[Beruang Cokelat (Ursus Arctos), merupakan keluarga Ursidae, panjang tubuh mereka berkisar antara 1,4 hingga 2,8 meter dengan berat antara 80 hingga 600 kg. Umumnya ukuran jantan lebih besar dibandingkan ukuran beruang cokelat betina.]
[Mereka memiliki bulu cokelat yang dapat bervariasi dari cokelat muda hingga cokelat tua, bahkan hitam. Beberapa memiliki tanda putih atau kekuningan di dada mereka. Tubuh beruang cokelat besar dan berotot dengan kaki kuat dan lebar, kepalanya besar dengan moncong yang panjang.]
[Kuku mereka panjang dan melengkung berguna untuk menggali dan menangkap mangsa, serta memiliki gigi taring yang besar dan kuat untuk memakan berbagai jenis makanan. Beruang cokelat masuk ke dalam periode hibernasi selama musim dingin, di mana mereka tinggal di sarang atau gua untuk melindungi diri. Mereka dapat ditemukan di hutan, pegunungan, padang rumput dan tundra.]
Nova mengeratkan tombak yang digenggamnya, jujur saja ini menakutkan. Namun, ia tidak mau harus kehilangan bahan selimut untuk musim dingin mereka.
“Apakah ini sudah waktunya bagi mereka untuk hibernasi?” tanya Indra setengah berbisik.
“Aku yakin tidak begitu, musim panas hampir berakhir jadi tidak mungkin mereka hibernasi secepat itu,” terang Nova. Mereka masih sibuk mengintai dari kejauhan. Ragu untuk keluar secepatnya.
Ukuran tubuh beruang cokelat yang dua kali lebih besar dari ukuran tubuh mereka meragukan keberanian yang susah payah mereka kumpulkan untuk muncul dan bertarung.
“Apakah mereka datang ke hutan bambu karena mencium bau si putih?” Nova sama sekali tidak mengalihkan perhatiannya dari tiga ekor beruang cokelat yang tampak tengah mengendus sesuatu dari tanah.
Indra memandang Nova dengan dahi berkerut, kemunculan sekelompok beruang cokelat sudah cukup membingungkan dan sekarang ia malah dibuat bingung dengan siapa itu si putih.
“Siapa?” tanya Indra pada akhirnya karena tidak dapat menahan rasa penasarannya.
Nova menoleh, sadar kalau ia belum memberitahu Indra tentang hal itu.
“Siapa yang kau maksud si putih itu?” ulang Indra setengah berbisik.
“Tentu saja Harimau Putih yang sedang berjemur di sana,” terang Nova sambil menunjuk seekor harimau yang tengah tertidur di bawah cahaya matahari, tanpa repot memutar wajahnya ke belakang.
“Kau memberinya nama?”
“Ya, bukankah namanya bagus?”
“Tidak bisakah sedikit lebih keren?”
“Si Putih itu nama yang sangat keren tahu,” jawab Nova sedikit nyaring agar Indra berhenti bertanya. Ia sudah mendiskusikan tentang nama kepada harimau putih itu, meskipun hanya dibalas geraman ringan masa bodoh oleh sang raja hutan.
“Lupakan itu, mari pergi dari sini.” Indra sudah bersiap melarikan diri, tetapi Nova menarik ujung celananya.
“Tidak, mari tangkap itu.”
“Itu namanya bunuh diri,” tolak Indra.
“Maka buat rencana.”
Cukup lama Nova dan Indra mengamati tiga ekor beruang cokelat yang hanya diam saja di hutan bambu tanpa melakukan apapun, selain mengendus tanah atau batang bambu.
Nova tidak bisa melakukan apapun karena Indra melarangnya, tanpa sebuah rencana yang matang mustahil untuk menangkap mereka.
Beberapa jam kemudian mereka akhirnya bergerak dan pergi dari tempat itu. Indra akhirnya dapat bernapas lega, sedangkan Nova mendesah sedih.
Mereka baru kembali ke kamp di saat matahari hampir terbenam. Langit tampak semakin gelap oleh awan mendung. Mereka bergerak secepat mungkin agar tidak kehujanan. Bisa dalam masalah kalau mereka sampai kehujanan dan berakhir demam.
Maka hal buruk pasti terjadi.
“Apa yang membuat kalian begitu lama?” tanya Siska yang menyambut kedatangan mereka. Nova dan Indra masuk ke dalam gua dan mulai melucuti barang bawaan mereka.
“Oh, Sis. Kau pasti senang mengetahui apa yang kami temukan.” Nova mendekati Siska dengan senyum yang mengembang.
“Kalau kita berhasil mendapatkannya mungkin kita tidak harus khawatir akan kedinginan,” lanjutnya.
Siska yang menjadi bersemangat atas hal yang belum diketahui lantas mendekati Nova. “Apa kita akan punya pakaian ganti sekarang?” desak Siska.
“Pakaian musim dingin dan selimut.”
Silva masuk ke gua sambil membawa peralatan makan mereka. “Apa kalian menemukan hal menarik, Nova?”
“Hal menarik apanya, kami bertemu dengan sekelompok beruang cokelat,” sela Indra dengan mata menatap tajam api merah yang berderak.
Pikirannya tengah kalut memikirkan kalau-kalau beruang cokelat itu akan datang ke kamp mereka dan merebut gua yang mereka tempati. Dia tidak mau kalau sesuatu yang buruk terjadi dengan teman-temannya.
“Eh, emangnya beruang cokelat makan bambu? Bukankah mereka makan ikan?”
Siska yang tampaknya tidak mengerti malah mengajukan pertanyaan dengan wajah polos.
Nova mengambil alih peralatan makan dari Silva dan menghampiri Indra di depan perapian. Angin berembus kuat, menciptakan rasa dingin yang menggigit.
“Seperti mereka terusir dari sarang mereka dan datang ke hutan bambu. Akan berbahaya kalau sampai mereka menemukan kamp kita, aku berpikir untuk membuat semacam pagar yang berfungsi menghalau hewan buas masuk. Namun, saat ini terlalu mustahil dengan jumlah kita. Aku masih ingin fokus dalam mengumpulkan pasokan makanan.”
“Bukankah makanan yang kita dapatkan sudah lebih dari cukup?”
“Tidak. Itu jauh dari kata cukup. Musim dingin akan segera datang, dan kita tidak tahu apakah pergantian musim di pulau ini seperti apa,” terang Nova.
Di kamp, mereka memang punya beberapa makanan. Saat ini bahan pangan yang mereka miliki selain buah apel, pisang dan rasberry.
Mereka juga memiliki ikan dan beberapa ayam hutan yang mereka pelihara. Ditambah dengan kehadiran satu keluarga kelinci yang mereka tangkap beberapa hari lalu.
Di saat mereka tengah berdiskusi, Dina dan yang lainnya masuk ke gua dengan membawa makan malam mereka.
“Apa yang kalian bicarakan sampai seserius itu?” tanya Taki setelah meletakkan sepanci besar ayam rebus, diikuti oleh Ogy dan lainnya yang meletakkan lauk pauk mereka.
“Hanya membahas hal kecil,” timpal Nova tidak ingin melanjutkan pembahasan mereka yang sedikit berat. Ia ingin semua orang makan malam dengan tenang, tanpa memikirkan hal lain.
Mereka pun makan malam ditemani oleh desakan angin kencang yang membawa hawa dingin. Hujan mulai turun dan semakin deras beserta dengan guntur dan petir yang terus menyambar. Tidak mau mati kedinginan oleh badai malam itu mereka semakin masuk ke dalam gua dan berkumpul di ruang tengah.
Setelah sedikit bergurau dan mendiskusikan pekerjaan yang akan mereka lakukan besok, Nova dan lainnya memutuskan untuk tidur dan berharap badai akan segera berhenti.
Dalam kegelapan malam yang menyeramkan, disertai hujan deras yang tampak tak mau berhenti. Sepasang mata biru yang menyala terang dalam gelap menatap mata tajam sebuah gua yang ada di depannya.
Kilat menyambar, diikuti oleh suara gemuruh yang saling bersahut-sahutan, memekakkan telinga. Menampakkan siluet makhluk besar berkaki empat yang mengintai dalam kegelapan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Tanpa Nama
up
2024-07-20
0