Chapter 4 - Musyawarah?

Pak Santosa berserta istri duduk di sofa ruang tamu menggigil ketakutan, sedangkan di depan mereka adalah Ardian yang di sebelahnya terdapat kursi plastik yang sedang di duduki Kinanti.

"Huhuhu..."

Tangisan Kinanti yang sayu menggema di seluruh ruangan, membuat pak Santosa dan Istrinya pun berpelukan ketakutan, sedangkan Ardian hanya menghela nafasnya melihat kondisi yang tidak kondusif untuk bermusyawarah.

Bagaimana dengan Kinanti?

Dia hanya menangis pilu sambil mengelus pipinya yang udah mendapatkan tamparan keras yang berdamage hingga ke tingkat emosional.

Harga dirinya sebagai dhemit sudah jatuh sejatuh-jatuhnya. Pasalnya, Kinanti sudah termasuk ke dalam tingkat dhemit sepuh dikarenakan umurnya dan juga jasa-jasanya di dunia perdhemitan.

Tetapi semua prestasinya sebagai dhemit yang kuat dan menakutkan telah sirna setelah bertemu Ardian.

"Huhuhu..."

"Udah gak usah nangis. Tak kasih makan vas bunga diem dah tuh mulut." celetuk Ardian.

"Dih, jahat banget bang. Belum nikahin gue kok udah main KDRT sih."

"Yeuh, KDRT your father head! Siapa juga yang mau nikahin loe!"

"Eh bang, tak kasih paham ya. Gini gini gue dulu itu cantik dan seksi. Kembang desa mah lewat."

"Ya itukan dulu, sekarang mah bau bangke buat apa. Udah, gak usah ungkit-ungkit masa lalu. Kasihan bapak sama ibu noh, ketakutan denger kau nangis."

"Eh?"

Kinanti pun sedikit panik saat melihat pak Santosa dan istrinya ketakutan dikarenakan dirinya.

"Wa-wa-wa... Waduh, maafin saya ya pak, bu. Kinanti lupa kalau bapak dan ibu ada di sini." pintanya memelas sambil membungkukan badannya beberapa kali karena merasa sangat bersalah.

"I-i-iya... gak papa neng." balas pak Santosa yang masih gemetaran.

"Etdah, minta maaf tuh dhemitnya pak, kagak salah nih?"

"Iya bu, bapak juga heran."

Pak Santosa berserta istrinya sangat keheranan dengan sikap Kinanti yang sopan karena biasanya, hantu itu sangat jail dan menakutkan saat berada di layar televisi.

Ardian pun sangat paham dengan pikiran pak Santosa dan istrinya.

Salah satu misi dari Agensi Detektif Hantu adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat umum bahwa makhluk ghaib itu tidaklah perlu di takuti dan bisa di lawan dengan iman. Setipis-tipisnya sebuah iman, bisa di gunakan untuk pedoman dalam melawan hal-hal ghaib.

Karena Tuhan selalu mendatangkan bantuan kepada hamba-Nya meskipun iman mereka itu tipis, setipis tisu yang di belah menjadi tujuh.

Setelah situasi menjadi kondusif, Ardian pun menyarankan untuk memulai negosiasinya.

"Apa bisa kita mulai musyawarahnya?" tanya Ardian kepada kedua belah pihak.

"Iya mas." jawab Pak Santosa.

"Bisa mas..." jawab Kinanti sayu yang membuat pasangan suami istri tersebut kembali merinding.

Meksipun samar, Pak Santosa berserta istri bisa melihat Kinanti dari ujung mata mereka karena Ardian telah meminjamkan sebagian kecil mata bathinnya untuk mereka.

Kinanti duduk kembali di kursi samping Ardian dengan kepala tertunduk, seperti layaknya anak perawan yang mau di lamar.

"Jadi begini pak, Neng Kinanti ini bukan tidak mau di pindahkan. Hanya saja karena dia sudah nyaman di sini maka dari itu saya meminta bapak untuk berbicara langsung dengan dia... sampai di sini bapak bisa mengikuti?"

"I-iya mas, tapi karena apa ya kalau boleh tahu, kok bisa nyaman tinggal di sini?"

"Ada beberapa faktor pak. Pertama, karena dia sudah lama di tanam di tempat ini dan menjalankan tugasnya melindungi wilayah ini. Terus... Neng, kau aja yang jelasin ke pak Santosa dan istrinya."

"Loh, kok gitu sih bang?" tanya Kinanti.

"Biar bapak dan Ibu tahu betul apa yang kau inginkan..." tukas Ardian.

"Okelah kalau begitu..."

Kinanti pun menghela nafas pelan sebelum mulai berbicara.

"Saye nak cite sikit boleh?"

Plak!

Lagi dan lagi, Kinanti kembali mencium lantai keramik karena tamparan keras dan berkelas dari Ardian, bahkan dapat membuat pak Santosa dan istrinya pun sontak kaget melihat sesuatu yang tidak biasa di depan mereka.

"Nih dhemit di ajak serius malah bercanda. Besok-besok tak bikin kau cium kenalpot panas baru tau rasa!"

"Ku menangis~ Membayangkan. Betapa, kejamnya dirimu atas diriku."

"Yakin mau di terusin tuh?" tanya Ardian yang memegang sapu ijuk dan memukul pelan di tangannya dengan nada ancaman.

Ardian lalu menunjukan senyum jahatnya, dan mampu membuat Kinanti langsung diam seribu bahasa terus kembali duduk di kursi plastik dan membersihkan daster putihnya yang lusuh.

Pak Santosa berserta istri pun terkekeh melihat cara Ardian menghadapi hantu tersebut. Melihat begitu rendahnya harga diri dhemit di hadapan manusia.

Seketika, ketakutan mereka pun sedikit mulai berkurang.

"Bercandanya udah belum? Kalau belum, kelarin sekarang, biar gamparin kau sekalian juga."

"Ya elah bang, hidup itu-"

"Pak ada air panas? Kalau ada, boleh tidak minta sebaskom buat nyiram nih dhemit. Susah amat di ajak serius."

"Wanjir, melepuh nanti kulit putih nan mulus gue, bang! Repot nanti perawatannya. Mana skincare sama handbody udah habis lagi. Nasib... nasib, gini amat ya ketemu manusia modelan begini."

"Oh gitu, maaf pak, air panasnya kagak jadi, air keras aja bawa kemari." ujar Ardian dengan tatapan tajam.

"Bang, udah atuh bang. Ngeri amat lama-lama nih. Jadi merinding gue."

"Ya udah serius! Jangan bercanda mulu!"

"Iya deh iya..." kali ini Kinanti duduk anteng sambil garuk-garuk kepala yang sudah gatal dari tadi.

Pak Santosa dan Istri masih keheranan dengan cara Ardian dengan mudahnya menghadapi Kinanti dan membuatnya tidak berkutik yang pada akhirnya, sosok hantu wanita tersebut pun pasrah.

"Jadi begini, pak, bu..."

Kinanti memulai pembicaraan meski pak Santosa dan Ibu agak ketakukan, tetapi mereka mencoba memberanikan diri.

"... Kinanti teh gak ada niat buat nakutin bapak sama Ibu tetapi saya masih ingin di sini kalau kalian berkenan."

"Tapi saya pernah denger neng ketawa loh waktu saya dan keluarga nonto tv, padahal itu masih siang..." sahut pak Santosa.

"Ya... gimana gak ketawa pak, acaranya aja komedi Warkop sama OVJ. Saya ikut nimbrung nonton soalnya..."

"Lha kalau waktu nangis itu..." kali ini si Ibu yang bertanya.

"Ibu kan nonton drakor, kasihan itu pemeran utamanya, udah kelihangan ibu sama kakaknya. Eh, malah lakinya selingkuh. Siapa yang tidak tersayat hatinya ketika melihat perempuan di gituin bu?"

"Bener juga ya..." jawab si Ibu.

"Tapi waktu itu, apa benar kamu yang buatin saya kopi sama nasi goreng?" tanya pak Santosa.

"Yang bener pak!? Kok Ibu gak tahu?"

"Kalau bapak cerita ibu pasti ketakutan. Nanti heboh malah berabe..." ibu pun diam membenarkan pernyataan suaminya.

"Iya pak, itu saya yang bikin. Kasihan waktu Ibu kecapean atau kadang gak ada di rumah. Biasanya Ibu gercep melayani. Jadi, kalau saya bisa bantu Ibu, ya saya bantu..." jawab Kinanti.

"Kalau boleh tahu, kenapa neng?" tanya si ibu.

"Ya... gimana ya. Biar bapak sama Ibu tetep harmonis keluarganya. Itu saja..."

"Tapi itu beneran kopi kan? Bukan air comberan atau kobokan? Nasgornya juga bukan bahan-bahan kayak darah atau belatung?" tanya pak Santosa khawatir.

"Ya elah, bapak ini ada-ada saja. Saya masak untuk manusia bukan dhemit. Jadi, pakai bahan yang biasa di makan manusia juga lah..."

Bapak Santosa dan istrinya pun melihat satu sama lain, keheranan dengan sikap dhemit di depan mereka karena tidak ada unsur bahwa Kinanti dengan sengaja mengganggu keluarga ini.

"Bapak dan Ibu sudah tahu kan? Kalau neng Kinanti tidak ada niat menggangu sama sekali. Bentrokan kalian adalah unsur ketidaksengajaan... kalau pun di sengaja, itu tindakan dengan niat baik."

Ardian yang dari tadi diampun ikut menjelaskan maksud Kinanti.

"Tadi Kinanti bilang kalau ingin tetap di sini, kalau boleh tahu ada maksud apa ya?" tanya pak Santosa.

"Kinanti pun berkenan jika di pindahkan, tetapi kalau boleh tetap disini pak." jawab dhemit wanita ini.

"Alasannya?"

"Karena Kinanti teh ingin melindungi keluarga bapak. Kalau boleh jujur, bapak dan sekeluarga di musuhi orang-orang yang tidak bertanggung jawab..." jawab Kinanti.

"Wat da phak!? Kok gue baru tahu!" sahut Ardian agak kaget.

"Elu tuh pe'ak tau gak!" ketus Kinanti yang ingin balas dendam karena habis di tampar berkali-kali oleh Ardian.

Terpopuler

Comments

@shithan03_12

@shithan03_12

kinanti itu demit??

2024-09-29

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Kasus Pertama
2 Chapter 2 - Wanita Bergaun Putih
3 Chapter 3 - Kinanti
4 Chapter 4 - Musyawarah?
5 Chapter 5 - Keputusan
6 Chapter 6 - Kasus Selesai
7 Chapter 7 - Gedung Kutukan I
8 Chapter 8 - Gedung Kutukan II
9 Chapter 9 - Gedung Kutukan III
10 Chapter 10 - Gedung Kutukan IV
11 Chapter 11 - Gedung Kutukan V
12 Chapter 12 - Gedung Kutukan VI
13 Chapter 13 - Gedung Kutukan VII
14 Chapter 14 - Kasus Baru atau Kasus Selesai?
15 Chapter 15 - Empat Pemuda Semprul
16 Chapter 16 - Persiapan
17 Chapter 17 - Pintu Lingkar Pinus
18 Chapter 18 - Desa Lingkar Pinus
19 Chapter 19 - Qorin Terpisah?
20 Chapter 20 - Siap Tempur
21 Chapter 21 - Pertempuran Empat Arah Angin
22 Chapter 22 - Tingkat Ketiga, Penguasa Territorial
23 Chapter 23 - Titik Terang
24 Chapter 24 - Dua Kubu Bertemu
25 Chapter 25 - Investigasi Mandiri I
26 Chapter 26 - Investigasi Mandiri II
27 Chapter 27 - Investigasi Mandiri III
28 Chapter 28 - Investigasi Mandiri IV
29 Chapter 29 - Investigasi Mandiri V
30 Chapter 30 - Investigasi Mandiri VI
31 Chapter 31 - Investigasi Mandiri VII
32 Chapter 32 - Masalah I
33 Chapter 33 - Masalah II
34 Chapter 34 - Masalah III
35 Chapter 35 - Masalah IV
36 Chapter 36 - Masalah V
37 Chapter 37 - Sang Presiden Agung I
38 Chapter 38 - Sang Presiden Agung II
39 Chapter 39 - Sang Presiden Agung III
40 Chapter 40 - Sang Presiden Agung IV
41 Chapter 41 - Sang Presiden Agung V
42 Chapter 42 - Sang Presiden Agung VI
43 Chapter 43 - Pencarian
44 Chapter 44 - Nur Sang Penyembuh
45 Pengenalan Karakter
46 Chapter 45 - Rendy yang Bijaksana
47 Chapter 46 - Ardian Sang Pemikir
48 Chapter 47 - Beraksi Kembali
49 Chapter 48 - Sang Raja para Naga I
50 Chapter 49 - Sang Raja para Naga II
51 Chapter 50 - Sang Raja para Naga III
52 Chapter 51 - Sang Raja para Naga IV
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Chapter 1 - Kasus Pertama
2
Chapter 2 - Wanita Bergaun Putih
3
Chapter 3 - Kinanti
4
Chapter 4 - Musyawarah?
5
Chapter 5 - Keputusan
6
Chapter 6 - Kasus Selesai
7
Chapter 7 - Gedung Kutukan I
8
Chapter 8 - Gedung Kutukan II
9
Chapter 9 - Gedung Kutukan III
10
Chapter 10 - Gedung Kutukan IV
11
Chapter 11 - Gedung Kutukan V
12
Chapter 12 - Gedung Kutukan VI
13
Chapter 13 - Gedung Kutukan VII
14
Chapter 14 - Kasus Baru atau Kasus Selesai?
15
Chapter 15 - Empat Pemuda Semprul
16
Chapter 16 - Persiapan
17
Chapter 17 - Pintu Lingkar Pinus
18
Chapter 18 - Desa Lingkar Pinus
19
Chapter 19 - Qorin Terpisah?
20
Chapter 20 - Siap Tempur
21
Chapter 21 - Pertempuran Empat Arah Angin
22
Chapter 22 - Tingkat Ketiga, Penguasa Territorial
23
Chapter 23 - Titik Terang
24
Chapter 24 - Dua Kubu Bertemu
25
Chapter 25 - Investigasi Mandiri I
26
Chapter 26 - Investigasi Mandiri II
27
Chapter 27 - Investigasi Mandiri III
28
Chapter 28 - Investigasi Mandiri IV
29
Chapter 29 - Investigasi Mandiri V
30
Chapter 30 - Investigasi Mandiri VI
31
Chapter 31 - Investigasi Mandiri VII
32
Chapter 32 - Masalah I
33
Chapter 33 - Masalah II
34
Chapter 34 - Masalah III
35
Chapter 35 - Masalah IV
36
Chapter 36 - Masalah V
37
Chapter 37 - Sang Presiden Agung I
38
Chapter 38 - Sang Presiden Agung II
39
Chapter 39 - Sang Presiden Agung III
40
Chapter 40 - Sang Presiden Agung IV
41
Chapter 41 - Sang Presiden Agung V
42
Chapter 42 - Sang Presiden Agung VI
43
Chapter 43 - Pencarian
44
Chapter 44 - Nur Sang Penyembuh
45
Pengenalan Karakter
46
Chapter 45 - Rendy yang Bijaksana
47
Chapter 46 - Ardian Sang Pemikir
48
Chapter 47 - Beraksi Kembali
49
Chapter 48 - Sang Raja para Naga I
50
Chapter 49 - Sang Raja para Naga II
51
Chapter 50 - Sang Raja para Naga III
52
Chapter 51 - Sang Raja para Naga IV

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!