Mimpi

Noval memanggil Windi untuk menemuinya di ruangannya. Windi pun pergi menemui Noval. Windi melaporkan hasil kerjanya hari ini.

"Baguslah Mbak. Berarti Tuan Javier sudah cocok."

"Hem, iya. Noval, aku mau kembali kerja dulu."

"Iya, Mbak."

Windi kembali lagi ke ruangannya.

Satu jam kemudian.

Tidak terasa jam kerja sudah usai. Windi merapikan meja kerjanya yang berantakan.

"Ayo Ein, pulang!"

"Iya Mbak Dinda, duluan. Aku mau shalat dulu."

"Oke."

Setelah selesai merapikan mejanya, Windi pergi ke Mushalla untuk shalat ashar. Kebetulan Doni juga shalat ashar. Mereka masih sempat bertegur sapa.

Selesai shalat, Windi langsung turun ke parkiran. Ia sudah siap-siap akan pulang. Namun Doni masih mengajaknya bicara.

"Sudah mau pulang, Win?"

"Iya, Pak."

"Rumahmu di mana?"

"Rumah saya. Itu daerah Wiyung."

"Lumayan jauh ya."

"Iya Pak. Mari, saya duluan."

"Iya, silahkan."

Entah kenapa Doni penasaran kepada Windi. Doni pun tancap gas untuk pulang ke rumah.

Javier baru saja sampai di rumah sakit. Ia membawa buah dan roti untuk menjenguk Ari. Javier masuk ke ruang rawat inap Ari. Bu Nining sangat senang saat orang yang menolong anaknya datang. Ia tidak bisa berkata apa-apa selain ucapan Terima kasih berkali-kali.

"Maaf, bu. Setelah ini, tolong jaga Ari baik-baik. Jangan biarkan dia jualan koran lagi."

"Iya, Tuan. Saya sudah melarangnya. Tapi anak ini kekeh mau membantu saya. Kami memang hidup pas-pas an bahkan kekurangan. Ini anak saya yang sudah menikah juga hidup seadanya, Tuan."

"Tolong jangan panggil saya Tuan bu. Panggil saja nama saya, Javier. Bu, nanti saya akan berikan Ibu modal agar bisa jualan di rumah. Agar Ari tinggal sekolah dan belajar saja. Apa Ibu mau?"

"Masyaallah, Tuan. Eh Javier. Anda ini siapa sebenarnya? Kenapa anda sangat baik kepada kami?"

"Jangan dipirkan saya ini siapa. Saya hanya hamba Allah. Ini bu, uang untuk Ibu. Setelah ini saya juga akan melunasi perawatan Ari sampai satu minggu ke depan. Maaf saya tidak bisa setiap hari datang ke sini. Karena saya sangat sibuk."

"Tidak apa-apa, saya mengerti. "

Setelah pulang dari rumah sakit, Javier pergi ke basecamp tempatnya berkumpul dengan teman-temannya. Namun saat di jalan, Kirana menghubunginya.

" Hallo Honey... "

"Biasakan ucapkan salam, Kiran."

"Iya, maaf lupa. Saking senangnya aku. Honey, makasih sudah dikirim uangnya. Aku sudah membeli skin care dan beberapa alat make-up. Lihatlah ini!"

"Iya."

"Honey, ini juga demi menjaga aset untuk calon istrimu lho. Kamu pasti tidak mau calon istrimu ini jelek, kusam, dan tidak menarik,ya kan?"

"Iya, tapi kamu juga harus pintar mengelola keuangan. Jangan bisanya belanja terus. Boleh saja kamu belanja, tapi jangan berlebihan."

"Oh itu sudah pasti, honey. Kamu kok jadi perhitungan gini sih sama aku?"

"Bukan begitu juga. Aku tidak masalah uang itu kamu pakai untuk apa pun. Yang penting digunakan sebaik-baiknya. Banyak orang di luaran sana yang susah mencari uang."

"Jangan mulai lagi deh, honey! Setelah ini aku tidak akan minta lagi. Kamu fokus untuk seserahan dan acara pernikahan kita nanti."

"Sudah dulu, ya. Aku masih di jalan. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam."

Javier memilih menutup telponnya untuk menghindari perdebatan yang pasti akan berujung pertengkaran. Ia menyetel lagu pop barat untuk menemani perjalanannya. Tidak lama kemudian, ia pun sampai di basecamp. Beberapa temannya sudah menunggu.

Sementara Windi baru saja sampai di rumah jam 17.09.

"Windi ini ada undangan."

"Dari siapa, Bunda?"

"Katanya teman kamu, namanya Shita."

"Oh Shita. Ah dia beneran nikah ternyata. Tanggal 20. Berarti satu minggu lagi. Makasih ya, Bun."

"Iya."

"Mbak Winda ada di rumah, Bun?"

"Ada, seharian dia di rumah saja tuh."

"Oh..."

Windi pun naik ke atas dan masuk ke dalam kamarnya.

Hari sudah malam. Semua orang orang di rumah itu tidur dengan nyenyak.

Windi melihat Reno jatuh dari motornya. Ia ingin menghampiri Reno. Namun ada sebuah tangan yang mencegahnya.

"Kak Reno... "

Reno hanya bisa merintih kesakitan. Namun ia berhasil bangun karena dibantu oleh seorang perempuan. Windi melihatnya dari kejauhan. Mungkin Reno kecewa. Namun uluran tangan wanita itu membuatnya sedikit tersenyum.

Windi berusaha melepaskan tangannya dari orang yang saat ini menggenggam lengannya. Namun tangan itu lebih kuat. Windi juga berusaha melihat wajahnya, namun pria itu memakai surban yang dipakai di kepalanya untuk menutup wajahnya sehingga hanya matanya yang terlihat. Saat Windi melihat mata itu, ia pun terbangun dari mimpinya.

"Astagfirullah... Alhamdulillahilladzi achyanaa ba'da maa amaa tanaa wailaihin nushur."

Ia mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal. Ia mengingat lagi mimpinya.

"Ya Allah, mimpi apa aku ini."

Ia melihat jam dinding yang menunjukkan angka 2.

Windi beranjak ke kamar mandi.Ia tak melewatkan waktunya untuk shalat malam.

Malam ini hatinya gelisah. Ia bermunajat kepada Allah meminta ampun dan meminta ketenangan hati dan kelancaran dalam pekerjaannya.

Keesokan harinya.

Windi menghabiskan waktunya di rumah karena hati ini wekeend, kerjanya libur. Sedangkan Winda, ia keluar untuk membuat persiapan usahanya. Sebenarnya Windi ingin ikut kembarannya. Namun ia berubah pikiran karena ingin istirahat mengumpulkan tenaga untuk pekerjaannya yang belum selesai.

Winda pamit kepada Bunda dan Abinya.

Setelah kepergian Winda, Windi pergi ke taman belakang. Ia duduk di pinggir kolam ikan sambil memberi makan ikan. Bunda Salwa menghampirinya.

"Windi... "

"Aduh kaget aku, Bun."

"Lha kamu ngasih makan ikan spa mau bikin ikannya mati? Lihat itu pakannya kamu tuang semua."

"Astagfirullah.... "

Windi baru sadar dengan perbuatannya.

"Lagian kamu kenapa kok melamun? Kalau pekerjaanmu membuatmu setres, mending kamu ndak usah kerja deh. Nikah saja!"

"Bunda... ujung-unungnya malah disuruh nikah sih? Aku ndak mumet gara-gara pekerjaanku, Bunda. Tapi karena hal lain."

"Apa itu? Coba cerita sama Bunda."

Windi pun menceritakan tentang mimpinya semalam. Bunda Salwa menjadi pendengar yang baik untuknya.

"Boleh Bunda kasih masukan?"

"Tentu."

"Windi, mungkin kamu merasa bersalah kepada Reno, makanya sampai kebawa mimpi. Meski kamu berbohong demi kebaikan, yang namanya bohong tetap saja dosa. Coba kamu minta maaf dan bilang yang sejujurnya."

"Huft... Bunda benar sih. Tapi.... "

"Bunda dan Abi tidak pernah mengajarkan kalian berbohong. Setidaknya kamu bilang kalau kamu menolaknya karena ingin menjaga hati kembaranmu. Itu saja. Kalau masalah kamu bilang sudah dijodohin, ya.... mungkin omonganmu bisa jadi do'a."

"Bunda... nggak mau ya aku dijodohin. Bunda jangan gitu dong."

"Hehe... ndak. Maksud Bunda Allah yang

nge-jodohin kamu nanti. Sudah ayo ke dalam. Itu keponakanmu minta tolong dijagain. Ayah sama Bundanya mau ke kondangan."

"Iya, Bunda."

Dalam angan Windi, ia masih memikirkan sosok pria yang memegang tangannya di dalam mimpi.

Bersambung...

...****************...

Terpopuler

Comments

Okto Mulya D.

Okto Mulya D.

paling Javier pakai sorban siapa lagi

2024-12-24

1

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

nah ayo windi minta maaf sm reno biar ga ada masalah..

2024-10-31

1

dewi rofiqoh

dewi rofiqoh

Siapa ya pemuda bersurban itu?

2024-08-23

1

lihat semua
Episodes
1 Hati si kembar
2 Patah hati
3 Hari Pertama Kerja
4 Rencana
5 Ngaku-ngaku
6 Menolong
7 Keluarga Javier
8 Mimpi
9 Kecelakaan
10 Operasi
11 Cerita Windi
12 Gagal
13 Bertemu
14 Rumah sakit
15 Time zone
16 Batin Windi
17 Pengakuan
18 Abi vs Babah
19 Launching
20 Javier vs Windi
21 Calon
22 Kagum
23 Makan malam
24 Butir
25 Pengajian
26 Sah
27 Resepsi
28 Dunia milik berdua
29 Ikan cupang
30 Berpuasa
31 Cemburu
32 Rumah Babah
33 Erlangga
34 Kesiangan
35 Pemandangan indah
36 Manisan
37 Minyak Nyong-nyong
38 Periksa
39 Keluarga Erlangga
40 Ulang tahun Erlangga
41 Tujuh Bulanan
42 Batin Winda
43 Salah paham
44 Menjenguk
45 Malu
46 Baby Sultan
47 Terungkap
48 Jamu
49 Bertamu
50 Ke rumah Pras
51 Menjemput Erlangga
52 Pras vs Winda
53 Tidak sengaja
54 Akad Nikah
55 Zonk
56 Ulah Erlangga
57 Sambutan hangat
58 Tidur bertiga
59 Gara-gara kamu
60 Sudah tak tahan
61 Serangan Fajar
62 Lombok
63 Tak bosan
64 honey moon
65 Pulang
66 Biang kerok
67 Keputusan
68 Windi-winda
69 Hamil berjama'ah
70 Gado-gado
71 Ngidam
72 Rujakan
73 Vertigo
74 Membangunkan Macan
75 Kecelakaan
76 Adopsi
77 Kampung
78 Cemburu
79 Dubai
80 Pesawat
81 Tujuh bulanan double
82 Keluarga besar
83 Melamar
84 Musyawarah
85 Pernikahan
86 Suite room
87 Syakira-Syakir
88 Kebahagiaan yang bertubi-tubi
89 Surga dunia
90 Dua Tahun Kemudian
91 Liburan di kampung
92 Salak sepet
93 Jambu monyet
94 Kebobolan
95 Gadis kecil
96 Mimi vs Khaira
97 Bertemu lagi
98 Tentang Noval
99 Khaira sakit
100 Menjenguk Khaira
101 Payung
102 Tidak mau pulang
103 Menjemput Khaira
104 Istikharah
105 Kulkas lagi konslet
106 Ayo Mas
107 Dadakan
108 Suami-istri
109 Novel baru
110 Shubuh pertama
111 Ending
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Hati si kembar
2
Patah hati
3
Hari Pertama Kerja
4
Rencana
5
Ngaku-ngaku
6
Menolong
7
Keluarga Javier
8
Mimpi
9
Kecelakaan
10
Operasi
11
Cerita Windi
12
Gagal
13
Bertemu
14
Rumah sakit
15
Time zone
16
Batin Windi
17
Pengakuan
18
Abi vs Babah
19
Launching
20
Javier vs Windi
21
Calon
22
Kagum
23
Makan malam
24
Butir
25
Pengajian
26
Sah
27
Resepsi
28
Dunia milik berdua
29
Ikan cupang
30
Berpuasa
31
Cemburu
32
Rumah Babah
33
Erlangga
34
Kesiangan
35
Pemandangan indah
36
Manisan
37
Minyak Nyong-nyong
38
Periksa
39
Keluarga Erlangga
40
Ulang tahun Erlangga
41
Tujuh Bulanan
42
Batin Winda
43
Salah paham
44
Menjenguk
45
Malu
46
Baby Sultan
47
Terungkap
48
Jamu
49
Bertamu
50
Ke rumah Pras
51
Menjemput Erlangga
52
Pras vs Winda
53
Tidak sengaja
54
Akad Nikah
55
Zonk
56
Ulah Erlangga
57
Sambutan hangat
58
Tidur bertiga
59
Gara-gara kamu
60
Sudah tak tahan
61
Serangan Fajar
62
Lombok
63
Tak bosan
64
honey moon
65
Pulang
66
Biang kerok
67
Keputusan
68
Windi-winda
69
Hamil berjama'ah
70
Gado-gado
71
Ngidam
72
Rujakan
73
Vertigo
74
Membangunkan Macan
75
Kecelakaan
76
Adopsi
77
Kampung
78
Cemburu
79
Dubai
80
Pesawat
81
Tujuh bulanan double
82
Keluarga besar
83
Melamar
84
Musyawarah
85
Pernikahan
86
Suite room
87
Syakira-Syakir
88
Kebahagiaan yang bertubi-tubi
89
Surga dunia
90
Dua Tahun Kemudian
91
Liburan di kampung
92
Salak sepet
93
Jambu monyet
94
Kebobolan
95
Gadis kecil
96
Mimi vs Khaira
97
Bertemu lagi
98
Tentang Noval
99
Khaira sakit
100
Menjenguk Khaira
101
Payung
102
Tidak mau pulang
103
Menjemput Khaira
104
Istikharah
105
Kulkas lagi konslet
106
Ayo Mas
107
Dadakan
108
Suami-istri
109
Novel baru
110
Shubuh pertama
111
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!