Chapter 20 - Siap Tempur

Setelah semua persiapan di berikan oleh pak kades, Ardian pun bergegas bekerja dengan menggambar beberapa sigil ritual untuk beberapa tujuan.

Sigil tersebut berbentuk satu lingkaran besar dengan satu lingkaran kecil di dalamnya, di tengah lingkaran di buat satu titik besar. Dia juga menulis rangkaian mantra di antara dua lingkaran tersebut.

"Pak ustadz, itu kok kayak tulisan bahasa Arab ya?" tanya pak kades saat mengamati Ardian.

"Mirip sih pak, tetapi sepertinya bukan. Saya paham betul soal Arab gundul, tetapi bahasa itu, saya tidak terlalu mengerti." jawab pak ustadz.

"Sssstttt, jangan berisik. Nanti ganggu kosentrasinya malah saya yang kena labrak lagi." bisik Rendy kepada bapak-bapak tersebut yang membuat mereka berdua mengangguk pelan.

Setelah Ardian selesai membuat empat sigil, ia mulai menggambar sigil terakhir yang nampak sama namun berbeda. Perbedaannya ada di tengah lingkaran terdapat titik besar dengan empat tanda panah seperti arah mata angin.

Lalu, Ardian meletakan satu per satu sigil di samping empat pemuda itu yang kemudian di tindih dengan empat gelas air putih sementara ia memegang sigil terakhir di tangannya.

"Ren, gue pinjem penerawang elu. Sigil itu untuk melacak keberadaan Qorin mereka. Kalau dugaan gue bener, kemungkinan mereka di iket sama dhemit-dhemit di luar sana."

"Siap..."

Rendy pun lalu duduk bersila di depan empat pemuda itu, yang di ikuti Ardian duduk di belakang dan menempelkan sigil terakhir di punggung Rendy dengan tangan kanannya.

Di saat mereka berdua memejamkan mata, bayangan Ardian membesar sebelum empat tikus kecil keluar dari bayangan tersebut dan lari keluar rumah, menuju empat arah mata angin.

Tikus-tikus ghaib milik Ardian lalu menyusuri hutan dengan cepat, menerpa gelapnya malam tanpa penerangan cahaya namun, mata mereka dapat melihat banyak sosok-sosok ghaib lewat dan ia gunakan mereka sebagai petunjuk arah.

Ardian pun dengan seksama melihat sekitar hutan melalui mata tikus-tikus ghaib tersebut, layaknya seorang security yang memandangi beberapa layar CCTV secara bersamaan.

"Dapet kalian..." ujar Ardian dalam hati.

Melalui mata tikus-tikus ghaib, Ardian melihat beberapa tempat dimana pemuda itu di rantai.

Satu tikus berhenti di depan pohon mahoni besar yang di kelilingi oleh pepohonan berbeda jenis dan terletak di ujung barat desa.

Satunya lagi di bongkahan batu putih besar di ujung bagian timur dengan sungai kecil mengalir di bawahnya dan rumput ilalang mengitarinya.

Satunya berada di daerah utara, dimana terdapat sebuah batu hitam besar berlumut dan sebuah pohon jati kecil tumbuh di atasnya hingga akar menyelimuti setengahnya.

Dan yang terakhir ada di bagian selatan, dimana ada sebuah pohon beringin besar dan akar-akar yang menjutai ke bawah hingga sampai ke tanah

Namun semua tempat itu di jaga oleh sosok orang besar hitam dengan kuku tajam yang panjang.

Tiba-tiba...

Duar! Pyar!

Gelas-gelas berisi air putih untuk penindih pun langsung pecah dan ambyar tanpa ada yang menyentuhnya.

Di saat yang sama Rendy dan Ardian pun membuka mata mereka serentak karena terputusnya koneksi mereka dengan empat tikus ghaib itu.

"Ada apa ini nak!?" tanya pak kades kaget karena gelas berisi air putih itu seperti pecah meledak kecuali gelas di depan Ardian yang airnya menghitam dan penuh retakan.

Keluarga empat pemuda itu juga berhenti membaca ayat-ayat suci karena suara keras dari gelas yang telah pecah.

"Jangan berhenti! Teruskan bacanya!" perintah Rendy yang sedikit berteriak, sebelum bergegas keluar ruangan menuju pintu depan, bersiap jika ada yang mencoba menerobos ke dalam.

Para keluarga pun langsung kembali membacakan ayat-ayat suci.

"Huuuu..." Ardian memegang kepalanya yang sedikit pusing.

Beberapa saat kemudian, Rendy kembali masuk ke ruangan dan memeriksa kondisi Ardian yang masih memegangi kepalanya.

"Elu gak apa-apa, bre?"

"Sialan bener, mereka main bunuh tikus-tikus ghaibnya. Untung saja udah gue siapin benteng pake air putih." ujar Ardian yang mulai berdiri.

"Gue udah dapet lokasinya. Kita langsung kesana saja buat bebasin Qorin mereka." ujarnya lagi.

Ardian dan Rendy melangkah keluar rumah, menghiraukan orang-orang yang berada di rumah pak kades sebelum suara familiar memanggil mereka dari arah atap rumah.

"Hihihihi, mau kemana ganteng? Kok buru-buru amat. Lupa ama kita ya?"

"Tau nih, bang Ardi! Kalau ada pestapora ajakin kita lah. Biar tambah seru."

"Hadeh, benerin rem lagi deh."

Ardian melihat trio badut itu berada di atap rumah sambil mengayunkan kaki mereka namun, ia tidak melihat lagi pasukan dhemit yang ramai bak pasar.

Melihat gelagat mereka yang ingin ikut, Ardian hanya menghela nafas panjang sambil geleng kepala.

"Kinarsih sama Ucil di situ saja buat jaga-jaga kalau ada yang coba-coba buat onar. Saya persilahkan untuk sikat mereka tapi, Om Poci ikut sama kita karena gak ada kerjaan." ujar Ardian.

"Ya elah, gue lagi yang kerja rodi tanpa di gaji. Eh, salah ding. Kerja rodi mah di gaji cuma uangnya di korup sama yang punya jabatan." Om Poci menggurutu sambil manyun.

"Om Poci kalau ngomong hati-hati, nanti ada pocong tukang bakso bawa walkie talkie bisa di dor ente." ujar Ardian mengingatkan karena sudah terlanjur masuk jurang.

"Wanjir, mati lagi dong!"

Demi untuk keluar dari jurang fakta, Ucil pun nyeletuk dengan santainya.

"Yah, Om Poci lagi yang cuma di ajak. Gak asik ah bang Ardi nih."

"Hihihihi, biarin aja cil. Kalau butuh kita nanti juga manggil."

Om Poci pun loncat dari atap tapi naas, dia terpeleset sesuatu yang licin dan jatuh ke tanah dengan kepala terlebih dahulu.

"Anjir! Kepala gue coeg!"

Om Poci menangis seperti anak kecil yang membuat Ardian kesal sebelum menyeret Pocong itu dengan menarik ikatan di kepalanya.

"Bre! Bre! Lepas nih! Lepas nih nanti ikatan kepala gue! Nanti telanjang bulat gue! Mana gak bawa baju ganti lagi!"

"Bodo amat!"

"Tolong hamba ya Tuhan! Manusia ciptaan-Mu ini sungguh tidak beradab dan prikehantunan!" celetuk Om Poci pasrah dengan keadaannya.

Rendy, Ucil dan Kinarsih pun hanya bisa tertawa dengan sangat keras sementara pak kades dan pak ustadz keheranan melihat tingkah Ardian yang begitu semena-mena kepada sosok hantu yang bisa membuat orang normal ketakutan, sebelum mereka menutup pintu dan kembali ke dalam rumah.

**********

Ardian, Rendy dan Om Poci terlihat agak jauh dari pemukiman warga dan berada di tengah hutan pinus. Mereka bertiga bersiap untuk menuju ke empat arah dimana Qorin para pemuda itu terikat.

"Ini kalian pilih salah satu mau kemana. Tugas kita melepas ikatan Qorin yang menahan mereka tapi inget, ada yang jaga..." ujar Ardian sedang berstrategi.

"Lah, kita kan bertiga sedangkan perlu empat orang buat bebasin mereka." ujar Rendy keheranan.

"Tenang. Udah gue pikirin hal itu."

Bayangan Ardian membesar sebelum puluhan ribu tikus berbondong keluar dan berkumpul di tiga titik.

"Hiii, geli gue lihat tikus sebanyak itu. Nanti tubuh gue di makan lagi sama mereka..." celetuk Om Poci bergidik.

Semakin lama kumpulan tikus itu semakin tinggi lalu mengubah bentuk mereka menjadi tiga sosok seukuran manusia dewasa.

Sosoknya berbentuk seperti tikus besar seukuran manusia. Berdiri dengan dua kaki, dengan kuku panjang dan dua gigi sari besar di bagian atas dan bawah.

"Lah, tumben gak bikin serigala bre? Biasanya elu pake itu." tanya Rendy.

"Serigala mah buat mobilitas dan fleksibilitas. Nah, kalau yang ini lebih cocok buat speed sama pure power." jawab Ardian.

"Dih, macam mau maen game aja."

"Imajinasi adalah kuncinya, bro. Teknik metamorphosis kita tergantung sama imajinasi kita tapi ya tetep aja sih makan tenaga." ujar Ardian.

"Iya deh, iya." tukas Rendy yang terlalu bodoh buat memahami perkataan sahabatnya.

Ardian, Rendy, Om Poci dan ketiga tikus besar pun berkumpul untuk mengatur strategi, dan telah di putuskan bahwa masing-masing dari mereka akan pergi ke arah mata angin sendirian.

Rendy di tugaskan untuk pergi ke arah utara, Ardian ke arah selatan, tiga tikus besar itu pergi ke arah barat dan Om Poci ke arah timur.

Masing-masing dari mereka di temani satu ekor tikus kecil sebagai pemandu jalan untuk menemukan tempat Qorin ke empat pemuda yang terikat dan di jaga oleh makhluk ghaib.

"Ingat ya kalian, di perjalanan nanti pasti akan ada yang menghadang, akan ada banyak makhluk ghoib yang tidak suka tujuan kita..."

Rendy, Om Poci dan ketiga tikus besar mengangguk paham akan pernyataan Ardian karena makhluk-makhluk ghaib di sini mempunyai agendanya tersendiri.

"Oleh karena itu..."

Ardian perlahan berdiri sebelum memberikan senyuman kecil saat menatap mereka.

"Kalian di perbolehkan untuk membabi buta..." ujar Ardian pendek.

"Menyala bossku!"

"Salam olahraga!" teriak Ardian sambil mengangkat tangan untuk menambah semangat kepada mereka.

"Salam olahraga!"

Mereka pun melangkah ke arah tujuan masing-masing.

Terpopuler

Comments

Tenth_Soldier

Tenth_Soldier

Yo, ngopi² dulu

2024-09-07

4

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Kasus Pertama
2 Chapter 2 - Wanita Bergaun Putih
3 Chapter 3 - Kinanti
4 Chapter 4 - Musyawarah?
5 Chapter 5 - Keputusan
6 Chapter 6 - Kasus Selesai
7 Chapter 7 - Gedung Kutukan I
8 Chapter 8 - Gedung Kutukan II
9 Chapter 9 - Gedung Kutukan III
10 Chapter 10 - Gedung Kutukan IV
11 Chapter 11 - Gedung Kutukan V
12 Chapter 12 - Gedung Kutukan VI
13 Chapter 13 - Gedung Kutukan VII
14 Chapter 14 - Kasus Baru atau Kasus Selesai?
15 Chapter 15 - Empat Pemuda Semprul
16 Chapter 16 - Persiapan
17 Chapter 17 - Pintu Lingkar Pinus
18 Chapter 18 - Desa Lingkar Pinus
19 Chapter 19 - Qorin Terpisah?
20 Chapter 20 - Siap Tempur
21 Chapter 21 - Pertempuran Empat Arah Angin
22 Chapter 22 - Tingkat Ketiga, Penguasa Territorial
23 Chapter 23 - Titik Terang
24 Chapter 24 - Dua Kubu Bertemu
25 Chapter 25 - Investigasi Mandiri I
26 Chapter 26 - Investigasi Mandiri II
27 Chapter 27 - Investigasi Mandiri III
28 Chapter 28 - Investigasi Mandiri IV
29 Chapter 29 - Investigasi Mandiri V
30 Chapter 30 - Investigasi Mandiri VI
31 Chapter 31 - Investigasi Mandiri VII
32 Chapter 32 - Masalah I
33 Chapter 33 - Masalah II
34 Chapter 34 - Masalah III
35 Chapter 35 - Masalah IV
36 Chapter 36 - Masalah V
37 Chapter 37 - Sang Presiden Agung I
38 Chapter 38 - Sang Presiden Agung II
39 Chapter 39 - Sang Presiden Agung III
40 Chapter 40 - Sang Presiden Agung IV
41 Chapter 41 - Sang Presiden Agung V
42 Chapter 42 - Sang Presiden Agung VI
43 Chapter 43 - Pencarian
44 Chapter 44 - Nur Sang Penyembuh
45 Pengenalan Karakter
46 Chapter 45 - Rendy yang Bijaksana
47 Chapter 46 - Ardian Sang Pemikir
48 Chapter 47 - Beraksi Kembali
49 Chapter 48 - Sang Raja para Naga I
50 Chapter 49 - Sang Raja para Naga II
51 Chapter 50 - Sang Raja para Naga III
52 Chapter 51 - Sang Raja para Naga IV
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Chapter 1 - Kasus Pertama
2
Chapter 2 - Wanita Bergaun Putih
3
Chapter 3 - Kinanti
4
Chapter 4 - Musyawarah?
5
Chapter 5 - Keputusan
6
Chapter 6 - Kasus Selesai
7
Chapter 7 - Gedung Kutukan I
8
Chapter 8 - Gedung Kutukan II
9
Chapter 9 - Gedung Kutukan III
10
Chapter 10 - Gedung Kutukan IV
11
Chapter 11 - Gedung Kutukan V
12
Chapter 12 - Gedung Kutukan VI
13
Chapter 13 - Gedung Kutukan VII
14
Chapter 14 - Kasus Baru atau Kasus Selesai?
15
Chapter 15 - Empat Pemuda Semprul
16
Chapter 16 - Persiapan
17
Chapter 17 - Pintu Lingkar Pinus
18
Chapter 18 - Desa Lingkar Pinus
19
Chapter 19 - Qorin Terpisah?
20
Chapter 20 - Siap Tempur
21
Chapter 21 - Pertempuran Empat Arah Angin
22
Chapter 22 - Tingkat Ketiga, Penguasa Territorial
23
Chapter 23 - Titik Terang
24
Chapter 24 - Dua Kubu Bertemu
25
Chapter 25 - Investigasi Mandiri I
26
Chapter 26 - Investigasi Mandiri II
27
Chapter 27 - Investigasi Mandiri III
28
Chapter 28 - Investigasi Mandiri IV
29
Chapter 29 - Investigasi Mandiri V
30
Chapter 30 - Investigasi Mandiri VI
31
Chapter 31 - Investigasi Mandiri VII
32
Chapter 32 - Masalah I
33
Chapter 33 - Masalah II
34
Chapter 34 - Masalah III
35
Chapter 35 - Masalah IV
36
Chapter 36 - Masalah V
37
Chapter 37 - Sang Presiden Agung I
38
Chapter 38 - Sang Presiden Agung II
39
Chapter 39 - Sang Presiden Agung III
40
Chapter 40 - Sang Presiden Agung IV
41
Chapter 41 - Sang Presiden Agung V
42
Chapter 42 - Sang Presiden Agung VI
43
Chapter 43 - Pencarian
44
Chapter 44 - Nur Sang Penyembuh
45
Pengenalan Karakter
46
Chapter 45 - Rendy yang Bijaksana
47
Chapter 46 - Ardian Sang Pemikir
48
Chapter 47 - Beraksi Kembali
49
Chapter 48 - Sang Raja para Naga I
50
Chapter 49 - Sang Raja para Naga II
51
Chapter 50 - Sang Raja para Naga III
52
Chapter 51 - Sang Raja para Naga IV

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!