Ada Ayam!

Seperti bertemu durian runtuh, kelompok Nova akhirnya menemukan sesuatu yang baru. Nova tidak bisa membohongi dirinya sendiri begitu melihat hewan itu.

“Bukankah itu adalah ayam?!” teriak Ogy kaget.

“Tidak ku sangka di tempat seperti ini ada ayam, aku benar-benar sangat ingin memakan itu,” timpal Taki.

Nova merasa sangat bersyukur dapat menemukan Ayam di pulau terpencil ini.

[Ayam Hutan nama latinnya adalah Gallus gallus, termasuk dalam keluarga Phasianidae dan ordo Galliformes. Sering disebut sebagai ayam hutan merah. Merupakan nenak moyang dari ayam kampung, terkenal karena bulu-bulu jantannya yang berwarna cerah dan ekor yang panjang dan melengkung. Ayam Hutan adalah hewan yang sangat waspada dan cepat. Mereka dapat terbang dalam jarak pendek dan lebih suka bersembunyi di semak-semak atau pohon ketika terancam. Mereka cenderung mendiami daerah hutan yang lebat dengan banyak semak untuk bersembunyi dan mencar makanan seperti biji-biji, serangga dan hewan kecil.]

“Tunggu apa lagi, ayo segera tangkap!” Taki sudah bersiap untuk mengambil ancang-ancang menangkap ayam.

“Aku tahu kau gesit, tapi itu sia-sia saja karena kita tidak bisa menangkapnya dengan tangan kosong. Mereka sangat handal dan lincah. Karena itu aku berencana untuk membuat perangkap saja,” ujar Nova.

Nova kepikiran beberapa perangkap yang dapat mereka buat untuk menangkap ayam hutan.

“Yah, pertama mari kita lihat jalur yang sering mereka lewati.” Nova mengajak yang lainnya untuk mengamati ayam hutan dengan hati-hati.

Setelah mengecek mereka beberapa menit, Nova dan lainnya melihat beberapa kelompok ayam hutan. “Kalau begini, kami bisa menangkap mereka untuk dipelihara juga,” ungkapnya dalam hati.

Nova berencana untuk membuat dua jenis perangkap berbeda. “Dina dan Tasya tolong kumpulkan kayu dengan ukuran yang sama sebanyak mungkin. Taki dan Ogy, bantu aku memotong bambu ini.”

Mereka tidak tahu apa yang Nova rencanakan, tetapi mereka tetap melakukan apa yang Nova minta.

“Kami sudah mengumpulkan semuanya, sekarang apa?” tanya Tasya.

“Pertama aku akan membuat Snare Trap. Ini adalah jenis jebakan sederhana yang hanya perlu menggunakan tali dan batang kayu. Pertama kita buat lingkaran dari tali berdiameter sekitar 20-30 sentimeter. Lalu tempelkan ujung lingkaran ke sebuah cabang pohon yang kuat, selain itu kita harus memastikan kalau lingkarannya menggantung bebas di jalur ayam hutan. Gunakan tongkat kecil sebagai pemicu yang akan mengencangkan lingkaran saat ayam hutan melangkah ke dalamnya.” Nova menjelaskan dengan seksama agar teman-temannya bisa membuat hal yang sama untuk dilakukannya.

Ia lalu meminta mereka membagi dua kelompok untuk membuat jebakan sederhana yang tadi dia contohkan.

Selagi menunggu teman-temannya selesai, Nova membuat jebakan lain. “Sekarang aku akan membuat Jebakan Kurungan,” ucapnya.

Ia mengambil bambu yang sudah dipotong-potong, juga kayu dengan ukuran yang sama untuk dibuat kerangka kurungan. Sayangnya Nova tidak memiliki jaring untuk menutupi kerangka, jadi ia hanya membuat kurungan dengan celah sekecil mungkin.

Nova sengaja membuat salah satu sisi kerangka terbuka untuk dijadikan pintu masuknya. Setelah menyelesaikan perangkap itu, Nova meletakkan buah sebagai umpan.

“Baiklah, mari istirahat sebentar dan menunggu mereka kembali,” ujar Nova.

Orang pertama yang Nova lihat adalah Tasya dan Dina. Sepertinya kelompok Taki dan Ogy belum menyelesaikan pekerjaan mereka.

Tasya menghampiri Nova, ia tidak berhenti tersenyum karena apa yang baru saja ia temukan bersama dengan Dina.

“Kak Nova kau tidak akan percaya apa yang kami jumpai.”

“Oh, apa kalian menemukan sesuatu yang menarik?” tanya Nova penasaran. Ia ingin tahu hal baik apa yang para gadis itu ketahui. Namun, bukannya memberikan jawaban Tasya malah memberinya sebuah daun.

“Coba tebak daun apa ini?” ujar Tasya.

Nova memperhatikan daun itu dengan serius. “Sepertinya sistem tidak bisa mengindentifikasi jenis tanaman hanya dengan daunnya ya? Yah, lagi pula setiap jenis tanaman memiliki tulang daun yang berbeda-beda. Aku bisa menebaknya dengan menyimpulkan jenis tanaman apa ini dari bentuk tulang daunnya,” batin Nova penuh tekat.

Nova menatap lama bentuk daun itu dan memikirkan jenis tanamannya. Ia tahu kalau Tasya tidak akan membawa daun dari pohon biasa dan berbuat iseng kepadanya.

“Itu daun duku,” jawab Dina.

Nova terdiam. Bagaimana bisa Dina tahu kalau ini daun dari tanaman duku?

“Kalian melihat buahnya?” tanyanya.

Dina dan Tasya kompak menggelengkan kepalanya. “Tidak, cukup lihat dari pohonnya. Ada beberapa batang pohon duku. Mereka adalah buah musiman, mungkin saat ini belum waktunya untuk berbuah,” jelas Dina.

“Kok kau tahu?” Jujur saja kalau bukan tanpa bantuan sistem Nova tidak akan tahu sama sekali jenis tanaman yang di sini.

“Kau bisa membedakannya dengan melihat bentuk kulit pohon dan daunnya. Orang tuaku adalah seorang petani, kami memiliki beberapa pohon duku di belakang rumah. Oh, iya kami juga menemukan ini. Silahkan tebak.”

Nova menerima jenis daun baru. Tidak mungkin ia tidak tahu daun apa ini, biasanya neneknya menggunakannya saat Nova deman.

“Ini daun sirih.” Nova menjawab dengan penuh percaya diri.

“Itu daun lada,” koreksi Dina. Tasya menunjukkan beberapa lada yang dipetiknya. Buahnya menyerupai buah anggur, tapi ukurannya sangat kecil.

Nova memiringkan kepalanya dalam linglung. “Beneran lada? Bukankah ini sirih?”

“Kau bisa membedakan dua tanaman itu dari baunya. Sekilas mereka memang mirip, tapi daun lada lebih tebal dan keras dari sirih. Baunya juga sedikit pedas dan tidak kuat.” Dina kembali menjelaskan.

“Aku baru tahu loh, kalau buah lada seimut ini. Ku pikir itu seperti bubuk dalam kemasan saset,” ungkap Tasya.

Sebagai gadis yang tumbuh besar di kota besar. Nova juga mengira seperti itu pada awalnya. Ia kembali mencium bau daun lada yang dipegangnya. Benar apa yang dikatakan Dina, ada sedikit bau pedas yang samar.

“Sudah ku duga, mengajakmu adalah pilihan terbaik, Dina.” Nova tersenyum hangat sambil menatap Dina.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Dina merasakan jantungnya berdebar. Dina menunduk dan tersipu malu. “Senang bisa membantu,” lirihnya.

Setelah itu Taki dan Ogy muncul sambil membawa beberapa buah.

“Maaf lama karena kami harus memanjat pohon untuk mengambil ini.” Ogy merasa bersalah karena sudah membuat teman-temannya menunggu.

“Ini pertama kalinya aku dapat makan sesuatu yang hanya dapat ku lihat di buku bergambar.” Taki dan Ogy menunjukkan buah jambu monyet yang mereka ambil.

[Jambu monyet dengan nama latin Anacardium occidentale. Dikenal sebagai jambu mete atau kacang mete, buah dari pohon ini terdiri dari dua bagian. Buah semu yang berwarna kuning atau merah dan kacang mete yang merupakan biju yang tumbuh di bagian bawah buah. Tumbuh di berbagai jenis tanah dan toleran terhadap kondisi kekeringan.]

Nova tiba-tiba menyadari sesuatu. “Tunggu apa aku satu-satunya yang tidak menemukan sesuatu?”

JANGAN LUPA LIKE DAN COMENT!!!!

Ilustrasi Tasya

Ilustrasi Dina

JANGAN LUPA NINGGALIN JEJAK KAKI DENGAN MEMBERIKAN LIKE POKOKNYA!!!

Terpopuler

Comments

Tanpa Nama

Tanpa Nama

🐾🐾

2024-07-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!