Chapter 12 - Gedung Kutukan VI

Saat suasana kembali menjadi hening, terlihat Suitomo dan bawahannya serta Rendy yang terduduk lemas tanpa kekuatan. Intensi pertarungan yang mereka baru saja alami sangatlah besar dan tinggi sehingga sangat menguras tenaga dan energi mereka.

Lain halnya dengan Ardian yang masih bugar tanpa keringat karena memang dia hanya bertarung dalam waktu singkat dan lebih fokus ke pembalikan sigil tersebut.

Melihat Rendy yang duduk lemas, Ardian mendatangi sudut ruangan dan mengulurkan tangannya.

"Kerja bagus bre..." ucapnya dengan senyum kecil yang di balas oleh Rendy dengan menerima uluran tangan Ardian sebelum berdiri dari duduknya.

"Thanks bre, gak nyangka rencana elu berhasil. Gue sih bodoh kalau soal berstrategi... untung ada elu di sini."

"Ya elah bre, justru kalau elu bodoh elu bisa lebih fokus sama apa yang elu bisa bukan sama apa yang elu gak bisa. Karena itulah rencana ini berhasil. Setiap orang ada porsinya sendiri bre."

"Ini elu ngejek gue apa gimana ya?" tanya Rendy.

"Gue salut sama kagum sama elu." jawab Ardian pendek.

"Ah, bisa aja. Jadi malu gue..."

"Butuh paku gak?"

Ardian dan Rendy menatap satu sama lain sebelum mereka tertawa kecil akibat jokes bapak-bapak jaman now.

"Anjir... Jokes lu garing coeg." ujar Rendy yang mencoba menahan tawa.

"Tapi lucukan?"

Saat mereka masih tertawa, Rendy dan Ardian melihat Suitomo berdiri setelah mengumpulkan kekuatannya dan berjalan mendekat ke arah mereka berdua.

"Terima kasih atas bantuan kalian wahai anak muda. Sekarang saya dan sekeluarga bisa hidup tenang tanpa kecemasan." kata Suitomo dengan senyum kecilnya.

"Sama-sama..." jawab Rendy polos.

"Sekarang setelah Minotaur itu beserta bawahannya telah pergi dari tempat ini. Apa mau kalian? Apa mau menyerang kami dan menguasai tempat ini?" tanya Ardian dengan tatapan sinis kepada Suitomo.

"Apaan sih elu Ar!?" Rendy terkejut seakan tidak percaya Ardian menanyakan hal tersebut.

"Jangan lupa Ren, bangsa mereka itu sangat detail perhitungannya soal keuntungan dan kerugian. Kita kerja samapun karena punya musuh yang sama, lalu setelah musuh itu tiada, mereka bisa saja menikam kita dari belakang."

"Elu gak percaya sama mereka!?" tanya Rendy.

Bayangan Ardian di lantai perlahan meluas saat dia berkata, "Ren... Rendy, polos boleh bodoh jangan. Kepolosanmu itu adalah hal yang sangat baik tetapi orang lain bisa memanfaatkannya... termasuk bangsa mereka."

Apa yang telah dikatakan Ardian tidak luput dari logika pemikiran yang tepat. Rendy pun merasa bahwa hal yang sahabatnya jelaskan tadi bisa terjadi, karena berbeda dengannya yang sumbu pendek, logika Ardian selalu berpikir sepuluh langkah ke depan.

Menanggapi pernyataan Ardian, Suitomo hanya tersenyum sebelum tertawa keras.

"Bwahahaha, menarik sekali pemikiranmu wahai anak Adam, tetapi jika kita melihat dari sisi lain, bukankah kau yang memanfaatkan kami untuk mempermudah apa yang kamu kerjakan?"

Suitomo menatap tajam sebelum melanjutkan perkataannya, "Benar begitu anak muda?"

"Kalian adalah bangsa yang licik tetapi selicik-liciknya kalian, masih lebih licik manusia. Dan aku akan menggunakan cara apapun yang aku punya demi memerangi bangsa kalian..." ujar Ardian tanpa rasa takut sedikitpun.

"Bwahahaha, memang itu niatku sejak awal anak muda, tetapi jika ada pertarungan terjadi di antara kita. Aku tidak yakin bisa menang melawanmu dan kalaupun kami menang, aku yakin kau akan kembali esok hari..." ujar Suitomo tanpa sebutir kebohongan.

"Jadi..." Rendy menggantungkan perkataannya.

"Buang-buang waktu dan energi saja. Lebih baik aku menepati janjiku tadi kepada kalian untuk meninggalkan tempat ini..." ucap Suitomo sambil senyum dan geleng-geleng kepala.

Menghela nafas panjang Suitomo pun berkata, "Gedung ini milik kalian."

"Menyala abangku!" sahut Ardian dan Rendy serentak sebelum mengangkat dan menepukan telapak tangan mereka satu sama lain.

Dalam hati Suitomo, ia kagum kepada kedua pemuda itu. Pedoman mereka, kekuatan mereka, kecerdikan mereka dapat melawan segala marabahaya dari bangsa ghoib tetapi di sisi lain, ia pun juga ketakutan, jika kedua pemuda itu menjadi musuhnya, makan cilakalah dirinya dan sekeluarga.

Karena itu Suitomo mengambil jalan yang berpihak kepada mereka berdua.

Suitomo, Ardian dan Rendy pun mulai berjalan ke lantai tiga dan saat sampai, mereka di sambut meriah oleh Sutri dan bawahannya, merayakan kemenangan yang mustahil mereka gapai sendiri.

"Jayalah tuan Suitomo!" teriakan semangat bawahannya yang datang dari berbagai bentuk.

Sutri terbang melesat dan memeluk suaminya sambil menangis, " Suamiku... Sutri kira kakanda akan pergi meninggalkan kami selamanya."

"Kakanda tidak akan melakukan hal itu tanpa pamit. Hidup dan mati, kita sekeluarga akan selalu bersama-sama." ujar Suitomo sambil mengusap pipinya Sutri yang basah berlinang air mata.

"Ah, kakanda bisa saja..." ujar Sutri yang menggenggam tangan Suitomo dengan lembut.

"Ya elah, jadi obat nyamuk lagi kita Ren..." celetuk Ardian.

"Nasib... nasib..." Rendy pun ikut menggurutu.

Sutri, Suitomo dan bawahannya hanya bisa tertawa kepada Ardian dan Rendy. Bagi manusia biasa, mereka akan sangat ketakutan mendengar tawa mereka tetapi tidak bagi para Detektif ini.

Mereka pun ikut tertawa demi melepas lelah yang mereka alami.

**********

Setelah melawan dedengkot yang menjadi penguasa gedung ini, Ardian dan Rendy berada di lantai dua karena untuk menepati janjinya, Suitomo beserta istrinya dan bawahannya pun harus bersiap meninggalkan tempat ini.

Memang berat tetapi janji tetaplah janji dan harus di tepati.

Namun...

Seketika melesat sekelebat bayangan putih yang berbisik di telinga Ardian.

"Dia akan datang bersama legionnya."

Saat itu juga, gelang kayu seperti tasbih di pergelangan tangan kiri Rendy pun hancur dan jatuh bergelinang di lantai, membuatnya memekik kesakitan.

"Ada apa ini!?" tanya Rendy kaget saat melihat tasbih pemberian kakeknya itu putus dan jatuh ke lantai.

"Si "M" ternyata datang dan dia tidak sendiri." ungkap Ardian dengan sedikit kekhawatiran yang tampak pada raut wajahnya. Dia bingung akan apa yang harus ia lakukan.

Dia mengira perjanjian yang di lakukan oleh pemilik gedung ini tidak ada kaitannya pada "High Rank" tersebut tetapi dugaannya ternyata salah.

Rendy pun juga ikut khawatir karena belum pernah tasbih yang ia pakai hancur seketika saat berkecamuk di dunia mistis.

Karena tasbih tersebut adalah alat pendeteksi energi, semakin besar energi yang di deteksi semakin besar pula kemungkinan akan hancur.

Tetapi ini untuk yang pertama kalinya.

Merasakan akan kekhawatiran kedua pemuda tersebut, Suitomo yakin yang akan datang bukanlah makhluk sekelas Minotaur yang baru saja mereka lawan tetapi makhluk yang jauh lebih kuat.

Untuk melawan Minotaur saja mereka sudah kewalahan apalagi menghadapi makhluk yang akan segera datang ini.

Rendy memecah keheningan dengan bertanya pada sahabatnya, "Apa yang harus kita lakukan Ar?"

Melihat Rendy yang sudah kelelahan secara jasmani dan rohani, Ardian pun menjawab.

"Kalian semua lebih baik segera pergi dari sini. Biar gue jabanin mereka sendirian. Kalian semua sudah terlalu lelah untuk pertarungan selanjutnya... jika kalian ikut itu hanya bunuh diri!"

"Gak! Gue gak akan ninggalin elu di sini. Sorry, untuk ini gue gak akan ikut rencana elu..." ujar Rendy.

"Elu mau cari mati!?"

"Kematian itu hanya milik Tuhan, Ar, gue yakin elu tahu itu..." sahut Rendy lagi.

"Gue tahu! Tapi kita yang menentukan jalannya! Kalau elu tetep di sini, elu gak bakalan selamat! Elu udah capek secara fisik sama mental. Ini namanya bunuh diri!" Ardian pun tak mau kalah beragumen dengan Rendy.

Bagi Ardian, Rendy adalah seorang sahabat yang ia dambakan selama ini. Tentu saja dia menginginkan akan keselamatannya.

"Kalau elu ngadepin mereka sendiri, apa itu bukan bunuh diri juga! Elu punya gue sebagai sahabat, susah senang kita bersama!" Rendy masih kekeh untuk tetap berada di samping sahabatnya.

Rasa sosial Rendy kepada orang-orang terdekat sangatlah besar bahkan dia mau berkorban untuk mereka tanpa pamrih. Itulah salah satu sifat yang membuat Ardian kagum padanya.

"Heh, kalian ini masih terlalu muda untuk mengambil jalan ini..." ucap Suitomo yang memegang Ardian dan Rendy dengan tangan besarnya.

"Apa-apaan ini woy! Ngajak ribut!?" teriak Ardian mencoba melepaskan cengkraman Suitomo.

"Lepasin gak!?" Rendy pun berteriak sambil melakukan hal yang sama.

Dengan gerakan memutar cepat, Suitomo melempar Ardian dan Rendy ke samping membuat mereka melesat melewati jendela tanpa kaca dan keluar dari gedung terkutuk itu.

Kemudian dengan gagah Suitomo pun berdiri dan siap menghadapi bahaya yang akan datang.

Bahaya yang dapat membinasakan mereka.

"Wahai keluargaku! Bahaya yang sangat besar akan segera datang kepada kita! Jika kalian takut segera tinggalkan tempat ini dan hiduplah sesuai dengan keinginan kalian! Saya, Suitomo Godomulyo mengizinkan!"

Tetapi tak ada satupun dari mereka yang bergerak karena mereka sudah bertekad untuk bersama dengan pemimpin mereka.

"Wahai suamiku, kita semua sudah bertekad untuk tetap bersama dengan kakanda. Apapun yang terjadi..." ucap Sutri yang berdiri disamping suaminya tanpa rasa takut.

Bawahan mereka pun berdiri tegap dengan gagah berani, meskipun di antara mereka ada yang ketakutan, mereka lawan ketakutan itu dengan seluruh jiwa dan raga mereka.

Suitomo tersentuh setelah melihat keberanian mereka yang membuatnya mengangkat gada kembarnya ke atas dan setinggi-tingginya.

"Wahai keluargaku! Jika kita mati di sini setidaknya, kita tidak akan mati sebagai pengecut!"

Surti dan bawahan Suitomo berteriak sekencang-kencangnya, meningkatkan semangat mereka yang membara.

Suitomo pun tersenyum kecil sambil melihat arah dimana ia melempar Ardian dan Rendy keluar gedung.

"Wahai anak-anak Adam pemberani. Aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan kalian..."

Terpopuler

Comments

Andriani

Andriani

mantaap... suka ma cerita nyaa....

2024-09-29

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Kasus Pertama
2 Chapter 2 - Wanita Bergaun Putih
3 Chapter 3 - Kinanti
4 Chapter 4 - Musyawarah?
5 Chapter 5 - Keputusan
6 Chapter 6 - Kasus Selesai
7 Chapter 7 - Gedung Kutukan I
8 Chapter 8 - Gedung Kutukan II
9 Chapter 9 - Gedung Kutukan III
10 Chapter 10 - Gedung Kutukan IV
11 Chapter 11 - Gedung Kutukan V
12 Chapter 12 - Gedung Kutukan VI
13 Chapter 13 - Gedung Kutukan VII
14 Chapter 14 - Kasus Baru atau Kasus Selesai?
15 Chapter 15 - Empat Pemuda Semprul
16 Chapter 16 - Persiapan
17 Chapter 17 - Pintu Lingkar Pinus
18 Chapter 18 - Desa Lingkar Pinus
19 Chapter 19 - Qorin Terpisah?
20 Chapter 20 - Siap Tempur
21 Chapter 21 - Pertempuran Empat Arah Angin
22 Chapter 22 - Tingkat Ketiga, Penguasa Territorial
23 Chapter 23 - Titik Terang
24 Chapter 24 - Dua Kubu Bertemu
25 Chapter 25 - Investigasi Mandiri I
26 Chapter 26 - Investigasi Mandiri II
27 Chapter 27 - Investigasi Mandiri III
28 Chapter 28 - Investigasi Mandiri IV
29 Chapter 29 - Investigasi Mandiri V
30 Chapter 30 - Investigasi Mandiri VI
31 Chapter 31 - Investigasi Mandiri VII
32 Chapter 32 - Masalah I
33 Chapter 33 - Masalah II
34 Chapter 34 - Masalah III
35 Chapter 35 - Masalah IV
36 Chapter 36 - Masalah V
37 Chapter 37 - Sang Presiden Agung I
38 Chapter 38 - Sang Presiden Agung II
39 Chapter 39 - Sang Presiden Agung III
40 Chapter 40 - Sang Presiden Agung IV
41 Chapter 41 - Sang Presiden Agung V
42 Chapter 42 - Sang Presiden Agung VI
43 Chapter 43 - Pencarian
44 Chapter 44 - Nur Sang Penyembuh
45 Pengenalan Karakter
46 Chapter 45 - Rendy yang Bijaksana
47 Chapter 46 - Ardian Sang Pemikir
48 Chapter 47 - Beraksi Kembali
49 Chapter 48 - Sang Raja para Naga I
50 Chapter 49 - Sang Raja para Naga II
51 Chapter 50 - Sang Raja para Naga III
52 Chapter 51 - Sang Raja para Naga IV
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Chapter 1 - Kasus Pertama
2
Chapter 2 - Wanita Bergaun Putih
3
Chapter 3 - Kinanti
4
Chapter 4 - Musyawarah?
5
Chapter 5 - Keputusan
6
Chapter 6 - Kasus Selesai
7
Chapter 7 - Gedung Kutukan I
8
Chapter 8 - Gedung Kutukan II
9
Chapter 9 - Gedung Kutukan III
10
Chapter 10 - Gedung Kutukan IV
11
Chapter 11 - Gedung Kutukan V
12
Chapter 12 - Gedung Kutukan VI
13
Chapter 13 - Gedung Kutukan VII
14
Chapter 14 - Kasus Baru atau Kasus Selesai?
15
Chapter 15 - Empat Pemuda Semprul
16
Chapter 16 - Persiapan
17
Chapter 17 - Pintu Lingkar Pinus
18
Chapter 18 - Desa Lingkar Pinus
19
Chapter 19 - Qorin Terpisah?
20
Chapter 20 - Siap Tempur
21
Chapter 21 - Pertempuran Empat Arah Angin
22
Chapter 22 - Tingkat Ketiga, Penguasa Territorial
23
Chapter 23 - Titik Terang
24
Chapter 24 - Dua Kubu Bertemu
25
Chapter 25 - Investigasi Mandiri I
26
Chapter 26 - Investigasi Mandiri II
27
Chapter 27 - Investigasi Mandiri III
28
Chapter 28 - Investigasi Mandiri IV
29
Chapter 29 - Investigasi Mandiri V
30
Chapter 30 - Investigasi Mandiri VI
31
Chapter 31 - Investigasi Mandiri VII
32
Chapter 32 - Masalah I
33
Chapter 33 - Masalah II
34
Chapter 34 - Masalah III
35
Chapter 35 - Masalah IV
36
Chapter 36 - Masalah V
37
Chapter 37 - Sang Presiden Agung I
38
Chapter 38 - Sang Presiden Agung II
39
Chapter 39 - Sang Presiden Agung III
40
Chapter 40 - Sang Presiden Agung IV
41
Chapter 41 - Sang Presiden Agung V
42
Chapter 42 - Sang Presiden Agung VI
43
Chapter 43 - Pencarian
44
Chapter 44 - Nur Sang Penyembuh
45
Pengenalan Karakter
46
Chapter 45 - Rendy yang Bijaksana
47
Chapter 46 - Ardian Sang Pemikir
48
Chapter 47 - Beraksi Kembali
49
Chapter 48 - Sang Raja para Naga I
50
Chapter 49 - Sang Raja para Naga II
51
Chapter 50 - Sang Raja para Naga III
52
Chapter 51 - Sang Raja para Naga IV

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!