Chapter 13 - Gedung Kutukan VII

Kedua detektif hantu terlempar ke luar namun naas, mereka menabrak pohon yang berjarak lima puluh meter dari gedung kutukan itu.

Rendy menabrak sebuah pohon besar dengan punggungnya dan terjatuh secara perlahan ke tanah.

Sedangkan Ardian, menabrak beberapa dahan pohon sebelum ia puh juga terjatuh ke tanah dengan suara keras, seperti jatuhnya samsak pasir yang putus talinya.

Keduanya pun mengerang kesakitan.

"Duh... aduh. Tuh dhemit gak bisa maen halus apa. Pake acara ngelempar orang sembarangan. Dia kira gue apaan?" ujar Ardian kesal saat merasakan sakit dan pegal-pegal di sekujur tubuhnya.

"Elu gak apa-apa Ren!?" teriak Ardian saat ia tidak melihat sahabatnya.

"Gue sehat!" sahut Rendy dari kejauhan, membuat Ardian berjalan perlahan ke arah suara tersebut dan menentukan Rendy yang terduduk di dasar pohon besar.

Ardian mengulurkan tangannya sambil bertanya, "Elu bisa jalan gak?"

"Bisa kok, santai aja..."

Ardian pun membantu Rendy untuk berdiri sebelum mereka melihat gedung kutukan itu dari jarak lima puluh meter sambil bertanya-tanya apa yang telah Suitomo lakukan.

"Apa? Elu khawatir sama tuh dhemit?"

"Sorry Ar, gue emang begini orangnya." jawab Rendy menunduk, karena meski hanya untuk waktu yang singkat, Rendy merasakan bahwa Suitomo adalah seorang pemimpin yang baik.

Hingga dapat menyentuh hatinya.

Ardian yang paham sifat sahabatnya itu pun paham. Jiwa sosial Rendy yang terlalu besar bahkan bisa membuatnya mudah berempati kepada sesama manusia bahkan sampai ke makhluk astral.

Karena itu Ardian berjanji untuk melawan makhluk-makhluk yang mencoba memanfaatkan kebaikan hati sahabatnya, meskipun itu manusia dan makhluk astral sekalipun.

"Kita harus segera pergi dari sini." ujar Ardian dengan wajah serius.

Rendy pun terpaksa harus setuju sebelum mereka melangkah pelan menjauhi gedung terkutuk itu.

Saat baru mau melangkah...

DUAR!

Ledakan keras layaknya bom C-4 yang bergemuruh terdengar oleh mereka yang datang dari gedung tua itu dan dalam waktu singkat si jago merah melalapnya dengan beringas yang menyebabkan asap mengepul ke angkasa.

Ardian dan Rendy terpental kebelakang jauh akibat ledakan energi yang besar yang datang dari bangunan itu. Mereka lalu menabrak semak belukar dan beberapa rumput ilalang yang menggores badan mereka.

Setelah tersungkur ke tanah, Ardian pun berdiri sempoyongan karena belum sembuh setelah menabrak banyak dahan pohon, harus terpental dan tergores badannya.

Dengan nada khawatir, Ardian pun mencari Rendy yang tidak ada di dekatnya, "Elu dimana Ren!?"

Tidak ada jawaban yang terdengar membuat Ardian agak panik dan mencoba menyusuri rumput-rumput ilalang yang tinggi.

"Ren, dimana lu!?"

Keringat mulai menetes saat Ardian masih menyusuri tingginya ilalang di tengah kegelapan sebelum ia kemudian berhenti dan menemukan seseorang tergeletak di antara rumput-rumput yang tingginya melebihi tinggi manusia biasa.

"Rendy!" teriak Ardian khawatir, sebelum ia lari kearah sahabatnya dan memeriksa denyut nadinya di tangan dan di leher.

Ardian menghela napas lega saat merasakan Rendy masih hidup dan hanya hilang kesadaraan. Dengan sigap, Ardian pun langsung menggendongnya di punggung dan melangkah, mencari jalan keluar.

Betapa lega hatinya, saat Ardian bisa keluar dari hutan ilalang tersebut.

Namun...

Kelegaannya seketika hilang saat dia melihat warna merah menyala di tengah kegelapan malam. Kobaran api besar yang melalap gedung terkutuk itu dapat menciptakaan pemandangan yang mengerikan.

Dan yang lebih mengerikan...

Dia melihat puluhan bahkan ratusan sosok makhluk astral dengan berbagai bentuk mengelilingi kobaran api itu dari atas dan wujud mereka sangat amat susah untuk di deskripsikan.

Namun mereka memiliki satu kesamaan.

Makhluk-makhluk astral tersebut memiliki Sayap Besi dan Ardian tahu siapa mereka.

Melihat makhluk-makhluk itu sedang mencari orang yang telah merusak sigil di dalam gedung terkutuk itu, Ardian berjalan menjauh sambil menggendong Rendy dengan seluruh kekuatannya mesikpun sempoyongan.

**********

Waktu telah menunjukan tepat jam dua belas malam, membuat udara di sekitar dingin dan sunyi. Suara-suara burung malam pun mulai bernyanyi ria seakan sedang mencari mangsa di tengah gelapnya malam.

Namun hal itu tidak membuat sepasang suami istri pemilik warkop untuk tidak mencari rejeki saat masih ada seorang pelanggan yang sedang menyeruput kopinya.

"Eh, pak satpam, baru istirahat ini?" tanya si Ibu penjaga warkop itu.

"Iya bu, biasa... ngopi dulu biar nanti gak ngantuk saat keliling desa." jawab pak satpam

"Oh, iya, apa pak satpam tahu soal gedung tua di ujung jalan ini? Kata para warga itu tempat angker?"

"Saya gak begitu ngerti bu. Soalnya tidak pernah masuk apalagi waktu malam tapi saat saya patroli, di sana itu rame kayak pasar. Banyak suara-suara yang bikin saya ngeri bu..."

"Duh ngeri ya. Pemiliknya kok ninggalin tuh gedung terbengkalai sih. Takutnya nanti malah bikin desa kita jadi gak tenang."

"Ibu teh kalau ngomong ati-ati... Nanti-"

"Bu... Ibu..." suara sayu menggema di tengah malam, membuat bu warkop dan pak satpam menatap satu sama lain.

"Ibu denger gak suara tadi?" tanya pak satpam yang melirik kesana kemari tetapi tidak ia temui darimana asal suara tersebut.

"Iya pak, saya denger." jawab si Ibu yang bulu kuduknya meremang.

"Bu... Minta tolong..."

Suara sayu lelaki kembali menggema di tengah malam, membuat pak satpam dan bu warkop pun mulai ketakutan.

"Bu... jangan-jangan itu... Se-"

"Se- apa bu? Sempoa?" tanya pak satpam.

"Bukan pak itu loh... Set-"

Bruk!

Pak satpam dan bu warkop langsung menengok ke arah suara yang seperti ada sesuatu jatuh dengan keras. Mereka melihat dua pemuda jatuh di tanah yang penampilannya penuh dengan goresan luka dan baju mereka penuh cipratan tanah.

"Ya Allah!" teriak bu warkop yang segera menghampiri dua pemuda tersebut saat mengenali pakaian mereka.

"Siapa mereka bu!?" tanya pak satpam panik yang mengikuti bu warkop dari belakang.

"Mereka yang nitip motor di sini tadi pak. Ya Allah, kenapa kalian nak!?"

"Bu, bawa mereka masuk dulu aja. Biar saya rawat lukanya!"

"Iya pak!"

Pak satpam dan bu warkop pun kemudian membawa masuk kedua pemuda itu ke dalam warkop dan merawat luka-luka yang mereka alami.

**********

Perlahan namun pasti, Ardian membuka matan setelah ia sadar dari kelihangan kesadarannya dan melihat ia telah berada di tempat yang berbeda dari yang terakhir ia ingat.

Merasa badannya remuk, ia menoleh ke kanan dan melihat Rendy yang istirahat sambil mendengkur dengan keras, membuatnya tersenyum kecil namun dengan penuh kesedihan.

Keangkuhannya justru membuat orang terdekatnya terluka. Jika saja ia saja lebih berhati-hati dan mengumpulkan informasi terlebih dahulu, hal ini dapat di hindari.

Ardian mengepalkan tangannya kesal akan dirinya sendiri.

Kemudian dia mendengar suara perempuan memabgg, "Oh, masnya udah sadar?"

Ibu warkop yang datang membawa baskom dan menjawab, "Iya bu dan terima kasih atas bantuannya."

"Sama-sama." ujar bu warkop dengan senyum tipis.

Ardian melihat bu warkop duduk di samping Rendy sebelum ia mengompres dahi sahabatnya itu.

"Ini mas Rendy tadi badannya panas banget..."

"Iya bu..." rasa bersalah Ardian semakin menyelimuti dirinya.

"Kalian berdua sebenernya dari mana?"

Pertanyaan bu warkop membuat Ardian tersentak kaget tetapi dengan cepat ia mengontrol emosinya dan memasang wajah datar.

"Kita dari keliling hutan bu... biasa anak muda. Pengen jadi pemburu hantu karena saya denger di deket gedung itu tempatnya angker banget." Ardian berbohong layaknya ia bernapas.

"Ya Allah, kalian itu masih muda nak. Jangan bertindak yang aneh-aneh. Apa tidak kasihan dengan orang tua kalian?"

"Saya yatim piatu sejak kecil bu..."

"Oh... maaf ya nak jika ibu berkata yang tidak perlu." bu warkop pun menjadi canggung setelah mendengar jawaban Ardian dan diam sejenak.

"Tidak apa-apa bu..." Ardian hanya tersenyum kecil.

Bu warkop pun kembali merawat Rendy, mengganti kompres yang sudah dingin itu di celupkan ke air hangat sebelum di tempelkan ke dahinya.

Setelah beberapa saat bu warkop pun berdiri dan berkata, "Masnya istirahat dulu saja sampai pagi... di luar masih gelap. Jangan di paksakan mau pulang."

"Maaf bu merepotkan..."

"Ah, enggak merepotkan kok mas..."

Dalam hati besar Ardian dia sangat bersyukur bertemu dengan orang sebaik bu warkop, tetapi dalam hati kecilnya, ia tetap waspada kalau ada udang di balik batu.

Karena itu Ardian memilih untuk diam.

Setelah beberapa jam, matahari pun terbit dan Ardian keluar ruangan pagi hari saat mendengar kerumunan warga melewati warkop tempat ia beristirahat dan bertemu dengan yang punya.

"Bu... Ini ada apa ya ramai-ramai?" tanya Ardian yang dari semalam tidak tidur sama sekali.

"Tadi warga kaget melihat gedung tua di ujung jalan itu jadi puing-puing karena kebakaran nak..." jawab bu warkop saat melihat warga lalu lalang.

"Kebakaran?"

"Iya nak... tapi aneh." lanjut bu warkop.

"Maksud ibu aneh itu gimana?"

"Gak ada satupun warga yang melihat saat kejadian bahkan pak satpam yang meronda tiap malam pun juga bingung." jelas bu warkop yang membuat Ardian mengangguk.

Ardian pun bergegas masuk ke dalam untuk mengambil helm sebelum keluar dan mendekati motornya yang sudah penuh embun.

"Kamu mau kemana nak?" tanya bu warkop khawatir.

"Mau ke gedung tua itu bu... lihat-lihat bentar!" sahut Ardian yang lekas pergi dengan motornya.

Bu warkop pun hanya kembali masuk ke dalam rumah, khawatir akan keadaan Rendy yang belum siuman.

**********

Dengan gerakan sigap dan gesit, Ardian mengendarai motornya berjalan di jalan sebelas pedesaan sambil melewati para warga yang juga menuju ke arah gedung tua itu.

Ada kekhawatiran tentang gedung tersebut setelah terjadinya kebakaran yang Ardian tidak ingin pikirkan.

Namun ia berhenti sejenak saat melihat kerumunan di depan gedung tua yang hampir rata itu, dengan garis polisi mengitari bangunan tersebut yang membuatnya kemudian memakirkan motornya di pinggir jalan sebelum mendekati lokasi tersebut.

Sela demi sela, Ardian menyusuri lautan warga untuk mendekati lokasi sambil mendengarkan beberapa ocehan mereka tentang gedung terkutuk itu yang dia hiraukan begitu saja.

Kata heran dan aneh mereka lontarkan seakan tidak percaya bahwa gedung tua itu terbakar tanpa ada satupun orang yang mengetahui.

Sesaat Ardian melihat beberapa polisi dan mereka melakukan percakapan, ia pun segera mengirim seekor tikus hitam kecil menyelinap di antara mereka untuk menguping.

"Bagaimana bisa tidak ada indikasi sisa-sisa bensin tetapi bisa terbakar sampai kayak gini!?" tanya salah satu polisi.

"Tidak ada konslet listrik juga karena menurut penuturan warga, listrik gedung ini sudah di putus sejak tiga tahun silam..." lanjut polisi satunya.

"Tak ada satupun saksi dari para warga yang menyasikan gedung ini terbakar." sahut polisi lainnya.

"Kok iso!?"

"Yo ndak tau kok tanya saya!"

Bagi para polisi, kasus kebakaran ini aneh bin di luar logika karena tidak ada barang maupun benda yang dapat memercikan api namun, membuat gedung tua ini mengalami kebakaran besar.

Ardian mengangguk setelah menguping pembicaraan tersebut. Dia yakin jika ia bersaksi tentang kebakaran itu maka ia bisa jadi tersangka karena kasus yang di luar nalar dan tidak dapat masuk logika manusia normal.

Bukan hanya itu, Ardian sama sekali tidak merasakan ada bekas-bekas makhluk astral di gedung tua yang hampir rata dengan tanah itu yang membuat mengepalkan tanganya dengan geram.

"Mereka bener-bener kerja keras buat hilangin jejak..."

Ardian tahu bahwa organisasi mereka itu "Underground", dengan kata lain, mereka benar-benar bersembunyi dalam melakukan aksi.

Dan segala jejak harus mereka tiadakan karena itu bisa menjadi benang merah untuk melacak organisasi mereka.

Sebelum Ardian kembali, ia melihat dan memeriksa sekeliling gedung namun tidak menemukan apapun.

"Mereka bahkan gak mencari lagi siapa yang berhasil membalikan tuh sigil..."

Dengan kata lain, tujuan utama mereka dari awal memang untuk menghapus jejak-jejak di gedung tua itu.

Yang otomatis, perjanjian yang terikrar oleh pemilik terdahulu yang secara langsung maupun tidak terikat oleh "High-Rank".

Ardian pun khawatir akan keselamatan Rendy yang masih tidur di warkop yang membuatnya melangkah pergi dari gedung terkutuk itu.

Terpopuler

Comments

Andriani

Andriani

masih ga paham kemana makhluk astral itu y

2024-10-20

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Kasus Pertama
2 Chapter 2 - Wanita Bergaun Putih
3 Chapter 3 - Kinanti
4 Chapter 4 - Musyawarah?
5 Chapter 5 - Keputusan
6 Chapter 6 - Kasus Selesai
7 Chapter 7 - Gedung Kutukan I
8 Chapter 8 - Gedung Kutukan II
9 Chapter 9 - Gedung Kutukan III
10 Chapter 10 - Gedung Kutukan IV
11 Chapter 11 - Gedung Kutukan V
12 Chapter 12 - Gedung Kutukan VI
13 Chapter 13 - Gedung Kutukan VII
14 Chapter 14 - Kasus Baru atau Kasus Selesai?
15 Chapter 15 - Empat Pemuda Semprul
16 Chapter 16 - Persiapan
17 Chapter 17 - Pintu Lingkar Pinus
18 Chapter 18 - Desa Lingkar Pinus
19 Chapter 19 - Qorin Terpisah?
20 Chapter 20 - Siap Tempur
21 Chapter 21 - Pertempuran Empat Arah Angin
22 Chapter 22 - Tingkat Ketiga, Penguasa Territorial
23 Chapter 23 - Titik Terang
24 Chapter 24 - Dua Kubu Bertemu
25 Chapter 25 - Investigasi Mandiri I
26 Chapter 26 - Investigasi Mandiri II
27 Chapter 27 - Investigasi Mandiri III
28 Chapter 28 - Investigasi Mandiri IV
29 Chapter 29 - Investigasi Mandiri V
30 Chapter 30 - Investigasi Mandiri VI
31 Chapter 31 - Investigasi Mandiri VII
32 Chapter 32 - Masalah I
33 Chapter 33 - Masalah II
34 Chapter 34 - Masalah III
35 Chapter 35 - Masalah IV
36 Chapter 36 - Masalah V
37 Chapter 37 - Sang Presiden Agung I
38 Chapter 38 - Sang Presiden Agung II
39 Chapter 39 - Sang Presiden Agung III
40 Chapter 40 - Sang Presiden Agung IV
41 Chapter 41 - Sang Presiden Agung V
42 Chapter 42 - Sang Presiden Agung VI
43 Chapter 43 - Pencarian
44 Chapter 44 - Nur Sang Penyembuh
45 Pengenalan Karakter
46 Chapter 45 - Rendy yang Bijaksana
47 Chapter 46 - Ardian Sang Pemikir
48 Chapter 47 - Beraksi Kembali
49 Chapter 48 - Sang Raja para Naga I
50 Chapter 49 - Sang Raja para Naga II
51 Chapter 50 - Sang Raja para Naga III
52 Chapter 51 - Sang Raja para Naga IV
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Chapter 1 - Kasus Pertama
2
Chapter 2 - Wanita Bergaun Putih
3
Chapter 3 - Kinanti
4
Chapter 4 - Musyawarah?
5
Chapter 5 - Keputusan
6
Chapter 6 - Kasus Selesai
7
Chapter 7 - Gedung Kutukan I
8
Chapter 8 - Gedung Kutukan II
9
Chapter 9 - Gedung Kutukan III
10
Chapter 10 - Gedung Kutukan IV
11
Chapter 11 - Gedung Kutukan V
12
Chapter 12 - Gedung Kutukan VI
13
Chapter 13 - Gedung Kutukan VII
14
Chapter 14 - Kasus Baru atau Kasus Selesai?
15
Chapter 15 - Empat Pemuda Semprul
16
Chapter 16 - Persiapan
17
Chapter 17 - Pintu Lingkar Pinus
18
Chapter 18 - Desa Lingkar Pinus
19
Chapter 19 - Qorin Terpisah?
20
Chapter 20 - Siap Tempur
21
Chapter 21 - Pertempuran Empat Arah Angin
22
Chapter 22 - Tingkat Ketiga, Penguasa Territorial
23
Chapter 23 - Titik Terang
24
Chapter 24 - Dua Kubu Bertemu
25
Chapter 25 - Investigasi Mandiri I
26
Chapter 26 - Investigasi Mandiri II
27
Chapter 27 - Investigasi Mandiri III
28
Chapter 28 - Investigasi Mandiri IV
29
Chapter 29 - Investigasi Mandiri V
30
Chapter 30 - Investigasi Mandiri VI
31
Chapter 31 - Investigasi Mandiri VII
32
Chapter 32 - Masalah I
33
Chapter 33 - Masalah II
34
Chapter 34 - Masalah III
35
Chapter 35 - Masalah IV
36
Chapter 36 - Masalah V
37
Chapter 37 - Sang Presiden Agung I
38
Chapter 38 - Sang Presiden Agung II
39
Chapter 39 - Sang Presiden Agung III
40
Chapter 40 - Sang Presiden Agung IV
41
Chapter 41 - Sang Presiden Agung V
42
Chapter 42 - Sang Presiden Agung VI
43
Chapter 43 - Pencarian
44
Chapter 44 - Nur Sang Penyembuh
45
Pengenalan Karakter
46
Chapter 45 - Rendy yang Bijaksana
47
Chapter 46 - Ardian Sang Pemikir
48
Chapter 47 - Beraksi Kembali
49
Chapter 48 - Sang Raja para Naga I
50
Chapter 49 - Sang Raja para Naga II
51
Chapter 50 - Sang Raja para Naga III
52
Chapter 51 - Sang Raja para Naga IV

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!