“Yeey, kita mendapatkan garam!” Siska yang sejak tadi membantu Nova memurnikan garam tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Begitupun dengan beberapa teman lainnya.
Bagi mereka memiliki garam adalah sebuah hal mewah di tempat terpencil ini. Tidak hanya mendapatkan garam, bahkan Fani dan Dina yang pergi mencari jamur juga mendapatkan kunyit dan jahe.
[Kunyit atau Curcuma longa merupakan keluarga Zingiberaceae, sering digunakan sebagai rempah-rempah dan pewarna alami. Tumbuhan ini memiliki rimpang yang mirip dengan jahe, tetapi berwarna kuning keemasan dan memiliki rasa yang pahit serta aroma khas. Kunyit dapat ditemukan di daerah yang lembab dan berawa-rawa.]
[Jahe atau Zingiber Officinale merupakan tanaman rimpang dalam keluarga Zingiberaceae, sering digunakan sebagai rempah-rempah dan obat tradisional. Jahe merupakan tanaman tahunan yang tingginya dapat mencapai sekitar 1-1,5 meter. Bagian rimpangnya berbentuk jari-jari dan berwarna coklat kekuningan, serta memiliki daun panjang dan ramping yang biasanya tumbuh dari batang tanaman.]
“Kalian bahkan menemukan kunyit dan jahe, aku merasa kita baru saja menemukan harta karun di pulau terpencil ini,” ujar Nova. Ia benar-benar tidak menyangka akan dapat melihat dua rempah-rempah itu.
Dina menatap tasnya yang kotor dan dipenuhi oleh jamur, kunyit dan jahe. “Kami juga membawa beberapa untuk ditanam di sini.”
“Kalau begitu sudah dipastikan, kita akan makan sup jamur dan rebung siang ini,” ucap Siska penuh semangat.
Kelompok cowok menyerahkan urusan masak memasak kepada para gadis. Selagi menungu Nova meminta Indra untuk menebang kayu bersama dengannya.
Nova berencana untuk membuat sebuah tempat untuk menyimpan barang-barang juga kayu. Jika seandainya hujan, mereka tidak perlu khawatir akan barang-barang dan kayu basah.
[Host membuat gudang jelek dan mendapat 1000 poin]
“Tidak ku sangka hanya membuat gudang kayu seperti ini saja mendapatkan 1000 poin, bagaimana kalau aku membuat rumah apakah akan mendapatkan lebih banyak poin?”
[Sistem berkata dengan wajah datar, “Masih terlalu jauh untuk Anda.”]
“Heh, ngajak gelut?!” Nova menyingsing lengan kemejanya yang memang pendek. Sampai sekarang ia bahkan tidak terlalu mengerti dengan keinginan sistem ini.
Kalau di novel-novel online yang sering dibacanya, sistem akan menunjukkan misi kepada Host-nya dan memberikan hadiah poin. Namun, sistem satu ini sama sekali tidak menunjukkan misi seperti apa yang harus Nova lalukan.
Tiba-tiba hanya memberikan notifikasi menyelesaikan misi dan mendapatkan poin. Nova sudah sering mengecek setiap fitur dan menu yang ada pada sistem, tetapi ia sama sekali tidak menemukannya.
“Sudahlah, aku yakin akan memecahkan misteri ini suatu hari nanti. Tidak hanya tentang sistem, bahkan mengenai alasan kami dikirim ke pulau terpencil ini.” Nova tersenyum dan yakin bahwa misteri ini akan dapat ia pecahkan.
“Hei, Nova kenapa kau malah tersenyum seperti orang gila seperti itu. Cepat ke sini dan makan bersama kami,” ajak Indra.
Nova bergegas menghampiri teman-temannya dan menikmati makan siang mereka bersama-sama. Canda tawa selalu menemani mereka seolah-olah mereka adalah sebuah keluarga.
Setelah menyelesaikan makan siang mereka, Nova menawarkan diri kepada Tasnya untuk membantu mencuci peralatan makan mereka.
Sisanya menunggu di kamp dan berinstirahat sebentar sebelum pada akhirnya kembali bekerja. Nova berencana untuk menjelajahi hutan dan mencari sumber daya yang dapat mereka temukan di pulau ini.
Melihat teman-temannya yang dapat menemukan buah-buahan dan rempah-rempah di pulau terpencil ini, Nova menyimpulkan kalau pulau terpencil ini memiliki sumber daya alam yang kaya.
“Hanya dengan membilasnya dengan air seperti ini tidak berarti kalau peralatan yang kami gunakan sudah bersih. Seandainya kami punya sabun cuci piring,” gerutu Nova dalam hati.
Selain makanan dan minuman, kebersihan juga menjadi hal yang begitu penting untuk diperhatikan di pulau terpencil seperti ini. Akan bahaya kalau sampai mereka terkena sakit di saat mereka tidak memiliki obat ataupun dokter.
“Ka-kak Nova,” panggil Tasya dengan sedikit tergugup.
“Ada apa, Tasya?” tanya Nova sambil menyimpan mangkuk yang baru selesai dibersihkannya.
“Ini mungkin keterlaluan, tapi apa kau tahu cara membuat sabun atau shampo? Kau tahu rasanya sangat tidak nyaman saat membersihkan diri tanpa sebuah sabun,” ujar Tasya. Ia sebenarnya tidak enak meminta hal seperti itu kepada Nova, ia sadar kalau di kamp dirinya tidak banyak membantu seperti yang lainnya.
Keterampilannya buruk dan ia hanya lebih sering menjaga api unggun tetap hidup dibandingkan tugas dari para gadis lain.
Ia merasa tidak berguna, tetapi ia dengan tidak tahu malunya meminta hal yang bahkan sangat mustahil di dapatkan di tempat seperti pulau terpencil ini.
Nova memegang dagunya sambil memikirkan sesuatu, baginya sih itu tidak terlalu sulit karena dirinya tahu jelas proses membuatnya. Namun, keterbatasan bahan dan peralatan yang membuat hal itu menjadi sulit.
“Yah, bagiku sih itu tidak sulit selama kita punya bahan yang dibutuhkan. Aku memang berencana untuk membuat sabun sih, kebersihan tubuh dan alat-alat disekitar kita juga penting selain air dan makanan.”
Tasnya mendongak dan tersenyum senang. “Apa kakak benar-benar dapat membuatnya?”
“Eh, iya. Tapi, seperti yang ku bilang, kita perlu bahan-bahan untuk membuatnya. Dengan bahan yang kita punya saat ini mustahil untuk membuat sabun.”
“Tidak masalah untuk menunggu, kalau boleh apakah tidak masalah aku ikut kakak dan lainnya pergi menjelajahi hutan? Aku juga ingin membantu mencari bahan pembuatan sabun,” ujar Tasya antusias.
Nova tidak akan menolak permintaan itu. “Kalau begitu ayo kembali ke kamp dan istirahat sebentar sebelum kita berangkat.”
“Okky!”
Nova dan Tasya lalu kembali ke kamp bersama. Nova cukup senang karena setelah percakapan tadi, ia merasa menjadi cukup dekat dengan Tasya.
“Kalian kembali, mari makan salad buah. Aku yang membuatnya.” Seperti biasanya Siska selalu penuh semangat untuk berbagai hal.
Nova dan Tasya ikut bergabung bersama dan menikmati salad buah itu. Sebenarnya apa yang mereka sebut sebagai salad buah hanyalah sebuah buah yang dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam mangkuk.
“Owh iya, Nov. Aku tidak akan ikut ke hutan bersamamu hari ini. Aku berencana tinggal di kamp saja, selagi kau pergi aku berencana untuk mengecek shelter kita dan membantu membakar gerabah. Aku pikir akan bagus kalau kita pelan-pelan memperbaiki Shelter kita menjadi lebih baik.” Indra mengambil potongan besar pisang dan memasukkannya ke mulut.
“Ide bagus, lagian aku tidak berencana untuk mengajak mu sih,” kata Nova.
“Dasar teman laknak.”
“Tapi, Ndra. Menurutku kau cukup mengecek atap dan pondasinya saja.”
“Kenapa begitu?”
Nova kembali mengambil sepotong apel yang potongannya dibentuk menyerupai burung. Siapapun yang membuat ini benar-benar memiliki tangan yang terampil. “Karena aku tidak berniat untuk tinggal lebih lama di tempat ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments