Chapter 14 - Kasus Baru atau Kasus Selesai?

Di pinggir kota besar tempat kampus para Detektif Hantu itu berada, terdapat sebuah desa yang masih sangat sejuk dan asri dan bersebrangan langsung dengan hutan pinus yang terbilang sangat tua umurnya.

Desa itu bernama Lingkar Pinus.

Desa yang terbilang tampak terpencil dengan penerangan yang masih di bawah standar nasional membuat hutan pinus di sekitarnya terlihat gelap dan mencekam.

Terutama di pertigaan yang menuju arah kota yang di kenal akan keangkerannya.

Para warga sering melihat makhluk astral di pertigaan tersebut hingga membuat sekumpulan pemuda untuk ronda tiap malam secara bergantian.

Malam itu, udara dingin menerjang desa dengan rintik-rintik gerimis yang mengikis pandangan jauh, menciptakan kabut tipis menyelimuti hutan pinus.

Namun hal tersebut tidak membuat empat pemuda yang meronda kala itu melalaikan kewajiban mereka dan meronda di tepat jam dua belas malam.

Pemuda berpeci putih yang paling berani saat melaju di depan membawa senter. Satu lagi adalah seorang pemuda bersarung yang ikut karena di paksa orang tuanya.

Yang satunya, pemuda kaos oblong dan berkolor hitam dengan ikatan sarung di pinggangnya.

Yang terakhir adalah seorang pemuda cungkring yang hobi game terutama game moba, menemani mereka dan membawa senter.

Saat mereka berempat mendekati pertigaan angker itu, mereka melihat sosok putih berdiri tepat di tengah jalan.

"Wuih coeg, ada pocong di depan tuh! Gimana nih kita pulangnya? Mana serem lagi tuh muka." ujar pemuda yang memakai sarung.

"Kalian berani gak!?" tanya si pemuda gaming.

"Setengah takut, setengah berani sih." jawab pemuda bersarung.

"Ngapain takut, kita berempat, dia sendirian... Sikaatttt!" ucap pemuda berpeci putih yang berdiri paling depan.

"Bener juga sih..." sahut pemuda yang memakai sarung.

"Hajarrrrrr!" teriak pemuda lainnya.

Mereka berempat menatap satu sama lain sebelum menanggukan kepala tanda setuju untuk masuk ke line pertarungan.

"Yosh, IKEZOOOO!" teriak pemuda berpeci putih yang sudah lari duluan.

"Gas ken, cuy!" ujaran semangat dari pemuda bersarung karena ia adalah seorang pertarung.

Mereka berempat pun berlari dengan kencang kearah sosok Pocong itu sebelum melompat setinggi-tingginya secara bersamaan.

"Bismillah... SHUEN NO TOKI!"

"FINAL VENTO!"

"One, two, three... RIDER KICK!"

"FINAL ATTACK RIDER!"

Si Pocong pun terkejut saat melihat empat anak muda itu mengeluarkan jurus mereka masing-masing yang membuatnya berteriak untuk mencoba menghentikan mereka.

"Bang, bang, bang! Gue cuma numpang lewat woy! Time out dulu lah! TIME OUT! AAAAAHHHH-"

Bagh! Bugh! Paw! Duar!

Empat tendangan serentak mendarat keras tepat di tubuh si Pocong yang sedang lewat, membuatnya terpental jauh dan menabrak pohon pisang sebelum tersungkur ke tanah.

Pocong itu menggeliat dan mencoba berdiri dengan berbagai lompatan layaknya ikan yang terdampar di daratan.

"Woo! Badjin-"

Brug!

Sebuah senter melayang tepat mengenai kepalanya dan membuat benjolan besar sebelum Pocong itu menghilang dari line pertarungan.

Empat pemuda itu pun bersorak gembira karena berhasil melawan ketakutan mereka.

Ya meskipun keroyokan sih.

Tetapi ke empat pemuda itu tidak menyadari ada sepasang mata merah menyala memperhatikan mereka dari kejauhan yang ternyata milik Pocong yang mereka tendang tadi.

"Hadeh, nasib, nasib. Udah tangan sama kaki diiket, main keroyokan lagi. Fix ini mah, mereka personel tawuran." ucap Pocong kesal yang kainnya ada empat bekas sendal dari para pemuda yang menendangnya.

Dengan muka kesal dan kepalan tangan yang terikat, si Pocong berkata dengan pelan.

"Dih, mereka kira gue single fighter gitu!? Sorry ye, gue juga punya pasukan garis geras coy. Elu jual gue beli. Awas aja itu empat bocah semprul."

Pocong itu pun perlahan menghilang saat berubah menjadi asap putih dan bersumpah dengan senyum lebar di bibirnya.

"Pembalasan adalah hidangan yang paling sedap bila dihidangkan dalam keadaan dingin..."

***********

Ardian pun hanya menghela nafas panjang setelah berada di warkop tempat ia menitipkan motornya tadi malam dengan wajah seakan tidak percaya akan apa yang di lihatnya.

Ia melihat Rendy yang sedang lahap menyantap indomie goreng double dan segelas es teh manis besar menemani makanannya.

"Nih anak malah enak-enak makan saat gue di bikin jantungan tadi malem..." ujar Ardian di dalam hati.

Namun senyum tipis pun terlihat di bibir Ardian, merasa sangat senang dengan keadaan jasmani dan rohani Rendy yang membaik.

"Yeuh, makan gak ajak-ajak. Udah enakan belom tuh badan ama pikiran?" tanya Ardian sembari duduk di depan Rendy.

"Lah, kalau mau makan mah tinggal pesen tapi bayar sendiri. Gue lagi ga ada duit. Terus badan ama pikiran gue udah baik... tinggal isi ulang bensin nih gue." jawab Rendy santai sambil mengunyah makanan dan membuat air liurnya muncrat hampir mengenai muka Ardian.

"Yeuh, telen dulu baru ngomong! Gak sopan amat!" celetuk Ardian.

"Woy, salah lu sendiri udah tau lagi makan malah di tanyain!"

Ardian hanya geleng-geleng kepala sambil mengangkat tangannya, "Bu, saya pesen nasi telor aja sama sayur ya!"

"Minumnya apa nak?" tanya bu warkop dari dalam dapur.

"Air putih anget sama kopi item tanpa gula!"

"Beres nak. Tunggu bentar ya..."

Ardian pun melahap makanan yang sudah ia pesan tadi setelah di hidangan bu warkop, sementara Rendy sudah meletakan sendok dan garpu karena ia selesai makan dengan kecepatan yang melebihi kecepatan suara.

Sampai bersih piringnya. Tanpa perlu di cuci lagi.

"Gue nyebat ya bre..." pinta Rendy yang di jawab anggukan oleh Ardian.

Setelah selesai makan, Ardian pun menyalakan sebatang rokok sedangkan Rendy sudah mau habis dua batang.

"Jadi gimana nih kelanjutan kasusnya?" tanya Rendy sambil mengebulkan asap rokok.

"Untuk sementara kasus ini selesai. Elu temuin tuh klien nanti dan bilang apa adanya kalau kurang puas sama jasa kita, kasih potongan berapa persen."

"Lah kok gitu? Kepotong dong honor gue!" celetuk Rendy.

"Ya mau gimana lagi, Ren. Tuh gedung sudah hampir rata sama tanah karena kebakaran..."

"Jangan ngaco lu!"

"Gue baru aja cek tadi... mata gue masih belum rabun."

"Ya elah... nasib... nasib." ucap Rendy lemas saat mendengar berita itu.

Ardian hanya menghela nafas panjang karena masih banyak misteri yang belum terkuak di gedung tua itu, namun, job yang di terima Rendy itu adalah Pembersihan maka bisa di bilang mereka berhasil membersihkan tempat itu.

Ardian pun tidak mau mendalami kasus ini dengan alasan terlalu berbahaya jika di lanjutan tanpa persiapan.

Ketiadaan energi negatif di bangunan itu meninggalkan rasa masam di mulut Ardian. Seakan-akan ada pihak ketiga yang tidak ingin meninggalkan jejak.

"Mereka benar-benar bersembunyi dengan baik..." pikir Ardian saat mengebulkan asap rokok.

"Ngomong-ngomong si Poci kemana? Gak kelihatan dari tadi..." tanya Rendy yang membuat Ardian tersadar dari lamunannya.

"Kagak tahu gue... ilang gitu aja. Mereka itu kan datang gak di jemput pulang gak di antar."

"Iya juga ya..." ujar Rendy santai.

Setelah menghabiskan rokok, Ardian pun memutuskan untuk menghentikan pencarian informasi untuk gedung tersebut.

"Setelah ini, temui tuh klien dan bilang apa adanya yang kita lalui di sana tapi ingat, tentang si "M" kita rahasiakan dulu kepada siapapun." perintah Ardian dengan wajah serius.

"Emang kenapa?"

"Gue khawatir kalau klien kita ini punya perjanjian atau ikatan sama "Dia", dan lebih baik untuk sekarang kita harus ekstra hati-hati..." lanjutnya sambil memainkan korek gas di tangannya.

"Ah, elu berprasangka buruk terus sama orang..." ujar Rendy yang paham akan sifat sahabatnya itu yang menurutnya terlalu berburuk sangka kepada orang lain.

"Bukan begitu bre, kita harus lebih hati-hati dan waspada kepada siapapun karena gue yakin, suatu saat kita akan ketemu dengan "Mereka" lagi..."

"Oke dah kalau elu bilang begitu..."

Mereka berdua pun berdiri dan berjalan mendekati bu warkop yang masih memasak lauk pauk untuk dagangannya.

"Bu semuanya berapa ya? Ini saya makan pake nasi telur sama sayur minumnya kopi item sama air putih!" teriak Ardian yang kemudian si ibu warkop pun muncul dari dalam ruangan.

"Iya nak bentar!"

"Elu makan pake apa Ren? Biar sekalian aja bayarnya..."

"Gue bayar sendiri. Kagak enakan gue kalau elu yang bayarin."

"Ya elah, kayak sama siapa aja. Udah, elu makan apa aja tadi?"

"Sering-sering ya bre." ucap Rendy dengan senyum kudanya.

"Yeuh, maunya! Tadi kagak enakan gue bayarin." celetuk Ardian tapi tanpa rasa kesal sedikitpun.

"Pake basa-basi dulu lah bro..."

"Ya udah, elu tadi makan pake apa?"

"Ini bu, saya tadi makan pake indomie double goreng pake telor ceplok, gorengannya tiga sama es teh manis gelas yang gede..." jelas Rendy dengan wajah semangat karena uangnya tidak akan berkurang.

"Buset... tuh perut waduk apa lautan sih, muatannya tiada terkira..."

Bu warkop hanya terkekeh mendengar perkataan Ardian sebelum menjawab, "Ini nak Ardi habisnya 15.000 kalau nak Rendy itu 18.000."

"Ini bu... ambil aja kembaliannya." ujar Ardian sambil menyodorkan uang merah 100.000-an.

"Maaf nak... tapi ini kebanyakan. Ibu ambil yang di habiskan saja ya, bukan hak ibu juga sisa uangnya."

"Tidak apa-apa bu, saya ikhlas. Anggap saja sebagai biaya parkir motor saya dan sahabat saya semalaman di sini." ucap Ardian dengan senyum kecilnya.

"Ya ampun nak, terima kasih banyak."

"Tidak bu, kita yang seharusnya berterima kasih karena telah merawat kami dengan sangat baik. Terima kasih banyak ya bu." ujar Ardian saat melangkah pelan keluar warkop.

"Makasih ya bu. Selalu semangat dalam menjemput nafkah ya. Jangan kasih kendor." ujar Rendy dengan senyum lebar dab mengikuti sahabatnya.

Bu warkop tersentuh atas kebaikan pemuda yang awal mulanya hanya menitip motor sebelum menjawab.

"Sama-sama ya nak. Hati-hati di jalan. Jaga diri kalian baik-baik."

"Ibu juga ya!"

Ardian dan Rendy serentak menjawab sebelum menjauh dari pandangan bu warkop dengan mengendarai motor mereka.

Episodes
1 Chapter 1 - Kasus Pertama
2 Chapter 2 - Wanita Bergaun Putih
3 Chapter 3 - Kinanti
4 Chapter 4 - Musyawarah?
5 Chapter 5 - Keputusan
6 Chapter 6 - Kasus Selesai
7 Chapter 7 - Gedung Kutukan I
8 Chapter 8 - Gedung Kutukan II
9 Chapter 9 - Gedung Kutukan III
10 Chapter 10 - Gedung Kutukan IV
11 Chapter 11 - Gedung Kutukan V
12 Chapter 12 - Gedung Kutukan VI
13 Chapter 13 - Gedung Kutukan VII
14 Chapter 14 - Kasus Baru atau Kasus Selesai?
15 Chapter 15 - Empat Pemuda Semprul
16 Chapter 16 - Persiapan
17 Chapter 17 - Pintu Lingkar Pinus
18 Chapter 18 - Desa Lingkar Pinus
19 Chapter 19 - Qorin Terpisah?
20 Chapter 20 - Siap Tempur
21 Chapter 21 - Pertempuran Empat Arah Angin
22 Chapter 22 - Tingkat Ketiga, Penguasa Territorial
23 Chapter 23 - Titik Terang
24 Chapter 24 - Dua Kubu Bertemu
25 Chapter 25 - Investigasi Mandiri I
26 Chapter 26 - Investigasi Mandiri II
27 Chapter 27 - Investigasi Mandiri III
28 Chapter 28 - Investigasi Mandiri IV
29 Chapter 29 - Investigasi Mandiri V
30 Chapter 30 - Investigasi Mandiri VI
31 Chapter 31 - Investigasi Mandiri VII
32 Chapter 32 - Masalah I
33 Chapter 33 - Masalah II
34 Chapter 34 - Masalah III
35 Chapter 35 - Masalah IV
36 Chapter 36 - Masalah V
37 Chapter 37 - Sang Presiden Agung I
38 Chapter 38 - Sang Presiden Agung II
39 Chapter 39 - Sang Presiden Agung III
40 Chapter 40 - Sang Presiden Agung IV
41 Chapter 41 - Sang Presiden Agung V
42 Chapter 42 - Sang Presiden Agung VI
43 Chapter 43 - Pencarian
44 Chapter 44 - Nur Sang Penyembuh
45 Pengenalan Karakter
46 Chapter 45 - Rendy yang Bijaksana
47 Chapter 46 - Ardian Sang Pemikir
48 Chapter 47 - Beraksi Kembali
49 Chapter 48 - Sang Raja para Naga I
50 Chapter 49 - Sang Raja para Naga II
51 Chapter 50 - Sang Raja para Naga III
52 Chapter 51 - Sang Raja para Naga IV
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Chapter 1 - Kasus Pertama
2
Chapter 2 - Wanita Bergaun Putih
3
Chapter 3 - Kinanti
4
Chapter 4 - Musyawarah?
5
Chapter 5 - Keputusan
6
Chapter 6 - Kasus Selesai
7
Chapter 7 - Gedung Kutukan I
8
Chapter 8 - Gedung Kutukan II
9
Chapter 9 - Gedung Kutukan III
10
Chapter 10 - Gedung Kutukan IV
11
Chapter 11 - Gedung Kutukan V
12
Chapter 12 - Gedung Kutukan VI
13
Chapter 13 - Gedung Kutukan VII
14
Chapter 14 - Kasus Baru atau Kasus Selesai?
15
Chapter 15 - Empat Pemuda Semprul
16
Chapter 16 - Persiapan
17
Chapter 17 - Pintu Lingkar Pinus
18
Chapter 18 - Desa Lingkar Pinus
19
Chapter 19 - Qorin Terpisah?
20
Chapter 20 - Siap Tempur
21
Chapter 21 - Pertempuran Empat Arah Angin
22
Chapter 22 - Tingkat Ketiga, Penguasa Territorial
23
Chapter 23 - Titik Terang
24
Chapter 24 - Dua Kubu Bertemu
25
Chapter 25 - Investigasi Mandiri I
26
Chapter 26 - Investigasi Mandiri II
27
Chapter 27 - Investigasi Mandiri III
28
Chapter 28 - Investigasi Mandiri IV
29
Chapter 29 - Investigasi Mandiri V
30
Chapter 30 - Investigasi Mandiri VI
31
Chapter 31 - Investigasi Mandiri VII
32
Chapter 32 - Masalah I
33
Chapter 33 - Masalah II
34
Chapter 34 - Masalah III
35
Chapter 35 - Masalah IV
36
Chapter 36 - Masalah V
37
Chapter 37 - Sang Presiden Agung I
38
Chapter 38 - Sang Presiden Agung II
39
Chapter 39 - Sang Presiden Agung III
40
Chapter 40 - Sang Presiden Agung IV
41
Chapter 41 - Sang Presiden Agung V
42
Chapter 42 - Sang Presiden Agung VI
43
Chapter 43 - Pencarian
44
Chapter 44 - Nur Sang Penyembuh
45
Pengenalan Karakter
46
Chapter 45 - Rendy yang Bijaksana
47
Chapter 46 - Ardian Sang Pemikir
48
Chapter 47 - Beraksi Kembali
49
Chapter 48 - Sang Raja para Naga I
50
Chapter 49 - Sang Raja para Naga II
51
Chapter 50 - Sang Raja para Naga III
52
Chapter 51 - Sang Raja para Naga IV

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!