Laju motor Rendy berjalan dengan sangat hati-hati saat melewati jalan yang penuh dengan lubang sebelum mereka melihat sebuah gapura bambu besar yang menandakan bahwa Desa Lingkar Pinus sudah dekat.
Namun Rendy menekan rem depan dan belakang secara bersamaan yang membuatnya berhenti mendadak.
"Ada apa, Ren!?"
"Lihat noh di depan ada yang jaga..."
Ardian melihat posisi yang di tunjukan Rendy dan melihat dua makhluk hitam besar yang berdiri di depan gapura dengan mimik wajah seram menyeramkan.
"Pergi dari sini atau kalian mati!"
"Pergilah! Ini bukan urusan kalian!"
Kedua makhluk besar hitam itu telah berdiri di depan Ardian dan Rendy dengan suara geraman dan siap menerkam mereka berdua.
"Hihihihihihihi!" suara tawa yang keras dan melengking datang dari kejauhan sebelum melesat melewati kedua pemuda itu.
Srash!
"Aaarrrggghhh!" kedua makhluk hitam besar itu mengerang kesakitan sebelum mundur beberapa langkah dan melihat sosok yang menyerang mereka yang ternyata seorang wanita bergaun merah.
"Hihihi, ada pesta meriah nih. Kenapa gak undang-undang kita sih, ganteng?"
"Kinarsih? Ngapain elu disini? Om Poci sama Ucil kemana?" tanya Ardian yang sedikit kaget melihat kuntilanak merah itu melayang di depannya.
"Mereka lagi mantau Putriani, bentar lagi juga nyusul..." ujar Kinarsih dengan senyum kecilnya.
"Hey, pecun busuk! Pergi kau dari hadapanku atau ku hancurkan tanpa tersisa..."
"Ini bukan urusanmu dasar lonet kadaluwarsa!"
"Apa kalian bilang?!"
Suara keras Kinaraih menggetarkan gapura yang terbuat dari bambu itu.
"Waduh..." ujar Rendy dan Ardian serentak mendengar cemo'oh kedua makhluk hitam besar itu kepada temannya.
Kinarsih paling benci jika dia di panggil "Pecun" atau "Lonet" oleh siapapun, karena kedua kata itu sangat sakral bagi kehidupan dia sebelumnya.
Mendengar itu, wajah Kinanti berubah secara drastis.
Sepasang taring tajam muncul dan memanjang kebawah, kuku tangannya menghitam dan memanjang tajam. Kedua bola matanya bersinar merah menyala, wajahnya pun mulai keriput dan mengeluarkan bau menyengat seperti bangkai disertai rambut panjangnya perlahan mengambang.
"Mau ngamuk kayaknya dia bre." ucap Rendy.
"Iya nih... mundur alon-alon kuy." balas Ardian yang melangkah mundur dan kemudian duduk di jok belakang.
"Maaf kuping gue agak soak. Kalian tadi ngomong apa? Coba ulangi lagi..." tanya Kinarsih kepada dua makhluk hitam itu dengan senyum manisnya sambil menutup mata.
"Dasar pelacur tua bangka!" ucap sosok hitam yang di kiri.
"Lonet gocapan pinggir jalan!" sahut sosok hitam satunya.
"Dasar makhluk biadab!"
Kinarsih melesat dan menghantam kedua makhluk hitam besar itu, membuat mereka terpental kesamping sebelum mengerang kesakitan.
Ardian dan Rendy pun langsung tancap gas, karena tidak ingin terkena amukan Kinarsih yang saat ini hanya punya pemikiran bahwa "Semua lelaki sama saja"... tidak peduli mereka dhemit atau manusia.
Namun baru beberapa meter saja mereka berlalu, salah satu sosok hitam besar terlihat di pandangan Ardian dan Rendy dan sedang mengejar mereka.
"Bre... tolongin bre! Temen gue di hajar habis-habisan sama temen lu! Bantuin ngapa dah!?"
"Ogah!" tukas Rendy yang tetap mengendarai motor.
"Urus aja sendiri tuh cewek ngamuk! Siapa suruh punya lidah setajam silet!" teriak Ardian setelah menengok kebelakang.
"Ya elah bre, tolongin napa! Maafin gue sama temen gue soal tadi ya! Janji deh gak bakal ngulangin lagi." pinta sosok hitam besar dengan wajah memelas.
"Bodo!" teriak mereka berdua yang tetap melaju ke arah desa.
Lesatan cahaya merah membuat sosok hitam besar itu berhenti mendadak, dan ketakutan saat melihat siapa di depannya.
"Hihihihi... mau kemana lu tong?"
"Waduh... gaswat. Ini... saya mau ngopi neng. Udah kecut nih mulut." sosok besar hitam itu tidak berkutik saat Kinarsih telah menghadangnya.
"Ya jelas kecut, ngatain orang seenak jidat..."
Sosok besar hitam itu hanya bisa ketakutan dan berkata, "Ne-neng, maafin kata-kata abang ya, maklumin abang yang susah buat jaga mulut."
"Maafin? Enak aja kalau ngomong. Inget bang, mulutmu harimau mu! Berani mengecap berani bertanggung jawab! Ciat!"
Kinarsih perlahan melayang ke arah makhluk hitam besar itu yang tidak dapat menggerakan badannya karena seluruh tubuhnya terikat oleh rambut panjang yang halus.
Dengan senyuman sadis, Kinarsih pun tertawa puas melihat sosok hitam di depannya tidak berdaya, "Hihihihi..."
"Neng, ampun neng... Ampun..."
"HIHIHIHIHIHIHI!"
"AAAAAARRRRRGGGGGGHHH!"
Suara tangisan kesakitan yang sangat keras, menemari perjalanan Ardian dan Rendy menuju ke desa Lingkar Pinus. Mereka bergidik ngeri akan apa yang telah di alami korban amukan Kinarsih.
Demi memecah suara tersebut Rendy pun bernyanyi...
"Ingin ku teriak~"
"Tempe!"
Ardian pun menyaut dengan keras dan mereka berdua pun tertawa keras demi memecah keheningan malam, tidak peduli keadaan sekitar saat banyak pasang mata sedang mengawasi.
"Ingin ku teriak~"
"Yuhuuii!"
**********
Dalam perjalanan yang sebentar lagi mencapai tujuan, Ardian dan Rendy mulai berkeringat dingin meski tubuh mereka di terpa angin malam. Energi negatif mulai pekat mereka rasakan saat tanda di headphone Rendy sudah mendekati tanda sharelock klien mereka.
Tetapi, puluhan bayangan putih melesat keluar dari arah gelapnya hutan.
"Anjin-"
Plak!
"Duh, sakit bre! Main pukul kepala orang aja. Kalau gue makin bodoh gimana coeg!?"
"Elu udah bodoh dari dulu njir! Itu mulut kagak ada remnya apa!? Kaget mah boleh tapi gak gitu juga caranya." celetuk Ardian yang selalu heran dengan sahabatnya yang kadang bertindak tanpa di pikir terlebih dahulu.
Rendy hanya tersenyum kuda dan berkata, "Hehehe, sorry bre. Kebiasaan lama susah hilangnya."
Ardian melihat sekeliling dan melihat banyak makhluk-makhluk astral berlalu lalang, bermaksud menakuti mereka untuk tidak melanjutkan perjalanan.
"Jalan aja terus, Ren, kalau mereka macem-macem biar gua yang sikat..."
"Perintah di terima boss!"
Rendy mencoba untuk menghiraukan penampakan-penampakan menakutkan di pinggir jalan, fokus menyetir motor yang sudah akan mencapai tujuan.
Rumah-rumah warga sudah mulai terlihat, membuat Ardian dan Rendy bingung karena di setiap rumah terdapat energi positif yang menghalau setiap dhemit yang hendak masuk.
"Ini ada apa ya?" tanya Rendy.
"Inget apa yang di katakan kakek tua tadi gak, Ren? Ini desa kayaknya di terror sama makhluk ghaib yang ikut hidup berdampingan dengan warga sini dan jumlahnya pun tidak sedikit."
Rendy menangguk pelan sebelum memberhentikan motornya kala sudah bisa melihat sebuah rumah khas adat lampau di tengah perkampungan.
"Itu rumah klien kita?"
"Iya, Ar, rumah kepala desa. Dia bilang bahwa desa ini mendapat gangguan makhluk ghaib sejak kemarin dan para warga pun mulai resah."
"Oke, setiap rumah yang kita lewati tadi, ada sedikit energi positif buat nolak dhemit-dhemit di sini. Gue kayaknya agak paham apa yang terjadi. Kita langsung ke sana saja, Ren."
"Siap!"
Rendy berniat untuk melaju ke depan hendak untuk parkir di halaman rumah kliennya, tetapi justru mereka berdua di sambut oleh puluhan makhluk halus dari berbagai jenis, melarang mereka untuk mendekat.
Namun...
Tiga bayangan melesat ke depan Ardian dan Rendy.
"Widih, rame banget nih. Bang Ardi kok gak ngajak Ucil sih!? Gak rame dong partynya kalau gak ada kita." Ucil si tuyul tengil berdiri sambil garuk-garuk bokongnya yang gatal.
"Tau nih anak, kalau ada acara moshpit asik begini, kagak ajak-ajak. Penggemar BMTH akut nih. Senggol dong!" Om Poci ikut menyaut dengan riang gembira.
"Satu... dua... tiga... banyak juga yang bisa jadi samsak gratis. Mana belum puas lagi melampiaskan amarah gue yang membara bagaikan semangat pejuang kemerdekaan." Kinarsih ikut nimbrung dari belakang.
"Ya elah, kalau kalian mau mah tinggal maju aja gak usah minta izin. Gue sama Rendy mau hemat tenaga, iya gak, Ren?" ujar Ardian dengan enteng saat turun dari motor.
"Yo'i dong. Biar kerjaan gue sama Ardian lancar jaya tiada halangan." jawab Rendy yang ikut turun.
Ucil, Kinarsih dan Om Poci tersenyum lebar saat bersiap untuk maju ke medan perang sebelum berteriak.
"Salam olahraga!"
Mereka bertiga dengan cepat melesat dan membabi buta di halaman rumah kliennya Rendy dan Ardian, tanpa memperdulikan suara-suara ledakan akibat ulah mereka dan tanpa sadar, telah membuka lajur menuju pintu rumah.
Rendy dan Ardian pun melangkah ke kediaman klien mereka tanpa ada halangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Andriani
hantu yuuuu
2024-11-21
1