Bab17
Alya menanggapi penawaran Andre dengan senyum kecil. “Mungkin. Aku belum ada rencana sih, tapi ibuku masih di sini. Aku lebih ingin menghabiskan waktu bersama Ibu.”
Alya yang tegas, dia tidak akan merasa tidak enak saat menolak sesuatu yang membuat dia tidak nyaman. Andre memang baik, tapi Alya tidak mau terlalu dekat. Dia tidak ingin mendapat masalah karena pacaran. Alya ingin mengejar cita-cita dulu. Makanya dia rajin belajar, fokus, karena itulah cara utama mengejar cita-citanya.
Andre melanjutkan dengan hati-hati, “Kamu tahu, aku sering denger dari teman-teman kalau kamu itu luar biasa. Aku kira itu bukan hanya tentang prestasi di sekolah, tapi juga tentang caramu menghadapi segala sesuatu.”
Alya merasa agak bingung dengan komentar itu. “Terima kasih. Aku cuma berusaha lakukan yang terbaik aja.”
Andre melirik Alya dari sudut matanya, mencoba menyelipkan kode dengan lebih jelas. “Kamu tahu, banyak orang yang suka sama kamu. Aku cuma pengen bilang, aku paham kenapa mereka merasa begitu. Kamu memang punya sesuatu yang istimewa.”
Alya menoleh, masih tidak terlalu paham arah percakapan Andre. “Hmm, jadi maksudmu?”
Andre menggelengkan kepala seolah mencoba menyembunyikan kegugupan. “Enggak, Cuma... kadang aku merasa, kalau kamu tahu betapa banyak orang yang mengagumi kamu, kamu mungkin lebih percaya diri. Maksudku, kamu layak mendapatkan semua itu.”
Alya tersenyum, merasa sedikit tidak nyaman dengan pujian yang tidak langsung. “Well, terima kasih, Andre. Aku cuma berusaha menjadi diri sendiri, kok.”
Andre tersenyum, sedikit lega. “Ya, itu yang aku suka dari kamu. Kamu selalu bisa jadi diri sendiri.”
Saat mobil melaju memasuki area jalan menuju rumah bibinya Alya, Andre menambahkan dengan nada lebih lembut, “Kita sampai. Aku harap hari ini kamu merasa lebih baik. Kalau butuh teman ngobrol atau apa pun, aku selalu siap kok.”
Alya mengangguk, merasa terhibur dengan perhatian Andre, meski dia masih merasa bingung dengan semua pujian dan sepertinya dari ucapan-ucapan Andre tadi, dia bermain kode. Namun, Alya tidak mudah tersipu. Siapa tahu itu hanya perasaan Alya saja, jangan terbawa suasana.
“Terima kasih, Andre,” hanya itu yang keluar dari mulut Alya.
“Oh, ya. Boleh aku mampir?”
Alya bingung menjawab permintaan Andre. Namun, dia tidak mungkin menolak jika Andre saja memintanya dengan baik. “B-boleh,” jawab Alya dengan agak gugup.
Setelah Andre dan Alya tiba di rumah bibinya, mereka berdua keluar dari mobil. Andre tersenyum pada Alya, berharap dia merasa lebih baik. Alya mengangguk pelan, lalu mereka berjalan menuju pintu rumah. Ibu Alya, yang masih berada di rumah bibinya, menyambut mereka dengan senyum hangat.
“Andre?" Ibunya Alya menyambut di pintu dan terdiam sejenak. "Kamu anaknya Bu Retno, kan? Sahabat Ibu yang kemarin datang itu?” lanjut Ibunya Alya, Bu Santi, menyapa dengan ramah.
Andre mengangguk sambil tersenyum. “Iya, Tante. Senang bisa bertemu lagi.”
Mereka bertiga masuk ke dalam rumah. Bu Santi menuntun mereka ke ruang tamu dan mempersilakan duduk. Alya merasa agak canggung, tapi Andre tampak tenang. Dia menaruh tasnya di lantai dan duduk di sofa, sementara Bu Santi mengambilkan minuman untuk mereka.
“Iya Andre, terakhir ketemu waktu kamu ulang tahun pas SD. Kok kamu masih inget aja."
"Pasti ingat dong, Tant. Soalnya Tante yang kasih Andre kado paling bagus. Mama bilang, dari Tante Santi. Jadi Andre inget terus," ucap Andre dengan sedikit tawa lirih.
"Iya Ndre, Tante sebenarnya bingung mau kasih kado apa waktu itu. Mamamu itu sudah lama banget temanan sama Tante,” Bu Santi mulai bercerita sambil meletakkan gelas-gelas di meja. “Dulu kita sering main bareng waktu masih sekolah. Ah, waktu cepat sekali berlalu ya.”
Andre tersenyum, mengingat cerita-cerita ibunya tentang masa sekolahnya. “Iya, Mama juga sering cerita tentang masa-masa itu. Katanya, Tante sama mama dulu selalu bersama.”
Bu Santi tertawa kecil. “Iya, betul. Kita selalu ada di setiap acara sekolah, bahkan sering belajar bareng di rumah. Ah, jadi kangen masa-masa itu.”
Alya duduk di samping ibunya, mendengarkan dengan penuh perhatian. Dia baru tahu banyak tentang persahabatan ibunya dengan ibunya Andre. “Ibu nggak pernah cerita banyak tentang itu,” kata Alya pelan.
Bu Santi mengangguk. “Iya, soalnya kamu masih kecil waktu Tante Retno pindah ke luar kota. Kita jarang ketemu sejak itu.”
Andre menambahkan, “Mama juga sering bilang kangen sama Tante Santi. Makanya, waktu tahu bisa ketemu lagi, Mama senang banget.”
Obrolan terus berlanjut, suasananya hangat dan penuh tawa. Bu Santi dan Andre saling berbagi cerita tentang keluarga dan kehidupan mereka saat ini. Alya merasa sedikit lega, meski masih ada sedikit rasa malu dari kejadian tadi di sekolah.
“Andre, kapan-kapan main ke rumah Tante lagi ya. Biar kita bisa ngobrol lebih banyak,” kata Bu Santi dengan senyum.
“Siap, Tante. Pasti aku main lagi,” jawab Andre sambil mengangguk.
Setelah cukup lama, Andre berpamitan untuk pulang kepada Bu Santi dan Alya. Ia tersenyum sopan dan berkata, “Saya pamit dulu ya, Tante. Terima kasih untuk waktunya.”
Bu Santi mengangguk sambil tersenyum hangat. “Iya, hati-hati di jalan, Andre. Sampai ketemu lagi.”
Andre menoleh ke Alya, tersenyum lemah. “Alya, sampai ketemu besok di sekolah.”
Alya balas tersenyum kecil. “Iya, sampai besok, Andre.”
Andre pun berjalan keluar, meninggalkan rumah Alya dengan perasaan campur aduk. Dia senang bisa menghabiskan waktu bersama Alya, tapi juga merasa sedikit gugup dengan semua kode yang dia berikan. Dia berharap Alya mengerti perasaannya tanpa perlu dia ungkapkan secara langsung.
Setelah Andre pergi, Alya merasa lega namun juga masih banyak pikiran yang berkecamuk di benaknya. Ia duduk di sofa, merenung sejenak. Ibunya, yang memperhatikan wajah putrinya yang tampak bingung, mendekat dan duduk di sampingnya.
“Bu, Andre tadi bilang kalau dia sering dengar cerita tentang kita dari Ibunya. Apa benar dia juga dijodohkan denganku?” Alya bertanya dengan suara pelan, nyaris berbisik.
Bu Santi tersenyum lembut, menenangkan anaknya dengan tatapan penuh kasih. “Alya, tidak usah terlalu dipikirkan soal perjodohan itu. Yang penting, kamu fokus dulu pada sekolahmu. Prestasi yang baik akan membawamu pada masa depan yang cerah.”
Alya mengangguk, meski hatinya masih penuh tanda tanya. “Jadi, siapa sebenarnya yang dijodohkan denganku, Bu?”
Bu Santi mengelus rambut Alya dengan penuh kasih sayang. “Jodohmu nanti akan datang sendiri, sayang. Kamu tidak perlu khawatir tentang itu sekarang. Fokus saja pada dirimu sendiri dan apa yang kamu impikan.”
Alya mencoba tersenyum, tapi masih ada kebingungan yang tersisa. “Iya, Ibu. Aku coba nggak mikirin itu dulu.”
Bu Santi tersenyum dan memeluk Alya. “Yang penting, kamu tetap jadi Alya yang pintar dan baik hati. Itu sudah cukup untuk Ibu dan Ayah.”
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments