Salah Sangka

Bab18

Malam itu, Alya berbaring di tempat tidurnya, pikirannya masih dipenuhi oleh pertanyaan tentang perjodohan. Ia merasa tertekan dengan situasi yang ada, namun ia tahu bahwa ibunya benar. Ia harus fokus pada sekolah dan masa depannya.

Keesokan harinya di sekolah, Alya berusaha menjalani hari-harinya seperti biasa. Namun, di dalam hatinya, ada rasa cemas dan bingung yang terus menghantui. Dia berusaha mengalihkan pikirannya dengan belajar dan bergaul dengan teman-temannya.

Saat dia berjalan menuju kelas bersama Lita, pikiran tentang perjodohan itu kembali muncul. “Kamu kelihatan murung, Alya. Ada apa?” tanya Lita dengan cemas.

Alya menggelengkan kepala dan mencoba tersenyum. “Nggak apa-apa, Lit. Aku Cuma lagi banyak pikiran aja.”

Lita mengangguk mengerti. “Kalau butuh cerita, aku selalu ada buat kamu, Alya. Kita udah berteman lama, kamu masih aja tertutup."

Alya merasa sedikit lebih lega dengan kehadiran sahabatnya. “Iya, terima kasih, Lita. Kamu sahabat yang baik. Serius gak ada sesuatu yang penting."

Hari-hari Alya terus berjalan dengan berbagai aktivitas sekolah dan pertemanannya. Meski begitu, bayangan tentang siapa yang dijodohkan dengannya tetap saja membayangi pikirannya. Ia tahu, hanya waktu yang bisa menjawab semua pertanyaan itu.

Di sekolah, ada tugas baru dari guru untuk membuat kerajinan dari barang bekas, dan tugas ini harus dilakukan dalam kelompok. Alya yang biasanya bekerja satu kelompok dengan Bimo, kini terlihat bergabung dengan kelompok Arga. Bimo merasa bingung dan sedikit khawatir. Dia tidak bisa mengerti kenapa Alya tiba-tiba menghindarinya.

Saat bel pulang berbunyi, murid-murid keluar kelas dengan riang. Alya, Lita, Arga, dan dua teman lainnya bersiap-siap untuk pulang bersama ke rumah Arga. Arga masih menggunakan kursi roda karena kakinya belum sepenuhnya sembuh dari kecelakaan beberapa waktu lalu.

Di halaman sekolah, Bimo menghampiri Alya dengan raut wajah serius. “Alya, kenapa kamu pindah kelompok? Kita kan biasanya bareng.”

Alya tersenyum tipis, mencoba terlihat santai. “Em ... Aku. Aku dipindahkan oleh Bu Guru ke kelompok Arga. Kata Bu Guru sebagai pengganti Arga yang gak bisa koordinir dengan baik, karena belum pulih keadaannya."

Bimo mengernyit, merasa ada yang disembunyikan oleh Alya. Namun, dia tidak ingin memaksakan pertanyaannya lebih jauh. “Oh, yaudah. Semoga sukses ya sama kelompok barumu.”

Alya hanya mengangguk, lalu berbalik bersama Lita dan teman-teman lainnya menuju rumah Arga. Di perjalanan, mereka mengobrol ringan tentang proyek kerajinan yang harus mereka kerjakan.

Tentang pindah grup, Alya memang bohong. Sebenarnya Alya sendiri yang meminta pindah. Alasannya memang karena Arga belum pulih. Namun, alasan sebenarnya Alya ingin jaga jarak dari Bimo.

Saat mereka tiba di rumah Arga, suasana langsung berubah. Rumah Arga besar dan nyaman, dengan halaman yang luas dan penuh tanaman hijau. Ibunya Arga, Bu Mira, menyambut mereka dengan hangat.

“Selamat datang, anak-anak! Silakan masuk. Arga ajak teman-temanmu ke dalam,” kata Bu Mira sambil tersenyum.

Mereka masuk ke ruang tamu yang luas. Arga sudah duduk di kursi rodanya dengan senyum lebar di wajahnya. “Ayo, kita mulai kumpulin barang-barangnya dulu,” katanya semangat.

Mereka menulis dulu barang apa saja yang dibutuhkan, kemudian mencarinya di mana pun. Alya, Lita, dan teman-teman lainnya mulai mengumpulkan barang-barang bekas yang ada di rumah Arga. Mereka menemukan kardus, botol plastik, kain bekas, dan berbagai barang lain yang bisa mereka gunakan.

“Ini banyak banget barang-barang bekasnya. Kita bisa bikin apa aja dari sini?” tanya Lita sambil memegang botol plastik.

Arga tersenyum. “Kita bisa bikin vas bunga dari botol plastik, tempat pensil dari kardus, dan kain bekas bisa kita jadikan hiasan.”

Alya mengangguk setuju. “Iya, aku setuju. Kita bisa mulai dari yang sederhana dulu.”

Mereka mulai bekerja dengan antusias, membagi tugas dan saling membantu. Alya merasa sedikit lega bisa fokus pada tugas ini, meskipun masih ada sedikit rasa bersalah karena menghindari Bimo. Namun, dia tahu dia perlu waktu untuk memikirkan semuanya.

Beberapa hari kemudian, mereka masih terus bekerja keras di rumah Arga setelah pulang sekolah. Setiap sore, mereka berkumpul di ruang tamu dan mulai mengerjakan proyek mereka.

Suatu hari, saat mereka sedang sibuk bekerja, Bimo muncul di depan pintu rumah Arga. Dia membawa beberapa barang bekas yang dia kumpulkan sendiri. "Hai Bimo, sini," ajak Arga.

Alya terkejut melihat Bimo datang. “Oh, makasih, Bim. Ini pasti berguna banget.”

Bimo hanya mengangguk dan menyerahkan barang-barangnya. Dia lalu duduk di sofa dan memperhatikan mereka bekerja. Sesekali dia membantu, tapi lebih banyak diam sambil memperhatikan Alya. Untungnya tugas kelompoknya Bimo sudah selesai. Jadi dia bisa ikut melihat kelompok Arga.

"Bimo, kamu kok tahu kita kekurangan bahan-bahan," tanya Lita, sambil tangannya sibuk dengan prakarya.

"Aku yang memintanya Ta. Kebetulan barang ini juga digunakan kelompok Bimo. Kita hanya butuh beberapa untuk pelengkap aja," Arga menimpali dan menjelaskan.

Alya merasa canggung dengan kehadiran Bimo. Dia tahu Bimo pasti merasa ada yang aneh dengan sikapnya. Namun, dia tidak tahu bagaimana cara menjelaskan semuanya tanpa membuat situasi semakin rumit.

Menjelang malam, mereka berhenti sejenak untuk istirahat. Bu Mira membawa minuman dan kue-kue untuk mereka. Saat mereka duduk dan menikmati camilan, Bimo akhirnya membuka suara. “Alya, ada yang mau aku bicarakan sama kamu. Bisa sebentar aja?”

Alya merasa jantungnya berdebar. Dia tahu pembicaraan ini tidak bisa dihindari. “Iya, boleh,” jawabnya pelan.

Mereka keluar ke teras depan rumah Arga. Suasana di luar cukup tenang, dengan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Bimo memulai pembicaraan dengan hati-hati. “Alya, kamu kayaknya lagi ngejauh dari aku. Apa ada yang salah?”

Alya menghela napas panjang. “Bim, aku Cuma butuh waktu buat mikirin semuanya. Soal perjodohan itu, aku merasa terbebani.”

Bimo terdiam sejenak, lalu tersenyum lemah. “Perjodohan? Maksudmu apa Alya?"

Alya malah bengong dan berpikir, 'Bimo tidak tahu perjodohan itu?' Alya merasa malu.

"Sudahlah lupakan. Aku sedang kurang sehat aja," ucap Alya sambil berlalu masuk.

Bimo tetap memperhatikan Alya saat mereka kembali ke dalam rumah. Meski Alya berusaha bersikap seperti biasa, Bimo merasa ada sesuatu yang berbeda. Namun, dia memilih untuk tidak menekannya lebih jauh. Mereka melanjutkan pekerjaan kerajinan tangan mereka dengan semangat, mencoba menyelesaikan proyek tersebut sebelum malam tiba.

Sekitar pukul 7 malam, mereka akhirnya menyelesaikan pekerjaan mereka. Ruang tamu rumah Arga dipenuhi dengan hasil kerajinan tangan dari barang bekas yang tampak kreatif dan menarik. Semua merasa bangga dengan hasil kerja mereka.

“Akhirnya selesai juga,” kata Arga dengan senyum puas. “Terima kasih banyak, semuanya.”

Lita menepuk bahu Arga. “Kita tim yang hebat, Arga.”

Namun, ketika mereka bersiap-siap untuk pulang, masalah baru muncul. Sopir Arga sedang keluar karena ada urusan mendadak, dan Lita juga belum dijemput.

“Aku bisa pulang nanti, sopirku akan segera datang setelah urusannya selesai,” kata Lita santai.

Alya merasa cemas. “Tapi aku harus pulang sekarang, nanti ibuku khawatir.”

Bimo yang mendengar percakapan itu segera menawarkan bantuan. “Aku bisa antar kamu, Alya. Nggak masalah kok.”

Alya terlihat ragu sejenak, tapi kemudian mengangguk. “Oke, terima kasih, Bim.”

Bersambung....

Episodes
1 Prolog
2 Panas Geng Syantik
3 Hari Pertama Penuh Ancaman
4 Semakin Dekat Semakin Dibenci
5 Geng Syantik Kalap
6 Usaha Selalu Gagal
7 Lolos Dari Penculikan
8 Memilih Kamu
9 Bisa-Bisanya Dijodohkan
10 Cemburu Diam-Diam
11 Rahasia Berdua
12 Rencana Pertama
13 Benar Perjodohan itu
14 Malam Pesta Sekolah Tiba
15 Cemburu dan Hukuman
16 Butuh Bukti Lagi
17 Bimo Mulai Menyebalkan
18 Berbincang dengan Calon Besan
19 Salah Sangka
20 Pesona Tersembunyi dari Bimo
21 Waktu Begitu Cepat
22 Rindu Rahasia
23 Malam Pertama Syahdu
24 Bulan Madu London
25 Melihat Bimo
26 Terluka Tapi Bahagia
27 Dilema Anak + Suami
28 Bimo Mencari Alya
29 Alya Bertemu Bimo
30 Awas Selingkuh
31 Masih Rindu
32 Teman Dekat Wanita
33 Reuni Sekolah Gemilang
34 Bukan Sekedar Teman
35 Cinta atau Bukan?
36 Tidak Jujur Pada Perasaan
37 Prahara Rina dan Andre
38 Jadi Kambing Conge
39 Dendam Teman Lama
40 Kesepakatan
41 Strategi Jebakan
42 Siasat Rina
43 Interogasi Alya dan Bimo
44 Saling Terbuka
45 Gangguan Hati
46 Menurut Rina
47 Momen Kejutan
48 Kabar Baik dan Buruk
49 Kedatangan Lagi Ibu Mertua
50 Kembali Tekanan Mertua
51 Berusaha Adil
52 Semakin Hilang
53 Salah Paham
54 Ketegangan dan Ketergantungan
55 Pulang ke Rumah Orang Tua
56 Kejutan tak Terduga
57 Kembali ke Rumah
58 Menghadapi Kebenaran
59 Konfrontasi dan Ketegangan
60 Ketegangan Baru
61 Pertarungan di Rumah
62 Keberanian di Tengah Kesulitan
63 Bukti Kecurigaan
64 Langkah Keberanian
65 64 Momen Penentu
66 Keputusan dan Perpisahan
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Prolog
2
Panas Geng Syantik
3
Hari Pertama Penuh Ancaman
4
Semakin Dekat Semakin Dibenci
5
Geng Syantik Kalap
6
Usaha Selalu Gagal
7
Lolos Dari Penculikan
8
Memilih Kamu
9
Bisa-Bisanya Dijodohkan
10
Cemburu Diam-Diam
11
Rahasia Berdua
12
Rencana Pertama
13
Benar Perjodohan itu
14
Malam Pesta Sekolah Tiba
15
Cemburu dan Hukuman
16
Butuh Bukti Lagi
17
Bimo Mulai Menyebalkan
18
Berbincang dengan Calon Besan
19
Salah Sangka
20
Pesona Tersembunyi dari Bimo
21
Waktu Begitu Cepat
22
Rindu Rahasia
23
Malam Pertama Syahdu
24
Bulan Madu London
25
Melihat Bimo
26
Terluka Tapi Bahagia
27
Dilema Anak + Suami
28
Bimo Mencari Alya
29
Alya Bertemu Bimo
30
Awas Selingkuh
31
Masih Rindu
32
Teman Dekat Wanita
33
Reuni Sekolah Gemilang
34
Bukan Sekedar Teman
35
Cinta atau Bukan?
36
Tidak Jujur Pada Perasaan
37
Prahara Rina dan Andre
38
Jadi Kambing Conge
39
Dendam Teman Lama
40
Kesepakatan
41
Strategi Jebakan
42
Siasat Rina
43
Interogasi Alya dan Bimo
44
Saling Terbuka
45
Gangguan Hati
46
Menurut Rina
47
Momen Kejutan
48
Kabar Baik dan Buruk
49
Kedatangan Lagi Ibu Mertua
50
Kembali Tekanan Mertua
51
Berusaha Adil
52
Semakin Hilang
53
Salah Paham
54
Ketegangan dan Ketergantungan
55
Pulang ke Rumah Orang Tua
56
Kejutan tak Terduga
57
Kembali ke Rumah
58
Menghadapi Kebenaran
59
Konfrontasi dan Ketegangan
60
Ketegangan Baru
61
Pertarungan di Rumah
62
Keberanian di Tengah Kesulitan
63
Bukti Kecurigaan
64
Langkah Keberanian
65
64 Momen Penentu
66
Keputusan dan Perpisahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!