Patah hati

Satu minggu kemudian.

Winda dan Windi sedang di perjalanan menuju ke kampus untuk mengambil ijazahnya. Mereka berangkat ke kampus menggunakan satu mobil, dan Windi yang mengendarainya.

Sampai di kampus mereka langsung menuju ke fakultas mereka. Sudah banyak mahasiswa dan mahasiswi lain yang sedang menunggu untuk pengambilan ijazah.

"Dek, aku mau ke toilet dulu."

"Iya, Mbak."

Sementara Windi menunggu giliran, ada seseorang yang memanggilnya.

"Windi... "

"Nina... ah kangen banget satu minggu nggak jumpa."

Mereka berdua berpelukan.

Rupanya Nina baru saja keluar dan selesai menerima ijazahnya.

"Windi, ada yang nanyain kamu." Bisik Nina.

"Siapa?"

"Kak Reno."

"Di mana orangnya?"

"Di dalam kantor tadi."

"Oh... "

"Kok kayak nggak semangat gitu sih? Bukannya kamu sangat mengharapkannya."

"Huft... nggak jadi."

"Eh nggak jadi gimana maksudnya?"

"Nin, sudah giliranku masuk, nanti kita ngobrol lagi."

"Maaf Windi, aku mau langsung pulang karena ada acara di rumah Nenek."

"Ah ya, kalau begitu nanti aku telpon saja!"

Mereka pun berpisah.

Windi segera masuk ke dalam kantor bersama dua orang lainnya. Dan benar saja, Reno berada di kantor mendampingi dosen. Perhatian Reno tertuju kepada Windi.

"Ini ijazahnya, selamat untuk kalian."

"Terima kasih, prof."

Setelah menerima ijazah tersebut, Windi dan dua orang lainnya keluar dari kantor.

"Dek, sudah?"

"Sudah Mbak."

Windi duduk kembali menemani Winda. Tidak lama kemudian Winda pun masuk karena sudah gilirannya. Windi mencari tempat duduk di lain, yaitu di pinggir taman.

Keadaan sudah mulai sepi. Winda masuk dengan urutan terakhir.

Reno menghampiri Windi yang saat ini sedang duduk sendirian di pinggir taman.

"Windi!"

"Kak Reno... "

Windi langsung menundukkan wajahnya.

"Windi, sudah seminggu ini aku menunggu chat dari kamu. Bahkan aku minta nomor HP ke temanmu tapi mereka tidak ada yang memberi."

"Eh, iya maaf kak."

"Windi, aku tidak berniat macam-macam. Aku hanya ingin menyampaikan sesuatu yang harus aku sampaikan. Hampir saja aku nekat datang ke rumahmu."

"Eh jangan-jangan! Memang Kakak ada perlu apa sama aku?"

Reno pun duduk di samping Windi. Namun Windi langsung berdiri.

"Maaf kak, tidak enak dilihat yang lain. Kita cuma berdua."

Windi tahu, Kata-kata Abinya pasti sedang ada di sekitar kampus. Lagi pula ia juga tidak biasa berbicara sedekat itu dengan seorang laki-laki dalam keadaan sepi.

"Kalau begitu kamu duduk saja, biar aku yang berdiri."

"Hem.. "

Windi hanya menunduk dan memainkan ujung pashmina yang dia pakai.

"Windi, aku rasa kamu sudah bisa menebak maksud perhatianku selama ini. Sudah lama aku menyukaimu. Dan aku tahu kamu tidak boleh pacaran sebelum kamu lulus kuliah."

"Setelah lulus pun tidak boleh berpacaran, kak. Kecuali langsung menikah."

"Kalau begitu izinkan aku melamarmu."

deg

Hati Windi menjadi dilema. Di satu sisi ia sangat ingin mengiyakan ucapan Reno, di sisi lain ia tidak ingin melukai hati Winda.

"Windi... aku serius."

"Kakak yakin akan menikahiku? Bukannya kakak juga suka ngasih perhatian sama Mbak Winda?"

"Winda?"

"Iya."

"Aku bahkan sangat perhatian kepada mahasiswa dan mahasiswi lain. Tapi perhatianku sama kamu itu beda. Apa kamu tidak dapat merasakannya?"

"Ya Allah... tolong hamba." Batin Windi.

Winda baru keluar dari kantor. Ia membawa ijazah di tangannya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Windi. Namun ia tidak menemukannya. Winda pun mengambil handphone di dalam tasnya. Ia hendak menghubungi Windi. Namun ternyata Windi mengirim chat kepadanya bahwa saat ini Windi berasa di taman belakang kantor fakultasnya.

Winda pun segera berjalan menuju taman.

Namun langkahnya ia urungkan saat melihat Reno sedang berdiri di depan Windi. Winda bersembunyi di balik tembok.

"Windi, aku tidak main-main. Aku mencintaimu Windi. Aku ingin menikah denganmu. Mungkin aku tidak pantas bersanding denganmu karena keluargaku hanya dari kalangan menengah. Tapi aku tidak ingin putus asa, aku ingin berjuang untuk mendapatkan cintaku. Karena aku tahu banyak laki-laki yang lebih dari aku sedang berusaha mengejarmu."

Windi ingin sekali melihat ekspresi wajah Reno yang biasanya terlihat wibawa namun saat ini mengiba di hadapannya. Windi tidak kuasa, ia ingin membunuh perasaannya saat ini juga. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya perasaan Winda jika sampai ia berjodoh dengan Reno. Meski Winda berkata baik-baik saja, namun Windi tahu yang sebenarnya.

"Kak maaf. Aku tidak bisa."

"Kenapa? Apa karena aku hanya seorang asisten dosen?"

"Tidak, bukan itu."

"Padahal aku sudah shalat istikharah. Dan jawabannya adalah kamu." Ujar Reno seraya mengusap wajahnya dengan sebelah telapak tangannya.

Winda masih bersembunyi di tempatnya. Ia dapat mendengar pembicaraan mereka, meski tidak terlalu jelas.

"Windi, apa yang kurang dariku?"

"Tidak ada kak, bahkan kamu sudah masuk kriteria suami idaman. Dan menantu idaman Abiku. Tapi sayang sekali kedua anak Abi sama-sama menyukaimu. Dan pantang bagiku untuk bahagia di atas penderitaan orang lain, terlebih orang itu adalah kembaranku." Batin Windi.

"Windi, jawab! Apa kurangku kalau memang kamu tidak memandang harta?"

"Aku sudah dijodohkan dengan orang lain. Jadi aku minta maaf, Kak. Semoga Kakak bisa bertemu dengan wanita yang lebih baik dari aku. Sekali lagi aku minta maaf kak." Windi menangkup kan kedua tangannya sebelum ia pergi dari hadapan Reno.

Windi terpaksa berbohong karena ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya. Ia berjalan cepat pergi dari taman tersebut. Namun langkahnya terhenti saat Winda memanggil namanya.

"Dek... "

Windi menoleh.

"Mbak... kamu di sini?"

Winda mengangguk.

"Dari tadi?"

"Iya."

"Ish, curang."

Winda menggandeng tangan adiknya untuk segera pergi ke parkiran dan masuk ke dalam mobil.

"Kenapa kamu menolaknya, hem? Bukankah kamu menyukainya?"

"Tidak, aku tidak menyukainya. "

"Jangan bohong! Kamu tidak bisa membohongiku."

"Mbak juga bohong sama aku."

Winda menundukkan wajahnya kalau menarik nafas dalam-dalam.

"Dek, aku memang pernah menyukainya. Tapi hanya sebelah pihak. Kenyataannya dia mencintaimu bahkan dia serius sama kamu. Aku tidak apa-apa, dek."

"Mana bisa tidak apa-apa? Sudah, jangan diperpanjang! Aku sudah menolaknya."

"Tapi kamu sudah membuatnya patah hati debgan kebohonganmu."

"Aku lebih memikirkan kamu mbak, bukan orang lain. Lebih baik aku tidak berjodoh dengannya. Biarlah kita sama-sama patah hati."

Winda menggenggam tangan adiknya. Keduanya pun berpelukan sebelum akhirnya Windi melajukan mobil untuk pulang ke rumah.

Sementara Reno kembali masuk ke dalam kantor. Ia tertunduk lesu di meja kerjanya. Ia tidak menyangka cintanya kayu sebelum mekar.

"Tuan, nona kembar baik-baik saja. Mereka sedang menuju pulang ke rumah."

"Oke, Terima kasih. Pantai terus mereka."

"Baik Tuan."

Orang tersebut menutup telponnya.

Bersambung....

...****************...

Jangan lupa supportnya ya kak, Terima kasih.

Terpopuler

Comments

Okto Mulya D.

Okto Mulya D.

hahaha dipantau, pak Tristan begitu amat yaa

2024-12-24

1

Ari_nurin

Ari_nurin

banyak typo ya .. agak mikir juga bacanya .. maksud nya apa kalimat yg typo itu

2024-12-02

1

Erniwanti saing

Erniwanti saing

bagus

2024-12-14

1

lihat semua
Episodes
1 Hati si kembar
2 Patah hati
3 Hari Pertama Kerja
4 Rencana
5 Ngaku-ngaku
6 Menolong
7 Keluarga Javier
8 Mimpi
9 Kecelakaan
10 Operasi
11 Cerita Windi
12 Gagal
13 Bertemu
14 Rumah sakit
15 Time zone
16 Batin Windi
17 Pengakuan
18 Abi vs Babah
19 Launching
20 Javier vs Windi
21 Calon
22 Kagum
23 Makan malam
24 Butir
25 Pengajian
26 Sah
27 Resepsi
28 Dunia milik berdua
29 Ikan cupang
30 Berpuasa
31 Cemburu
32 Rumah Babah
33 Erlangga
34 Kesiangan
35 Pemandangan indah
36 Manisan
37 Minyak Nyong-nyong
38 Periksa
39 Keluarga Erlangga
40 Ulang tahun Erlangga
41 Tujuh Bulanan
42 Batin Winda
43 Salah paham
44 Menjenguk
45 Malu
46 Baby Sultan
47 Terungkap
48 Jamu
49 Bertamu
50 Ke rumah Pras
51 Menjemput Erlangga
52 Pras vs Winda
53 Tidak sengaja
54 Akad Nikah
55 Zonk
56 Ulah Erlangga
57 Sambutan hangat
58 Tidur bertiga
59 Gara-gara kamu
60 Sudah tak tahan
61 Serangan Fajar
62 Lombok
63 Tak bosan
64 honey moon
65 Pulang
66 Biang kerok
67 Keputusan
68 Windi-winda
69 Hamil berjama'ah
70 Gado-gado
71 Ngidam
72 Rujakan
73 Vertigo
74 Membangunkan Macan
75 Kecelakaan
76 Adopsi
77 Kampung
78 Cemburu
79 Dubai
80 Pesawat
81 Tujuh bulanan double
82 Keluarga besar
83 Melamar
84 Musyawarah
85 Pernikahan
86 Suite room
87 Syakira-Syakir
88 Kebahagiaan yang bertubi-tubi
89 Surga dunia
90 Dua Tahun Kemudian
91 Liburan di kampung
92 Salak sepet
93 Jambu monyet
94 Kebobolan
95 Gadis kecil
96 Mimi vs Khaira
97 Bertemu lagi
98 Tentang Noval
99 Khaira sakit
100 Menjenguk Khaira
101 Payung
102 Tidak mau pulang
103 Menjemput Khaira
104 Istikharah
105 Kulkas lagi konslet
106 Ayo Mas
107 Dadakan
108 Suami-istri
109 Novel baru
110 Shubuh pertama
111 Ending
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Hati si kembar
2
Patah hati
3
Hari Pertama Kerja
4
Rencana
5
Ngaku-ngaku
6
Menolong
7
Keluarga Javier
8
Mimpi
9
Kecelakaan
10
Operasi
11
Cerita Windi
12
Gagal
13
Bertemu
14
Rumah sakit
15
Time zone
16
Batin Windi
17
Pengakuan
18
Abi vs Babah
19
Launching
20
Javier vs Windi
21
Calon
22
Kagum
23
Makan malam
24
Butir
25
Pengajian
26
Sah
27
Resepsi
28
Dunia milik berdua
29
Ikan cupang
30
Berpuasa
31
Cemburu
32
Rumah Babah
33
Erlangga
34
Kesiangan
35
Pemandangan indah
36
Manisan
37
Minyak Nyong-nyong
38
Periksa
39
Keluarga Erlangga
40
Ulang tahun Erlangga
41
Tujuh Bulanan
42
Batin Winda
43
Salah paham
44
Menjenguk
45
Malu
46
Baby Sultan
47
Terungkap
48
Jamu
49
Bertamu
50
Ke rumah Pras
51
Menjemput Erlangga
52
Pras vs Winda
53
Tidak sengaja
54
Akad Nikah
55
Zonk
56
Ulah Erlangga
57
Sambutan hangat
58
Tidur bertiga
59
Gara-gara kamu
60
Sudah tak tahan
61
Serangan Fajar
62
Lombok
63
Tak bosan
64
honey moon
65
Pulang
66
Biang kerok
67
Keputusan
68
Windi-winda
69
Hamil berjama'ah
70
Gado-gado
71
Ngidam
72
Rujakan
73
Vertigo
74
Membangunkan Macan
75
Kecelakaan
76
Adopsi
77
Kampung
78
Cemburu
79
Dubai
80
Pesawat
81
Tujuh bulanan double
82
Keluarga besar
83
Melamar
84
Musyawarah
85
Pernikahan
86
Suite room
87
Syakira-Syakir
88
Kebahagiaan yang bertubi-tubi
89
Surga dunia
90
Dua Tahun Kemudian
91
Liburan di kampung
92
Salak sepet
93
Jambu monyet
94
Kebobolan
95
Gadis kecil
96
Mimi vs Khaira
97
Bertemu lagi
98
Tentang Noval
99
Khaira sakit
100
Menjenguk Khaira
101
Payung
102
Tidak mau pulang
103
Menjemput Khaira
104
Istikharah
105
Kulkas lagi konslet
106
Ayo Mas
107
Dadakan
108
Suami-istri
109
Novel baru
110
Shubuh pertama
111
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!