“Ini adalah hari yang panjang, bagaimana kalau kita secara bergantian berjaga. Akan bahaya kalau sampai ada hewan buas datang ke tempat ini.”
Tidak ada yang menolak saran dari Nova, dan mereka akan secara bergilir untuk berjaga. Urutannya adalah Nova, Siska, Dina dan Indra.
Selagi berjaga Nova berniat untuk memeriksa sistem.
[Nama: Nova]
[Class: Raja Peradaban]
[Talent: -]
[Pengetahuan/Keterampilan: Ensiklopedia Flora dan Fauna 1]
[Poin : 1700]
[Markert]
“Apa aku bisa berbelanja dengan menggunakan poin?” Nova segera menekan ikon market dan seperti tebakannya ia dapat membeli beberapa keterampilan dan pengetahuan yang sangat berguna untuk bertahan hidup di alam liar.
“Woah, ada banyak hal di sini dan aku benar-benar ingin semuanya. Sayangnya aku hanya bisa membeli salah satu dari semuanya. Poin ku 1700, ada dua keterampilan yang dapat ku tukar.”
Nova sedikit bimbang saat dihadapkan dengan dua keterampilan yang menurutnya sangatlah berguna untuk bertahan hidup di alam liar.
Keterampilan itu Ensiklopedia Keterampilan Bertahan Hidup dan Pertolongan Pertama.
“Kedua hal ini memang penting, tapi lebih baik aku membeli Keterampilan bertahan hidup dulu karena ini akan sangat berguna di saat seperti ini.”
[Host berhasil membeli Ensiklopedia Keterampilan Bertahan Hidup 1500 poin]
[Item akan dikirim]
Seperti yang sebelumnya, Nova kembali merasakan sensasi sakit kepala tepat saat semua isis keterampilan itu masuk ke dalam kepalanya.
Pengetahuan yang tidak pernah Nova ketahui seperti membuat kerajinan tangan, membuat perangkap, dan hal lainnya yang sangat berguna masuk ke dalam kepala Nova.
“Seperti yang di harapkan dari keterampilan bertahan hidup, aku jadi tidak perlu khawatir untuk membuat kerajinan tanah liat untuk besok.” Nova meregangkan tubuhnya. Sisa waktu berjaganya ia habiskan dengan membuat perlengkapan seperti tali menggunakan kulit kayu dan membuat kapak batu.
Setelah itu ia segera membangunkan Siska untuk tidur bergilir.
“Ugh, aku tidur sangat nyenyak,” ujarnya seraya keluar dari shelter.
“Senang mendengarnya.”
Saat Nova hendak masuk ke dalam Shelter, Siska menahannya dengan merentangkan kedua tangannya.
Nova memiringkan kepalanya dan bertanya dengan bingung “Ada apa, Siska?”
“Ehem, aku tahu kondisi kita saat ini tidak bisa dikatakan sebagai baik-baik saja. Namun, satu hal yang harus kau ketahui. Aku harap kau tidak melewati batas dan melakukan sesuatu yang aneh dengan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Kau tahu aku akan mengawasi agar tidak ada hewan liar yang datang ke kamp dan aku pastikan aku juga akan mengawasi hewan buas yang ada di kamp.”
Siska berkata panjang lebar yang sama sekali tidak dimengerti oleh Nova. Saat ia masuk ke dalam shelter barulah dia mengerti apa dimaksud oleh Siska.
“Yah, memangnya siapa yang tidak tergoda ketika kau tidur di sebelah gadis cantik?”
Nova menghela napas lemah, sepertinya ia tidak akan tidur tenang untuk malam ini. Ia cukup kagum dengan Indra yang dapat tidur dengan sangat nyenyak. Ia hampir berpikir kalau Indra bukanlah pria normal karena tidak tergerak saat tidur satu tempat dengan dua gadis.
***
“Pagi,” sapa Indra yang sedang memasak air saat melihat Nova berjalan keluar dari Shelter.
“Apa tidur mu nyenyak?” godanya. Ia sempat mengintip saat sedang berjaga dan melihat betapa tersiksanya Nova ketika diapit oleh dua gadis cantik.
“Apa tampilan ku terlihat baik menurutmu?” kesal Nova.
Indra melirik ke bawah dan tersenyum jahil. “Sepertinya Nova Junior juga sudah bangun,” ledeknya sambil tertawa.
“Apa?! Bukankah ini sangat normal untuk laki-laki di pagi hari, kau bicara seolah-olah kau bukan laki-laki normal,” balas Nova. Ia tidak bisa melupakan rasa empuk saat paha mulus dan empat gunung menyentuhnya semalam.
“Sial, kalau saja situasinya …” Nova hanya bisa menangis dalam hati. Ia mendesah lelah dan segera menepis pikiran anehnya. Hal yang harus dilakukannya saat ini adalah mengumpulkan kebutuhan yang diperlukan.
“Sudahlah, aku sangat mengerti itu, tapi aku terlalu lelah untuk berpikir ke arah sana.” Indra tersenyum getir.
“Kau benar. Mari segera bangunkan mereka dan bersiap untuk mencari sarapan.”
“Kita tidak makan jamur saja?”
Nova melihat tumpukan jamur yang sengaja Dina susun untuk dijemur. “Padahal ku pikir kau ingin makan pisang, aku juga berencana untuk menangkap ikan nanti.”
Mendengar kata pisang, Indra dengan cepat bangkit. “Kalau begitu apa yang kau tunggu,” ujarnya dengan wajah bersemangat.
Nova segera membangunkan Siska dan Dina untuk menuntun mereka ke kebun pisang yang mereka bicarakan semalam.
Setibanya di sana, Indra menjadi yang paling bersemangat dan langsung mengambil pisang yang sudah matang.
[Musa Ingens atau Pisang Raksasa Papua adalah anggota Musaceae. Tumbuh di hutan pegunungan tropis papua. Tingginya dapat mencapai 5 meter dan lebar 1 m]
“Owh, ini lebih seperti hutan pisang dibandingkan dengan kebun pisang.” Bukan hal yang salah untuk Nova mengatakan hal itu. Itu dikarenakan batang-batang pohon pisang itu sungguh lebih besar dari apa yang dibayangkannya.
Indra yang sudah tidak sabar untuk makan siang, tanpa buang waktu langsung menebang pohon yang memiliki buah berwarna kuning dengan kapak kayu yang dibuat oleh Nova.
“Kau sungguh tidak sabaran,” kesal Siska.
“Memangnya siapa yang bisa sabar saat buah favoritmu ada di depan mata,” balas Indra tanpa berhenti terus menebang pohon.
Nova dan lainnya hanya bisa menepi dan menunggu pohon pisangnya tumbang.
Tidak perlu waktu yang lama, pohon itu akhirnya tumbang dan Indra menjadi orang pertama yang menghampiri pisang dan memakannya.
“Ugh, ini adalah rasa yang sangat aku rindukan,” lirihnya berlinang air mata.
Nova tersenyum maklum dan ikut makan pisang bersama dengan yang lainnya. Rasa asam dan manis oleh pisang yang matang sangat menyegarkan.
Karena besarnya tandanan pisang mereka putuskan untuk membawanya ke kamp mereka. Nova juga tidak menyia-nyiakan daun pisang dan membawanya juga. Daun pisang bisa mereka gunakan sebagai alas ataupun atap untuk memperbaiki shelter.
“Nova lihat, bukankah itu sebuah asap?” Nova dan lainnya melihat ke arah yang ditunjuk oleh Dina.
“Apa menurutmu ada orang lain selain kita di sini?” tanyanya bersemangat.
“Haruskan kita memeriksanya?”
Semua orang setuju dan segera pergi ke arah asal sumber asap itu. Mereka harap itu adalah teman-teman yang mau bekerja sama dengan mereka untuk bertahan hidup di pulau ini.
Lagi pula semakin banyak orang maka akan lebih baik.
“Woah, aku tidak sabar untuk bertemu dengan yang lainnya.”
Berbeda dengan Siska yang sangat bersemangat, Indra terlihat tidak terlalu senang.
“Apa ada sesuatu yang mengusikmu?” Dina terlihat khawatir dengan ekspresi yang Indra buat.
“Tidak juga. Aku memang senang dapat bertemu dengan yang lain, tapi aku harap tidak bertemu dengan orang itu.”
Dina tidak tahu siapa yang Indra maksud karena mereka berbeda kelas, tapi berkebalikan dengan Indra yang berharap tidak bertemu dengan seseorang. Dina sangat mengharapkan ia dapat bertemu dengan seseorang yang selama ini ia khawatirkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments