Menangkap Belut

Nova dan Fani sedang sibuk untuk membuat perangkap ikan sederhana dengan menggunakan bambu. Mereka sengaja tidak pergi mencari makanan sore ini karena masih ada pisang dan apel yang diperoleh oleh Siska dan Dina.

Selain itu, Ogy dan Indra sempat pergi ke pantai untuk mencari kerang saat Nova dan Taki belum kembali siang tadi.

Sore ini mereka terlihat sangat sibuk, tetapi sangat menikmati waktu yang mereka habiskan bersama-sama.

“Hei, Ogy. Lihat apa yang ku buat!”

Taki yang sedang membantu membuat gerabah tersenyum jahil dan dengan sombong menunjukkan karya seni buatannya berupa dua gunung kepada Ogy yang sedang membakar gerabah.

“Bwahahaha. Kau berani sekali membuat itu di sini?” Ogy tertawa terbahak-bahak sambil menyeka air matanya.

“Kalian ini.” Suara dingin Indra membuat mereka tersentak . Mereka pikir kalau Indra akan menegur mereka karena tidak serius bekerja. Namun, rupanya …

“Bukankah buatan ku lebih mirip?” Indra menunjukkan buatannya kepada mereka. Seperti buatan Taki, Indra hanya membuatnya lebih besar dan terlihat kencang.

Mereka bertiga tertawa terbahak-bahak, Nova yang penasaran hendak melihat apa yang sedang ketiga pria itu lakukan. Namun, melihat Siska yang lebih dahulu bangun dan menghampiri tiga pria itu membuat Nova mengurungkan niatnya.

“Ada apa, Kak Nova?” tanya Fani yang melihat Nova kembali duduk di sebelahnya dan mengambil ayaman bambu.

“Tidak ada, aku hanya merasa lebih baik aku segera menyelesaikan tugasku.”

Tidak lama setelah Nova mengatakan itu, suara berisik terdengar dari arah belakang.

“Dasar monyet mesum, bukannya bekerja kau malah berbuat mesum!” Siska menarik kerah Indra dan menatapnya tajam.

Indra mengalihkan pandangannya tanpa bisa menjawab apapun.

“Mereka begitu lagi, sepertinya kak Siska dan Kak Indra sangat dekat ya,” kata Fani sambil melihat kedekatan Siska dan Indra.

Nova melirik ke belakang. Mereka memang terlihat dekat sekarang, padahal dulu mereka tidak pernah bertukar sapa sama sekali.

[Host membuat perangkap ikan dan mendapat 300 poin]

Nova tersenyum melihat hasil kerja kerasnya. Ia meregangkan tubuhnya yang terasa pegal. Gerabah yang akan mereka gunakan dalam kegiatan sehari-hari juga hampir siap dipakai.

“Mereka memang terlihat seperti teman dekat, tapi mereka sebenarnya tidak dekat sama sekali saat di sekolah. Jangankan dirimu, aku bahkan hampir mengira kalau mereka pasangan,” jelas Nova,

Mereka baru menyelesaikan pekerjaan mereka saat sudah sore. Nova mengajak Indra untuk pergi ke sungai memasang perangkap ikan dengannya, tetapi para gadis kompak berdiri membuat Nova dan lainnya menatap mereka bingung.

“Apa ada yang salah?” tanya Nova. Ia takut kalau sifat jahil tiga cowok idiot itu membuat para gadis merasa tidak nyaman dan memilih untuk pergi.

“Tidak hanya saja, apa boleh kalian jangan pergi ke sungai dulu sampai kami kembali?”

Bagai tersengat listrik, insting laki-laki mereka tiba-tiba aktif. Empat orang di belakang Nova menyeringai tanpa sepengetahuan Nova.

“Apa jangan-jangan kalian sedang berdiskusi untuk meninggalkan kamp?” Nova dengan polos bertanya membuat semua orang tersentak oleh kebodohan atau kepolosannya sebagai laki-laki.

“Tidak kok, kami hanya ingin main air.” Tasya menjawab dengan wajah merona. Rasanya malu saja mengatakan hal itu di depan para cowok.

“Kalau begitu kenapa tidak pergi bersama-sama saja?”

Indra memijit kepalanya yang tiba-tiba sakit. “Dasar,” umpatnya. Indra lalu mendekat dan membisikkan sesuatu kepada Nova.

Melihat wajah Nova yang memerah malu setelah Indra menjauh, membuat para gadis kembali tersipu malu.

“Begitu, aku mengerti. Nikmati waktu mandi kalian.” Nova tersenyum canggung sambil melambaikan tangan. Bisa-bisanya ia tidak kepikiran kalau para gadis hanya ingin mandi.

***

Taki menghela napas lelah. Matahari hampir terbenam dan para gadis belum kembali sama sekali.

“Memangnya apa yang dilakukan para gadis sampai harus mandi selama ini. Bahkan di sini saja tidak ada shampo dan sabun,” tukasnya.

Indra melempar kayu ke api unggun. “Kau harus jadi perempuan untuk tahu akan hal itu.”

Ogi dan Taki saling memandang. “Tidakkah kita harus memeriksanya?”

“Kalian benar, mari periksa keadaan mereka. Tidak baik para gadis berada terlalu lama di hutan seperti ini.” Indra setuju dengan saran dari Taki. Mereka sudah kompak berdiri dan menatap Nova yang terus membuat tali dari kulit pohon.

“Kau tidak ikut?”

“Aku harus menjaga kamp.”

“Ayolah, Nov. Kapan lagi bisa melihat sesuatu yang indah yang tidak bisa kita lihat kalau bukan sekarang.” Indra terus membujuk sahabatnya untuk ikut, ia bahkan tidak menyadari kehadiran Siska di belakangnya.

“Owh, memangnya sesuatu yang indah itu?”

Tanpa mengetahui siapa yang bertanya, Indra dengan percaya diri menjawab. “Tentu saja tubuh telan-“

Indra tidak bisa melanjutkan perkataanya karena Siska lebih dulu mengeroyoknya dan mengacak-acak rambut Indra. Semua orang hanya bisa menunduk takut karena tidak ingin menjadi orang selanjutnya yang babak belur oleh Siska.

Indra yang berusaha menyelamatkan dirinya dengan menjauhkan tubuh Siska tidak sengaja menyentuh sesuatu.

“Ini lembut.”

“Kau mau mati ha!”

Seandainya Nova tidak menghentikan keduanya sudah pasti Indra akan hancur. Dengan wajah acak-acakan itu, Nova mengajak Indra untuk pergi ke sungai.

Ia menggunakan alasan kalau dirinya dan Indra harus memasak perangkap ikan di sungai, tetapi karena Taki dan Ogy yang takut dengan para gadis yang sedang marah, mereka memaksa untuk ikut.

“Di sini?” tanya Indra sambil memasang perangkap ikan.

“Apa kita bisa makan ikan malam ini?” Ogy bertanya sambil menatap Nova dan Indra yang sedang memasang jebakan ikan.

“Tidak malam ini, mungkin besok kita bisa makan ikan.” Nova menyeka keringatnya, dan kembali ke tepi bersama dengan Indra setelah selesai memasang perangkap ikan.

Taki yang sedang menyusuri sungai berteriak dari kejauhan dengan penuh semangat. “Hei, lihat apa yang aku temukan!”

Nova dan lainnya bergegas menghampiri Taki untuk melihat apa yang didapatkan oleh Taki.

Ia menunjukkan seekor belut sawah yang gemuk.

“Bukankah itu belut sawah? Di mana kau mendapatkannya?” Nova bertanya dengan semangat. Kalau mereka menangkap belut sawah, itu berarti menu makan malam mereka tidak hanya buah, melainkan daging belut yang kaya akan nutrisi.

[Belut sawah, Monopterus Albus sejenis ikan anggota suku Synbranchidae, bangsa Synbrandhiformes. Belut sawah memiliki mata kecil dan sipit, mulut kecil seperti lipatan kulit serta gigi halus dan memiliki kulit yang licin. Dapat dijumpai di perairan air tawar yang dangkal dan berlumpur.]

“Aku menemukannya di sekitar sini,” ujar Taki.

Nova tersenyum senang. Ia meminta teman-temannya untuk mencari lubang yang merupakan tempat tinggal belut sawah.

Setelah mencari beberapa menit, mereka hanya menemukan delapan lubang. “Bagaimana cara kita menangkapnya?” Indra menggaruk kepalanya bingung.

“Bukankah kita cukup memasukkan tangan ke dalam sana?”

“Tidak. Jangan lakukan itu. Akan berbahaya kalau rupanya ada ular yang ada di dalam sana bukan belut sawah. Yang harus kita lakukan, hanya menutup salah satu lubang itu karena mereka pasti saling berhubungan. Lalu gunakan rumput untuk memancing mereka.”

*Jangan lupa untuk like dan coment

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!