Masuk Ke Hutan

Setelah memastikan pasokan makanan dan minuman mereka cukup, Nova dan lainnya pun pergi ke dalam hutan untuk mencari teman-teman mereka yang lain.

Selain mencari teman-teman lain, Nova berencana untuk mencari sebuah sungai untuk mengatasi pasokan air yang terbatas. Mereka tidak bisa hanya bertahan dengan air dari kelapa dan makanan dari pesisir pantai yang jauh.

Mereka membutuhkan karbohidrat dan protein yang cukup untuk bertahan di pulau terpencil. Selain itu, akan baik jika menemukan buah sebagai asupan untuk vitamin C.

“Lihatkan sudah ku bilang tidak ada apa-apa di tempat ini? Kenapa repot-repot pergi ke dalam hutan. Kita bisa membuat kamp di pantai saja.” Baru beberapa menit, Indra sudah mengeluh.

Semua yang dilihatnya adalah hutan belantara yang tidak menarik. Ia lebih senang berada di pantai.

“Jangan begitu, Ndra. Cepat atau lambat kita memang akan segera masuk ke dalam hutan. Kalau kasusnya adalah kita terdampar di pulau ini akibat kecelakaan kapal atau pesawat, memang lebih baik tinggal di sana untuk memudahkan pencarian. Namun, penyebab kita datang ke tempat ini adalah hal yang misterius. Belum lagi jika ada hujan lebat yang menyebabkan badai. Kita pasti tidak akan bisa bertahan.”

“Yah, kau benar.” Indra mendesah lelah. Sungguh ia merindukan saat-saat bermain game di kamarnya.

“Ck, kau ini lemah sekali. Lihat diriku, aku tidak mengeluh sama sekali loh.” Siska memukul pelan punggung Indra.

Nova hanya bisa bersyukur karena Siska tampaknya masih bersemangat. Ia tidak terlalu mengkhawatirkan Indra karena ia sangat mengenal baik sahabatnya itu.

Indra mungkin seorang yang tidak terlihat seperti seorang yang tidak mau ribet, tapi ia adalah orang yang sangat dapat diandalkan disaat yang diperlukan.

Atensinya lalu beralih kepada Dina yang terus diam. Ia pikir Dina sedang kelelahan.

“Apa ada sesuatu yang mengganggumu, Dina?”

Dina sedikit tersentak, ia menggeleng pelan. “Tidak ada. Hanya saja, apakah kalian mendengar sesuatu?”

Mereka menajamkan pendengaran mereka, tetapi mereka sama sekali tidak mendengar suara apapun. “Apa kau bisa menuntun kami ke sumber suara itu?” pinta Nova. Ia berharap yang Dina dengar adalah suara air di sungai.

Dina mengangguk. Ia tidak keberatan memimpin mereka menuju sumber suara itu. Terlebih lagi itu juga demi kebaikan mereka.

Mereka berjalan cukup jauh sampai suara yang awalnya tidak mereka dengar semakin jelas.

“Apakah ini adalah apa yang ku pikirkan?” Siska yang sudah menunjukkan wajah kelelahan berseru senang. Tidak hanya Siska, Dina, Nova dan Indra juga tersenyum senang.

Mereka berlari ke arah suara itu datang. Di balik semak belukar mereka menemukan sesuatu yang sangat berarti untuk bertahan hidup.

“Ini sungai. Benar-benar ada sungai di sini!” Siska menarik tangan Dina dan berlari menuju sungai kecil yang dangkal.

“Syukurlah kami bida menemukan sungai. Dengan ini masalah air sudah terpecahkan. Sekarang aku bisa fokus untuk membuat Shelter dan mencari makanan,” batin Nova.

“Ada ikan juga di sini.” Nova tersenyum puas saat melihat ikan yang ukurannya sebesar pergelangan tangan anak kecil dalam jumlah yang agak banyak.

Nova mencuci wajahnya dengan air sungai yang dingin. Untuk berjaga-jaga, ia melarang teman-temannya untuk minum langsung air sungai yang masih mentah.

“Kenapa? Airnya bersih kok.” Siska mengembungkan pipinya. Ia sudah sangat haus dan Nova dengan jahatnya melarangnya untuk minum.

“Jangan begitu, Siska. Mungkin benar kalau airnya jernih dan bersih, tapi ada baiknya untuk berhati-hati. Dengan tidak adanya dokter atau obat-obatan di pulau terpencil ini, sakit adalah hal yang serius. Meskipun itu hanya sekedar sembelit atau diare,” ujar Dina.

Nova bersyukur karena ada Dina yang tahu dengan situasi.

“Tapi Indra sudah meminumnya.” Siska menunjuk Indra yang sedang menyeka air di sekitar mulutnya dengan tatapan dengki.

Indra memiringkan kepalanya dan menunjukkan wajah tak berdosa. Nova lagi-lagi hanya menghela napas lelah melihat sikap sahabatnya itu.

“Kalau kalian sudah cukup beristirahat, mari pergi dari sini.” Nova mengajak teman-temannya untuk segera pergi dari sungai.

Semuanya jelas menunjukkan wajah tidak senang. “Kenapa kita harus pergi dari sini? Sudah capek-capek menemukan sumber air, kenapa kita tidak tinggal di sini?” Siska sudah seperti seekor hewan yang ingin memberikan tanda wilayah kepada tempat yang mereka dapatkan.

“Kita harus segera mencari tempat untuk membuat Shelter. Akan gawat kalau bermalam di sembarang tempat. Lagipula jika membuat Shelter di sini, akan terlalu berbahaya. Kemungkinan bertemu dengan hewan liar tinggi, kalau terjadi hujan dan air sungai akan meluap dan membuat banjir,” jelas Nova.

“Padahal aku sangat suka di sini.” Siska menunduk sedih, tapi ia tidak protes lebih jauh. Ia sadar kalau ia terus bersikap keras kepala dirinya malah akan merepotkan Nova dan yang lainnya.

Setelah berjalan cukup jauh mereka menemukan sebuah tempat kosong.

“Ini tempat yang sempurna untuk membangun kamp.” Nova mengelilingi beberapa tempat dan mengendusnya. Tidak ada bau aneh atau apapun yang menandakan bahwa tempat ini adalah wilayah hewan liar.

“Kita akan membangunnya di sini?” tanya Indra yang diangguki oleh Nova.

“Yah, aku sudah mengecek tempat ini cukup aman untuk ditinggali.” Nova tertawa senang sendirian. Ia tidak sadar kedua temannya menatapnya aneh atas kelakuannya yang seperti binatang berkaki empat tadi.

“Baiklah, mari membagi tugas. Aku dan Indra akan menebang pohon besar untuk membangun Kamp dan kalian berdua akan mencari tanaman yang dapat dijadikan sebagai atap.”

Tidak ada yang protes dengan pembagian tugas dari Indra. Mereka dengan senang hati menerimanya. Sebelum itu Nova memberikan pisau yang dibawanya kepada Dina.

“Kalau kau menyerahkan ini kepada kami, terus bagaimana kalian mau menebang pohon? Kalian tidak berpikir untuk menggunakan tangan kosong kan?”

“Meskipun kau bodoh, tidak ku sangka kau benar-benar bodoh. Kau harus punya kekuatan fisik sebesar banteng atau gajah untuk menumbangkan sebuah pohon. Setidaknya gunakan otak mu babi betina.” Indra meledek siska dengan bersembunyi di belakang Nova. Ia tahu kalau Siska tidak akan berani memukulnya kalau ada Nova di dekatnya.

“Apa kau bilang?!”

Nova mencoba melerai keduanya. Bagaimana bisa mereka tidak capek bertengkar terus.

“Jangan khawatirkan kami. Kami bisa mengurus itu,” ujar Nova.

Karena keterbatasan waktu, mereka memilih untuk bergegas melakukan tugas masing-masing.

Setelah Dina dan Siska pergi, Nova mengajak Indra untuk pergi ke sungai lagi. Ia ingat melihat banyak batu di sana.

“Apa kau berencana membuat kapak batu?” tanya Indra saat melihat Nova sibuk mencari batu-batu.

“Yah, aku memang berencana membuat kapak batu. Sayangnya untuk menghemat waktu, kita tidak bisa membuatnya. Karena itu kita akan menggunakan kapak genggam sebagai gantinya.”

Terpopuler

Comments

Ivy

Ivy

Semangat terus kak🔥Btw, mampir juga dong ke karya baruku, "Story of Elementalist" makasih Kak🙏

2024-07-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!