Chapter 8 - Gedung Kutukan II

Ardian dan Rendy pun masih di kantor dan membahas job selanjutnya yang di perkirakan berbahaya sambil menanti kedatangan tiga sosok ghaib yang mereka panggil.

Sesaat kemudian bulu kuduk mereka berdiri, tanda ada yang datang.

Brag!

Sesosok kain putih lusuh yang di ikat tali layaknya jenazah orang muslim tiba-tiba terjatuh di depan mereka dan mengerang kesakitan.

"Duh... aduh... nih mesin perlu di servis kayaknya." ucap sosok putih yang di sebut Pocong itu saat ia menggeliat dan melompat-lompat seperti ikan di daratan mencoba untuk bangun.

"Kenapa, Ci, blong lagi remnya?" tanya Ardian.

"Hehehe, iya nih bre..." jawabnya malu setelah berhasil melompat dan berdiri tegap yang membuat Ardian dan Rendy melihat wajah sosok tersebut.

Pocong itu bernama Om Poci dan Ardian lah yang memberinya nama. Wajahnya yang pucat pasi bagaikan mayat, serta di sekitar matanya hitam bagaikan panda itu sama sekali tidak memberi kesan mengerikan.

Tetapi bagi orang awam, mereka melihatnya berbeda karena Om Poci pun bisa merubah bentuk wajahnya jadi mengerikan.

"Ngomong-ngomong, Kinarsih sama Ucil dimana?" tanya Ardian lagi.

"Lha itu di belakang..." jawab Om Poci yang mencoba menujuk sosok mereka dengan tangannya, tetapi susah karena di ikat.

Dua sosok tersebut pun tampak di hadapan mereka.

"Jenjeng! Gimana kabarnya ganteng? Jalan yuk sama tante." tukas sosok wanita bergaun merah yang tiba-tiba hadir tersebut.

"Ih, tante masih aja genit sama bang Ardian. Ingat umur tan, bukannya nambah pahala malah nambah dosa. Udah tua, genitnya selangit lagi." celetuk bocah kecil tanpa rambut itu.

"Eh, si bocil malah nyolot. Gue tampol hidup lu..."

Ardian hanya tertawa ringan melihat trio badut yang tidak pernah berubah sejak ia masih kecil.

Om Poci yang masih sering blong remnya, membuatnya bertabrakan dengan pohon atau tembok, si Kunti merah Kinarsih yang masih genit dan Ucil, si bocah tuyul yang ceplas-ceplos kalau ngomong.

"Ngemeng-ngemeng ada keseruan apa nih? Sampai manggil kita." tanya Kinarsih.

"Tumben bang Ardian manggil, katanya mau mandiri jadi mahasiswa... ternyata oh ternyata, butuh kita juga." ucap Ucil sambil garuk-garuk pantatnya yang gatal.

"Lagi enak-enak nobar bola malah di panggil... mana udah masang setengah lagi..." tukas Om Poci.

"Sorry bre... Ini si Rendy nemu gambar kayak gini di gedung yang mau kita bersihin..."

Ardian pun mengeluarkan handphone Rendy dan menunjukan gambar yang di maksud, membuat Kinarsih dan Ucil mengangkat bahu mereka tanda tidak mengerti, tetapi tidak dengan Poci.

"Emang ini gambar apa bang? Grafiti kah?" tanya Ucil.

"Gak paham gue kalau soal begininan." Kinarsih ikut berbicara.

"Udah di terawang nih gambar sama elu, Ren?" tanya Poci.

"Udah gue coba tapi gak bisa, kayak ada yang halangi buat gali informasi tentang nih gambar..." jelas Rendy.

"Menurut elu Ci, ini buat ritual apa ya? Perjanjian atau Pemanggilan?" tanya Ardian.

"Pemanggilan sih, kalau lihat huruf-hurufnya..." ucap Om Poci pendek.

Ardian agak bernapas lega setelah mendengar hal tersebut, yang membuatnya dapat menerka kejadian atas keangkeran gedung yang menjadi job "Pembersihan" agensi malam ini.

Meski begitu, masih ada kekhawatiran di dalam hatinya.

"Gue mau tanya lagi Ci, elu yakin gak nih sigil bisa manggil sosok yang di maksud?" tanya Ardian.

"Buat manggil yang elu maksud tadi, masih butuh beberapa benda yang "Dia" suka tapi gak ada bekas benda tersebut di foto ini..." jawab Om Poci.

"Ok, ini jelas cuma kerjaan anak-anak yang penasaran doang." jelas Ardian.

"Gue juga mikirnya gitu." Om Poci pun membenarkan perkataan Ardian.

"Hadeh, heran gue sama orang-orang yang gak paham tapi main beginian. Gak sadar apa kalau imbasnya itu ke semua..." ujar Ardian kesal.

Rendy berserta Kinarsih dan Ucil hanya saling pandang satu sama lain karena tidak memahami apa yang di bahas oleh mereka berdua.

Ardian hanya diam sambil memikirkan rencana untuk melakuka pembersihan gedung angker tersebut.

"Gue boleh minta tolong kalian gak?"

Ardian bertanya kepada trio badut tersebut yang membuat mereka tersenyum lebar.

"Kayak sama siapa aja bre, kita udah berkawan sejak elu kecil. Derita elu derita kita juga, ya gak coy?" tukas Om Poci dengan senyun.

"Betul tuh. Bilanging ke mereka, siapa aja yang berani ngusik bang Ardian bakal kena bogem gua!" teriak Ucil sambil mengeluarkan tangan mengepalnya.

"Belum tau mereka siapa Kinarsih. Si Kunti cantik cetar membahana..." lanjut Kinarsih sambil mengibaskan rambut panjang dan kusutnya.

Jawaban mereka membuat Ardian terkekeh lucu sebelum raut wajahnya menjadi serius.

"Kinarsih sama Ucil jaga Putriani aja dari kejauhan. Dia itu gak kayak gue sama Rendy yang bisa jaga diri kalau berhadapan sama bangsa kalian. Apalagi job malem ini agak berbahaya." jelas Ardian pelan.

"Siap bossku!" jawab mereka serentak.

"Kalau gue?" tanya Om Poci.

"Om Poci nanti ikut kita ke TKP, sekalian buat monitoring kalau si "Dia" dateng tiba-tiba. Tugas lu itu mudah, cukup menghadangnya bagaimana pun caranya..."

"Mampus gue..." ucap Om Poci lemas.

"Om Poci kan udah pernah mati sekali, sekalian aja tuh buat jadi yang kedua kalinya..."

"Gak lucu bre! Tega amat sih elu sama kawan sendiri, main ngorbanin gitu aja... Emang gue hewan qurban!?" gerutu Om Poci.

"Setan qurban tepatnya..." ucap Rendy usil sambil terkekeh.

"Ogahhhhhhh!"

"Yeuh, elu sendiri yang bilang "Derita elu, derita kita juga", jadi elu harus siap jadi samsak pasir buat bantu kita. Nanti tak cariin tali rapiah buat gantung tuh tubuh" jelas Ardian yang membuat Om Poci makin khawatir.

"Gue mending ngadepin ribuan dhemit di gedung itu daripada ketemu si "Dia", kita tukeran job aja gih!?"

"Ya elah, belum tentu "Dia" juga nongol, ini cuma buat jaminan kalau hal itu terjadi, hambat "Dia" sebisa mungkin. Rendy juga gak paham bahasa Yunani kuno buat membalikan itu sigil, jadi gue harus ada disana." jelas Ardian lagi.

"Iya gue gak paham... Maaf ya." ucap maaf Rendy membuat Om Poci semakin menggurutu.

"Mati lagi gue njir!" ujar Om Poci saat ia menjatuhkan diri dan menggelinding kesana kemari, merengek tidak mau ikut ke gedung tersebut.

"Yah... malah merajuk nih permen sugus." celetuk Ardian.

"Emang yang di maksud siapa sih bre, kok si Poci sampai segitunya?" tanya Rendy.

"Gue gak mau panggil namanya nanti malah kepanggil, tapi inisialnya "M", kalau elu mau cari tahu siapa dia, besok siang aja tapi cari sendiri ya." jelas Ardian yang di sambut anggukan oleh Rendy.

"Tante lihat! Ucil lagi main Lompat Pocong nih! Seru banget!" ucap si Tuyul senang saat melompati Om Poci yang menggelinding kesana kemari.

"Woy Cil, kagak ada sopan-sopannya lu sama orang tua. Ikut dong!" sahut Kinarsih bergabung dengan Ucil yang melompati Om Poci.

"Wah, asik tuh kayaknya! Ikutan bre!" kali ini Ardian yang ikut main lompat pocong.

Mereka bertigapun melompati Om Poci bersama-sama dengan riang gembira, sementara yang di lompati malah menangis sejadi-jadinya.

"Gue lagi sedih kok kalian malah jahatin gue sih... Udah gak prend lagi ah!"

Rendy pun keheranan melihat tingkah mereka dan menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Emang udah kena itu pola pikirnya si Ardi... Pocong kok di buat mainan."

**********

Beberapa saat kemudian Kinarsih, Ucil dan Ardian yang penuh dengan senyuman setelah puas bermain Lompat Pocong, sebelum mereka duduk di tempat masing-masing.

Sementara Om Poci pun terduduk di pojokan dengan wajah yang murung bergelinang air mata sambil mengucap, "Mati lagi dah gue, bukan mati dua kali ini mah... mati berkai-kali."

Ardian hanya menghela nafas panjang dan berkata, "Kinarsih dan Ucil berangkat sekarang. Gue sama Rendy juga mau ke TKP..."

"Siap bossku!" sahut mereka serentak sebelum menghilang dari pandangan mereka.

"Kita berangkat juga." ucap Ardian saat mendekati Pocong yang tengah merajuk di pojokan.

"Ogah gue jadi samsak! Ogaaaahhhh!"

Ardian tidak menghiraukan teriakan Om Poci saat ia memegang buntelan di kepalanya dengan kuat dan segera menyeretnya keluar ruangan.

"Ayo Ren, kita berangkat ke gedung angker itu..." ucapnya sambil masih menyeret Om Poci yang menggeliat dengan kasar karena di paksa.

"Less go!" ucap Rendy tekekeh saat melihat sosok Pocong itu di seret paksa oleh Ardian.

Rendy dan Ardian pun melangkah keluar kantor bersama dengan Om Poci yang menggeliat karena di seret dengan paksa di buntelan kepalanya.

"Wah, gak ada perikehantuannya nih orang!" ucap makhluk-makhluk astral di sekitar Agensi Detektif Hantu setelah melihat perlakuan Ardian kepada Om Poci.

Terpopuler

Comments

FiaNasa

FiaNasa

kasihan deh Lo om poci

2024-10-18

1

Andriani

Andriani

keren ya om poci

2024-09-29

1

Andriani

Andriani

😁😁😁😁😁

2024-09-29

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Kasus Pertama
2 Chapter 2 - Wanita Bergaun Putih
3 Chapter 3 - Kinanti
4 Chapter 4 - Musyawarah?
5 Chapter 5 - Keputusan
6 Chapter 6 - Kasus Selesai
7 Chapter 7 - Gedung Kutukan I
8 Chapter 8 - Gedung Kutukan II
9 Chapter 9 - Gedung Kutukan III
10 Chapter 10 - Gedung Kutukan IV
11 Chapter 11 - Gedung Kutukan V
12 Chapter 12 - Gedung Kutukan VI
13 Chapter 13 - Gedung Kutukan VII
14 Chapter 14 - Kasus Baru atau Kasus Selesai?
15 Chapter 15 - Empat Pemuda Semprul
16 Chapter 16 - Persiapan
17 Chapter 17 - Pintu Lingkar Pinus
18 Chapter 18 - Desa Lingkar Pinus
19 Chapter 19 - Qorin Terpisah?
20 Chapter 20 - Siap Tempur
21 Chapter 21 - Pertempuran Empat Arah Angin
22 Chapter 22 - Tingkat Ketiga, Penguasa Territorial
23 Chapter 23 - Titik Terang
24 Chapter 24 - Dua Kubu Bertemu
25 Chapter 25 - Investigasi Mandiri I
26 Chapter 26 - Investigasi Mandiri II
27 Chapter 27 - Investigasi Mandiri III
28 Chapter 28 - Investigasi Mandiri IV
29 Chapter 29 - Investigasi Mandiri V
30 Chapter 30 - Investigasi Mandiri VI
31 Chapter 31 - Investigasi Mandiri VII
32 Chapter 32 - Masalah I
33 Chapter 33 - Masalah II
34 Chapter 34 - Masalah III
35 Chapter 35 - Masalah IV
36 Chapter 36 - Masalah V
37 Chapter 37 - Sang Presiden Agung I
38 Chapter 38 - Sang Presiden Agung II
39 Chapter 39 - Sang Presiden Agung III
40 Chapter 40 - Sang Presiden Agung IV
41 Chapter 41 - Sang Presiden Agung V
42 Chapter 42 - Sang Presiden Agung VI
43 Chapter 43 - Pencarian
44 Chapter 44 - Nur Sang Penyembuh
45 Pengenalan Karakter
46 Chapter 45 - Rendy yang Bijaksana
47 Chapter 46 - Ardian Sang Pemikir
48 Chapter 47 - Beraksi Kembali
49 Chapter 48 - Sang Raja para Naga I
50 Chapter 49 - Sang Raja para Naga II
51 Chapter 50 - Sang Raja para Naga III
52 Chapter 51 - Sang Raja para Naga IV
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Chapter 1 - Kasus Pertama
2
Chapter 2 - Wanita Bergaun Putih
3
Chapter 3 - Kinanti
4
Chapter 4 - Musyawarah?
5
Chapter 5 - Keputusan
6
Chapter 6 - Kasus Selesai
7
Chapter 7 - Gedung Kutukan I
8
Chapter 8 - Gedung Kutukan II
9
Chapter 9 - Gedung Kutukan III
10
Chapter 10 - Gedung Kutukan IV
11
Chapter 11 - Gedung Kutukan V
12
Chapter 12 - Gedung Kutukan VI
13
Chapter 13 - Gedung Kutukan VII
14
Chapter 14 - Kasus Baru atau Kasus Selesai?
15
Chapter 15 - Empat Pemuda Semprul
16
Chapter 16 - Persiapan
17
Chapter 17 - Pintu Lingkar Pinus
18
Chapter 18 - Desa Lingkar Pinus
19
Chapter 19 - Qorin Terpisah?
20
Chapter 20 - Siap Tempur
21
Chapter 21 - Pertempuran Empat Arah Angin
22
Chapter 22 - Tingkat Ketiga, Penguasa Territorial
23
Chapter 23 - Titik Terang
24
Chapter 24 - Dua Kubu Bertemu
25
Chapter 25 - Investigasi Mandiri I
26
Chapter 26 - Investigasi Mandiri II
27
Chapter 27 - Investigasi Mandiri III
28
Chapter 28 - Investigasi Mandiri IV
29
Chapter 29 - Investigasi Mandiri V
30
Chapter 30 - Investigasi Mandiri VI
31
Chapter 31 - Investigasi Mandiri VII
32
Chapter 32 - Masalah I
33
Chapter 33 - Masalah II
34
Chapter 34 - Masalah III
35
Chapter 35 - Masalah IV
36
Chapter 36 - Masalah V
37
Chapter 37 - Sang Presiden Agung I
38
Chapter 38 - Sang Presiden Agung II
39
Chapter 39 - Sang Presiden Agung III
40
Chapter 40 - Sang Presiden Agung IV
41
Chapter 41 - Sang Presiden Agung V
42
Chapter 42 - Sang Presiden Agung VI
43
Chapter 43 - Pencarian
44
Chapter 44 - Nur Sang Penyembuh
45
Pengenalan Karakter
46
Chapter 45 - Rendy yang Bijaksana
47
Chapter 46 - Ardian Sang Pemikir
48
Chapter 47 - Beraksi Kembali
49
Chapter 48 - Sang Raja para Naga I
50
Chapter 49 - Sang Raja para Naga II
51
Chapter 50 - Sang Raja para Naga III
52
Chapter 51 - Sang Raja para Naga IV

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!