereka selesai juga makan. Namun mereka belum juga ingin pulang. Mereka minta main mandi bola.

"Setelah mandi bola, pulang ya?"

"Oke anti."

"Em... kalau anda ingin pulang atau ada perlu lain silahkan. Saya bisa menjaga mereka sendirian."

"Tidak ada. Justru aku datang ke sini untuk menghilangkan kejenuhan.

Rayyan dan tiga saudaranya masuk ke area mandi bola. Windi memakaikan kaos kaki untuk mereka. Javier tidak bisa membantunya karena ia masih susah untuk berjongkok. Bahkan sholat pun ia masih duduk.

Winda menunggu mereka di luar. Ia duduk di kursi panjang yang ada di depan area. Javier pun duduk di sampingnya. Mainan si kembar menjadi penghalang mereka.

"Nih orang kenapa nggak pulang saja, apa istrinya nggak nyariin?" Batin Windi.

Windi mengembalikan kartu ATM milik Javier.

"Ini ATM anda. Terima kasih."

"Oh, iya."

Windi berpikir dan mencari topik pembicaraan agar suasananya tidak menegangkan.

"Berapa usiamu?"

Tiba-tiba pertanyaan itu muncul dari mulut Javier. Windi yang saat itu sedang melamun, otaknya belum terkoneksi.

"Apa?"

"Berapa usiamu sekarang?"

"22 tahun, enam bulan lagi 23 tahun. Kenapa anda bertanya umur? Apa sekarang anda sudah berubah jadi pengurus sensus?"

Ucapan Windi justru membuat Javier tertawa.

"MasyaAllah, dia tertawa. Baru kali ini aku melihatnya tertawa." Batin Windi.

Dari kejauhan seseorang sedang mengawasi mereka. Bahkan orang tersebut mengambil gambar mereka.

"Kamu senang mengasuh mereka?"

"Tentu saja. Mereka seperti anakku sendiri."

"Kenapa tidak menikah saja, dan punya anak sendiri?"

"Kalau sudah waktunya, pasti. Bagaimana dengan anda, apa istri anda sudah isi?"

Javier mengerutkan dahinya. Ia mencerna pertanyaan Windi.

Namun tiba-tiba seseorang datang.

"Oh jadi di sini ya, kamu?"

Sontak Windi lansung berdiri saat melihat orang tersebut. Ia merasa seperti sedang kepergok selingkuh dengan suami orang. Karena yang datang adalah Kanzha.

"Mbak, maaf anda jangan salah paham dulu. Saya dan Tuan Javier tidak ada hubungan apa-apa. Kami hanya kebetulan ketemu. Kami di sini tidak hanya berdua. Ada keponakan saya yang sedang bermain di dalam sana."

Windi berbicara tanpa jeda untuk membela diri. Ia tidak ingin wanita di hadapannya, salah sangka. Namun di luar dugaannya, wanita tersebut justru tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Javier ia hanya bersedekap dan menahan tawanya.

Windi heran melihat wanita yang ia sangka istri Javier ini justru tertawa bukannya marah.

"Perkenalkan, saya Kanzha."

Kanzha mengulurkan tangannya."

"Wi-Windi."

"Jadi benar kalian ini tidak ada hubungan apa-apa?"

"I-iya benar."

"Tapi sudah dua kali ini aku melihat Javier sangat senang berbicara denganmu. Ia bahkan tidak pernah sesenang ini saat berbicara dengan saya."

"Itu... saya tidak tahu soal itu."

"Duduklah, kamu mau ke mana?"

"Itu, saya mau melihat keponakanku."

"Jangan menghindariku!"

"Duh, mau diapain aku ya? Ini lagi lakinya diam saja tidak memberi pembelaan." Batin Windi.

Windi pun duduk kembali.

"Kalau dilihat-lihat kalian memang serasi." Ujar Kanzha.

"Kak, sudahlah! Jangan iseng, kasihan anak orang."

Windi terkejut mendengar panggilan Javier kepada Kanzha.

Bersambung....

...****************...

Terpopuler

Comments

Okto Mulya D.

Okto Mulya D.

Hah Windi, Javier tidak jadi nikah

2024-12-25

1

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

lanjuut

2024-10-31

1

secret

secret

wahh wahh yg lg simulasi jd keluarga kecill🤏🏻🤭 akhirnya ga salah paham lg yaa Win, bang Jav masih single kokkk😂

2024-08-30

2

lihat semua
Episodes
1 Hati si kembar
2 Patah hati
3 Hari Pertama Kerja
4 Rencana
5 Ngaku-ngaku
6 Menolong
7 Keluarga Javier
8 Mimpi
9 Kecelakaan
10 Operasi
11 Cerita Windi
12 Gagal
13 Bertemu
14 Rumah sakit
15 Time zone
16 Batin Windi
17 Pengakuan
18 Abi vs Babah
19 Launching
20 Javier vs Windi
21 Calon
22 Kagum
23 Makan malam
24 Butir
25 Pengajian
26 Sah
27 Resepsi
28 Dunia milik berdua
29 Ikan cupang
30 Berpuasa
31 Cemburu
32 Rumah Babah
33 Erlangga
34 Kesiangan
35 Pemandangan indah
36 Manisan
37 Minyak Nyong-nyong
38 Periksa
39 Keluarga Erlangga
40 Ulang tahun Erlangga
41 Tujuh Bulanan
42 Batin Winda
43 Salah paham
44 Menjenguk
45 Malu
46 Baby Sultan
47 Terungkap
48 Jamu
49 Bertamu
50 Ke rumah Pras
51 Menjemput Erlangga
52 Pras vs Winda
53 Tidak sengaja
54 Akad Nikah
55 Zonk
56 Ulah Erlangga
57 Sambutan hangat
58 Tidur bertiga
59 Gara-gara kamu
60 Sudah tak tahan
61 Serangan Fajar
62 Lombok
63 Tak bosan
64 honey moon
65 Pulang
66 Biang kerok
67 Keputusan
68 Windi-winda
69 Hamil berjama'ah
70 Gado-gado
71 Ngidam
72 Rujakan
73 Vertigo
74 Membangunkan Macan
75 Kecelakaan
76 Adopsi
77 Kampung
78 Cemburu
79 Dubai
80 Pesawat
81 Tujuh bulanan double
82 Keluarga besar
83 Melamar
84 Musyawarah
85 Pernikahan
86 Suite room
87 Syakira-Syakir
88 Kebahagiaan yang bertubi-tubi
89 Surga dunia
90 Dua Tahun Kemudian
91 Liburan di kampung
92 Salak sepet
93 Jambu monyet
94 Kebobolan
95 Gadis kecil
96 Mimi vs Khaira
97 Bertemu lagi
98 Tentang Noval
99 Khaira sakit
100 Menjenguk Khaira
101 Payung
102 Tidak mau pulang
103 Menjemput Khaira
104 Istikharah
105 Kulkas lagi konslet
106 Ayo Mas
107 Dadakan
108 Suami-istri
109 Novel baru
110 Shubuh pertama
111 Ending
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Hati si kembar
2
Patah hati
3
Hari Pertama Kerja
4
Rencana
5
Ngaku-ngaku
6
Menolong
7
Keluarga Javier
8
Mimpi
9
Kecelakaan
10
Operasi
11
Cerita Windi
12
Gagal
13
Bertemu
14
Rumah sakit
15
Time zone
16
Batin Windi
17
Pengakuan
18
Abi vs Babah
19
Launching
20
Javier vs Windi
21
Calon
22
Kagum
23
Makan malam
24
Butir
25
Pengajian
26
Sah
27
Resepsi
28
Dunia milik berdua
29
Ikan cupang
30
Berpuasa
31
Cemburu
32
Rumah Babah
33
Erlangga
34
Kesiangan
35
Pemandangan indah
36
Manisan
37
Minyak Nyong-nyong
38
Periksa
39
Keluarga Erlangga
40
Ulang tahun Erlangga
41
Tujuh Bulanan
42
Batin Winda
43
Salah paham
44
Menjenguk
45
Malu
46
Baby Sultan
47
Terungkap
48
Jamu
49
Bertamu
50
Ke rumah Pras
51
Menjemput Erlangga
52
Pras vs Winda
53
Tidak sengaja
54
Akad Nikah
55
Zonk
56
Ulah Erlangga
57
Sambutan hangat
58
Tidur bertiga
59
Gara-gara kamu
60
Sudah tak tahan
61
Serangan Fajar
62
Lombok
63
Tak bosan
64
honey moon
65
Pulang
66
Biang kerok
67
Keputusan
68
Windi-winda
69
Hamil berjama'ah
70
Gado-gado
71
Ngidam
72
Rujakan
73
Vertigo
74
Membangunkan Macan
75
Kecelakaan
76
Adopsi
77
Kampung
78
Cemburu
79
Dubai
80
Pesawat
81
Tujuh bulanan double
82
Keluarga besar
83
Melamar
84
Musyawarah
85
Pernikahan
86
Suite room
87
Syakira-Syakir
88
Kebahagiaan yang bertubi-tubi
89
Surga dunia
90
Dua Tahun Kemudian
91
Liburan di kampung
92
Salak sepet
93
Jambu monyet
94
Kebobolan
95
Gadis kecil
96
Mimi vs Khaira
97
Bertemu lagi
98
Tentang Noval
99
Khaira sakit
100
Menjenguk Khaira
101
Payung
102
Tidak mau pulang
103
Menjemput Khaira
104
Istikharah
105
Kulkas lagi konslet
106
Ayo Mas
107
Dadakan
108
Suami-istri
109
Novel baru
110
Shubuh pertama
111
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!