Mobil lamborghini berwarna kuning terparkir agak jauh dari kantor Samuel.
Soraya sengaja mengemudikan mobil sendirian saat dia berangkat ke kantor, beralasan memudahkan dirinya memantau gerakan para gangster lorong kucing dari kejauhan.
Pandangannya tertuju fokus keluar mobil.
"Hari yang panjang...", ucap Soraya sembari menatap keluar dari kaca mobil.
Rupanya anggota gangster lorong kucing telah pergi dari kantor.
Soraya meraih botol minuman yang dia bawa dari rumah, menenggaknya sembari terus mengawasi kantor Samuel yang sepi.
"Huah..., mereka telah pergi, apa aku sebaiknya menunggu", ucapnya.
Raymond dan lainnya telah tiba dikantor tapi mereka tidak tahu jika Soraya telah sampai didekat kantor.
Soraya melirik pelan kearah kotak berisi senjata api disampingnya lalu membukanya untuk mengambil senjatanya kemudian memeriksanya dengan cermat.
"Apa mereka sengaja memancing kerusuhan dikantor ?!" ucap Soraya yang masih memperhatikan area luar mobil.
Tampak Raymond memasuki kantor diikuti oleh yang lainnya.
Soraya sengaja tidak memberitahukan kedatangannya disini pada Raymond karena dia ingin tahu, perkembangan dikantor.
Sayangnya, para gangster lorong kucing tidak tampak disana.
Klek... ! Soraya mengganti magasin peluru pistolnya seraya memperhatikan kaca mobil yang tertutup.
"Kenapa mereka tidak ada ? Tidak mungkin jika Raymond berbohong dengan mengatakan gangster lorong kucing berencana menghancurkan kantor Samuel ?!" ucap Soraya.
Soraya masih memperhatikan halaman kantor. Dia memang berangkat dari rumah setelah Raymond dan lainnya pergi terlebih dulu darinya karena Soraya masih memeriksa mobil miliknya sebelum dia memakainya.
Masih tak terlihat tanda-tanda kedatangan para anggota gangster lorong kucing ke kantor Samuel.
Soraya meraih ponsel pribadinya lalu mencoba menghubungi Raymond.
"Kenapa mereka tidak ada ? Aku tidak melihat gangster itu dikantor, Raymond !" kata Soraya.
"Maaf, baru saja mereka pergi, petugas keamanan melaporkan pada kami bahwa anggota gangster lorong kucing pergi sejam yang lalu, bu Soraya", ucap Raymond yang terdengar suaranya dari balik ponsel.
Soraya segera menutup panggilan telponnya lalu kembali mengawasi halaman kantor Samuel.
"Apa mungkin mereka pergi karena tidak adanya kepastian tapi mereka adalah sekelompok penjahat dan pastinya mereka akan kembali kemari", ucap Soraya.
Soraya melihat sejumlah orang berseragam keamanan dikerahkan untuk berjaga-jaga diluar kantor.
Mereka membawa senjata api ditangan, mengantisipasi hal buruk yang bakal terjadi diarea kantor tempat kerja suaminya, yaitu Samuel oleh anggota gangster lorong kucing.
Soraya menghela nafas panjangnya sembari menenggak minumannya.
"Masih sepuluh menit, aku disini, kupikir aku masih baru saja berada ditempat ini", ucap Soraya.
Soraya menyandarkan punggungnya sembari terus mengawasi area luar dari kaca mobilnya.
Sengaja Soraya memang tidak turun dari mobil lamborghininya karena akan mempermudah baginya jika sekelompok anggota gangster lorong kucing itu datang sewaktu-waktu kemari.
Seandainya mereka datang maka Soraya akan mudah menyerang mereka dengan tiba-tiba.
Akhirnya Soraya melajukan mobil lamborghininya menuju kedepan kantor, seorang petugas keamanan segera menghadangnya dan mengetuk kaca mobilnya dari luar.
Soraya menurunkan kaca mobilnya saat petugas itu memintanya berhenti.
"Maaf, tidak diperkenankan mobil asing memasuki area kantor saat ini", ucap petugas itu.
Soraya tersenyum tipis setelah mendengar ucapan petugas tersebut.
"Tolong segera pergi dari kantor ini !" pinta petugas keamanan sembari mengarahkan Soraya kearah luar halaman kantor.
Tiba-tiba seorang laki-laki tampan berpenampilan gagah keluar dari dalam kantor lalu berjalan menghampiri mobil milik Soraya dan petugas keamanan yang berdiri didekatnya.
Raymond berjalan ke arah mobil milik Soraya yang terparkir diluar kantor.
"Biarkan mobil bu Soraya masuk ke tempat parkiran !" ucapnya lalu memberi hormat pada Soraya.
Petugas keamanan itu lalu menoleh kearah Raymond.
"Bu Soraya adalah istri pak Samuel pemilik kantor ini", sambung Raymond.
"Maaf, pak Raymond atas ketidaktahuan saya, karena saya tidak pernah melihat bu Soraya kekantor selama ini", sahut petugas keamanan itu sembari menunduk.
"Ya, bisa dimengerti jika kalian tidak mengetahuinya sebab bu Soraya memang tidak pernah kekantor jadi kalian tidak tahu siapa beliau", kata Raymond.
"Maaf, pak Raymond...", ucap petugas tersebut.
Raymond mengangguk pelan lalu menoleh kembali kearah Soraya.
"Maaf, bu Soraya telah terjadi kesalahpahaman, tolong dimengerti", ucap Raymond.
"Tidak apa-apa", sahut Soraya.
Soraya tersenyum ramah kepada Raymond serta petugas keamanan itu.
Namun, kata-kata mereka terdengar seperti sindiran untuknya karena dia sadar selama ini, Soraya memang tidak memperdulikan pekerjaan Samuel bahkan dia tidak pernah sama sekali menjenguk suaminya itu dikantor meski sekedar mengantarkan makanan buat Samuel, hal itu tidak pernah dilakukannya.
Soraya termenung sesaat lalu melirik kearah kantor.
"Dimana aku harus memarkir mobilku ?" tanyanya.
"Biarkan saya yang menunjukkan jalannya", sahut petugas keamanan seraya berjalan mendahului mobil milik Soraya.
Soraya menginjakkan pedal gas mobilnya perlahan-lahan menuju kearea parkiran yang ada dibawah gedung kantor.
Mobil mulai bergerak melambat menuju tempat parkiran.
Soraya memarkirkan mobil lamborghininya disisi dalam tempat parkiran sebelah ujung kiri, terdiam sejenak didalam mobil sembari termenung.
Masih ditelinganya, kata-kata Raymond dan petugas keamanan kantor terngiang-ngiang bahkan seolah-olah tidak pernah menghilang, melekat erat hingga kedalam hatinya.
Soraya tahu betul bahwa yang diucapkan oleh petugas keamanan itu memang benar adanya meski sebenarnya dia tidak terlalu suka mendengar alasan itu.
"Hufh..., benar-benar hari yang sangat menjemukan...", keluh Soraya lalu mematikan mesin mobilnya dan keluar dari dalam mobil.
Soraya membawa kotak senjata apinya sambil menenggak minumannya saat dia berjalan menuju kantor.
Tampak Raymond telah menunggunya didepan gedung kantor sembari bercakap-cakap dengan petugas keamanan.
"Apa aku boleh masuk kekantor sekarang ?" tanya Soraya.
"Ya, silahkan masuk, bu Soraya", sahut Raymond lalu membukakan pintu depan kantor.
"Aku sarankan pada kalian agar tidak berada didepan gedung kantor karena mereka pasti akan datang menyerang tempat ini jika kalian berdiri diluar", ucap Soraya.
"Kenapa bisa begitu, bu Soraya ?" tanya Raymond.
"Mereka adalah anggota gangster pastinya mereka tidak akan menjaga kesopanan saat datang kemari", sahut Soraya.
Soraya berhenti tepat didepan pintu masuk kantor sembari mengawasi area halaman.
"Biasanya mereka akan menyerang secara brutal jika melihat kantor dijaga dengan ketatnya, sebaiknya kalian berjaga-jaga dengan bersembunyi saat anggota gangster itu datang, kalian bisa langsung mengepung mereka", kata Soraya.
Raymond menyimak ucapan Soraya dengan serius.
"Sebaiknya kita ikuti saran bu Soraya !" Raymond mengedarkan pandangannya kearah halaman sekitarnya lalu menoleh kembali kearah Soraya.
"Kau tahu jika mereka adalah gangster, tidak ada cara lain bagi mereka selain kekerasan", ucap Soraya.
"Bisa dipahami jika hal itu mereka lakukan", kata Raymond.
"Apapun yang terjadi kita harus ekstra siap-siap saat musuh datang menyerang karena aku yakin, anggota gangster itu akan datang kembali dalam jumlah yang banyak dari sebelumnya", sambung Soraya.
"Apa kita perlu melaporkan masalah ini pada polisi kota ?" tanya Raymond.
"Kurasa akan lama prosedurnya, untuk laporannya kita tangguhkan sampai bukti penyerangan gangster lorong kucing bisa kita dapatkan", sahut Soraya.
"Bukti ?" ucap Raymond sembari mengerutkan keningnya.
"Ya, benar, bukti, kita tidak pernah merekam tindakan mereka terhadap kejahatan yang mereka lakukan pada Samuel, sebab itulah kita tidak bisa melaporkan perbuatan gangster lorong kucing pada pihak kepolisian", sahut Soraya.
"Tapi bukti penyiksaan terhadap pak Samuel ada dan dia dirawat dirumah sakit karena faktor itu", kata Raymond.
"Hanya bukti visum bukan bukti secara real !" kata Soraya.
Raymond mendengus kesal lalu memalingkan mukanya kearah lain terlihat dia sedang marah.
"Tidak ada bukti otentik yang menyatakan bahwa gangster lorong kucing itu melakukan tindakan kekerasan pada Samuel ataupun melakukan ancaman pada tempat kerja ini sehingga laporan bisa saja ditangguhkan sebagai pencemaran nama baik dan dapat dikategorikan sebagai kecelakaan saja", ucap Soraya.
"Tapi ada bukti rekaman CCTV disekitar tempat kejadian", sanggah Raymond.
"Jika mereka tidak melenyapkannya terlebih dahulu", sahut Soraya seraya menatap tajam.
"Tuhan...", ucap Raymond berseru pelan.
"Bahkan keadilan bisa dibeli hanya dengan selembar cek", sambung Soraya sembari tersenyum sinis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments