"Apa-apaan semua ini Avian!" bentak Biadama.
"Jadi jika mama dan papa tidak ada. Maka ini yang kamu lakukan hah! kamu begitu kasar kepada Yura dan mengeluarkan kata-kata seperti itu yang tidak pantas di ucapkan seorang suami!" tegas Biadama yang sangat kecewa kepada Avian.
Sementara Avian yang terdiam yang tidak bisa mencari pembelaan. Dia pasti tidak percaya jika orang tuanya pulang tiba-tiba dan melihat semua keburukan yang telah dia lakukan.
"Kenapa kamu diam!" bentak Biadama semakin meninggikan suaranya.
"Pah tenanglah!" sahut Artika dengan mengusap bahu Biadama, agar bisa mengontrol emosi.
"Bagaimana aku bisa tenang melihat kelakukan anak itu?" tegas Biadama.
"Kamu berbicaralah dan katakan kembali kata-kata kamu yang kamu keluarkan kepada istri kamu. Bukankah barusan kata-kata sangat tidak terdidik itu keluar dari mulut kamu sangat lantang!" tegas Biadama.
"Papa tidak tahu apa yang terjadi dan hanya melihat di akhir saja," Avian membela diri dan langsung pergi begitu saja karena tidak tahu lagi harus mau mengatakan apa.
"Avian tunggu! Papa belum selesai bicara!" panggil Biadama.
"Avian!" teriak Biadama yang sama sekali tidak dipedulikan Avian.
"Pah! tenangkan dulu diri papa. Mungkin Avian dan Yura sedang ada masalah besar dan membuat mereka bertengkar," Artika berusaha untuk menenangkan suaminya sejak tadi.
"Masalah apa yang dihadapi mereka berdua sampai mulut anak itu sangat kurang ajar dan bertindak sangat tidak manusiawi seperti itu. Dia sangat kasar kepada Yura!" tegas Biadama.
"Iya Mama tahu. Mama juga sangat tidak menyangka dengan apa yang melihat dan mama dengar. Tapi Pah kita juga tidak tahu permasalahan awalnya seperti apa dan kenapa Avian sampai mengatakan hal seperti itu. Kita harus tenang dulu dan nanti berbicara lagi dengan anak-anak!" Artika yang berusaha untuk menjadi penengah diantara anak dan orang tua itu.
Avian yang mungkin pergi begitu saja, karena tidak tahu harus bicara apa yang pasti malu di depan orang tuanya.
*******
Bruk.
Suara pintu kamar yang tertutup begitu kencang menandakan Avian yang masuk kamar begitu penuh dengan kemarahan.
"Sial!" umpat Avian dengan mengepal tangannya yang penuh dengan emosi dan pasti sangat tidak percaya dengan apa yang terjadi.
"Kenapa mama dan papa tiba-tiba pulang dan pasti setelah ini wanita itu akan berbicara yang di lebih-lebihkan!" Avian yang terlihat begitu panik.
Dia memang sangat keras. Tetapi dia juga sangat menghargai orang tuanya dan juga masih memiliki rasa takut kepada kedua orang tuanya.
"Hidupku bener-bener sangat sial semenjak menikah dengan wanita itu dan semua itu salah ku. Aku sudah tahu bagaimana wanita itu dan masih saja nekat untuk menikah dengan dia. Sekarang lihat aku hidup penuh dengan kesialan!" umpat Avian dengan emosi menggebu-gebu.
*********
Yura duduk di meja makan bersama dengan Artika dan Biadama. Pagi ini mereka sarapan bersama. Namun pasti terlihat kecanggungan karena kejadian tadi malam.
"Apa Avian sering melakukan hal seperti itu kepada kamu?" tanya Biadama.
"Tidak, pah!" jawab Yura.
"Semua ini karena Yura yang sudah sangat berlebihan. Karena masalah sepele, Yura marah berlebihan sampai Yura pindah kamar. Mungkin tadi malam juga kak Avian sudah sangat lelah dengan pekerjaan yang banyak dan Yura kembali memancing kemarahan dan membuat emosi kak Avian meledak-ledak. Jadi semua yang terjadi karena memicu dari ulah Yura sendiri," jawab Yura berbohong yang ternyata menutupi aib sang suami.
Artika diam saja yang melihat ke arah tangan Yura yang saling menggenggam dan terlihat pergelangan tangan itu terlihat sedikit masih memerah.
"Yura jika yang salah adalah suami kamu, maka kamu katakan saja. Kamu tidak perlu takut sama sekali. Kamu di rumah ini adalah menantu dan siapapun yang salah. Dia yang akan di tegur dan bukan berarti Avian anak kami lalu kami membela dia!" Biadama memang kurang percaya dengan pernyataan yang diberikan Yura karena menurutnya sangat tidak masuk akal.
"Tapi apa yang Yura katakan memang benar. Ini hanya salah paham saja. Yura minta maaf pada Papa dan Mama yang sudah memperlihatkan pertengkaran kami dan seharusnya Mama dan Papa tidak melihat hal itu. Yura minta maaf sudah membuat Mama dan Papa menjadi kepikiran," lanjut Yura.
"Ya lain kali, kamu itu kalau marah jangan berlebihan. Kamu sama Avian sama-sama bekerja. Kamu harus mengerti jika pekerjaan atasan itu lebih berat daripada karyawan. Jadi kamu harus memaklumi suami kamu dan jika kalian bertengkar, juga tidak perlu harus pindah kamar. Masalah itu harus diselesaikan dan bukan malah ditambah," sahut Artika yang memberikan saran dengan sedikit ketus.
"Tapi Avian juga sebagai kepala keluarga seharusnya bisa menyelesaikan masalah dan tidak perlu marah-marah," sahut Biadama yang tetap menyalahkan Avian.
Yura terdiam, dia memang pasti sangat malu dengan pertengkaran dia dan Avian yang didengarkan orang tua Avian. Tetapi Yura tidak ingin menambah masalah dengan menceritakan apa yang terjadi sebenarnya. Jadi Yura memilih berbohong meski mertua wanita sepertinya menyalahkan dia dan sampai memberikan nasehat seperti itu tetapi hal itu tidak masalah bagi Yura.
Ternyata Avian mendengar semua pembicaraan di meja makan itu saat dia hendak menuruni anak tangga. Dia sama sekali tidak berekspektasi jika Yura akan berbohong tentang apa yang terjadi dengan mereka berdua.
Mata Artika yang tiba-tiba menoleh ke arah atas yang melihat Avian yang masih diam saja di atas sana.
"Avian kamu tidak turun sama sekali mau sampai kapan berdiri di sana?" tanya Artika. Avian membuang nafas perlahan ke depan lalu menuruni anak tangga.
Avian menarik kursi yang duduk di samping Yura. Yura hanya melihat dengan ekor matanya.
"Papa tidak ingin kejadian ini terulang lagi. Avian kamu jangan sekali-sekali kasar kepada Yura. Dia dibesarkan orang tuanya sampai 22 tahun dan menikah dengan kamu. Sangat tidak pantas kamu melakukan hal seperti itu kepada seorang wanita!" tegas Biadama.
"Mama setuju dengan Papa kamu. Masalah tidak harus diselesaikan dengan kekerasan dan teriak-teriak atau mengeluarkan kata-kata yang tidak terdidik seperti itu. Seorang pria yang melakukan kekerasan kepada seorang wanita itu adalah laki-laki pengecut," sahut Artika yang juga memarahi sang putra karena memang apa yang dilakukan putranya sangat tidak pantas.
Artika untuk saat ini menjadi mertua yang memang tidak berlebihan. Dia tidak sama seperti Biadama yang terlalu menyayangi Yura dan sangat membela Yura. Artika netral, jika dalam pandangan matanya tidak wajar maka akan menegur dan jika putranya juga salah maka akan menegur.
"Kalian berdua tadi malam tidak satu kamar yang berarti kalian berdua belum saling meminta maaf!" sahut Biadama.
"Kamu sekarang minta maaf pada istri kamu!" tegas Biadama.
"Apah! aku harus meminta maaf pada wanita ini," batin Avian yang pasti tidak akan mungkin melakukan hal seperti itu walau hanya di depan orang tuanya.
"Kenapa kamu masih diam. Ayo minta maaf!" tegas Biadama.
"Yura yang salah dan Yura yang akan meminta maaf," sahut Yura yang memang tidak ingin ada ribut-ribut dan lebih baik mengalah.
Yura menghela nafas dengan menghadap Avian. Dengan sangat gugup meraih tangan Avian dan langsung mencium punggung tangan Avian.
"Maafkan Yura!" ucap Yura terlihat sangat tulus dan tidak mendapat respon sama sekali dari Avian.
"Wanita benar-benar sangat pintar bersandiwara!" batin Avian yang justru semakin kesal.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Okto Mulya D.
Yura, ngapain juga suami begini dipertahankan..
2024-10-18
0
Milla
min doubel up yaa
2024-06-24
0