"Pak Biadama!" sapa Yura dengan menundukkan kepala yang terlihat sopan.
"Kamu sepertinya sedang sibuk?" tanya Biadama.
"Tidak, Pak, hanya memeriksa beberapa data saja," jawab Yura.
"Baiklah Yura saya minta tolong sama kamu untuk antarkan ini keruangan CEO," ucap Biadama memberikan map merah kepada Yura.
"Baik Pak!" Yura yang langsung mengambil map tersebut.
"Oh iya Yura, bagaimana keadaan Abi kamu?" tanya Biadama.
"Alhamdulillah baik-baik saja Pak," jawab Yura.
"Beberapa Minggu lalu Om datang ketempat kamu dan Om tidak melihat kamu. Padahal saat itu kamu sedang mengambil cuti yang sudah pasti berada di rumah," ucap Biadama.
"Benarkah!" sahut Yura dengan tampak berpikir dan Yura mengingat mobil mewah yang dia lihat waktu memasak di dapur. Dia juga ingin melihat tamu itu dan di larang Zahra.
"Astaga jadi itu Om," sahut Yura yang baru mengingat kejadian itu.
"Iya Yura. Kamu benar sekali," jawab Biadama.
"Maaf Om Yura ada di dalam waktu itu, jadi tidak bermaksud untuk tidak menyapa Om," sahut Yura yang merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa," sahut Biadama.
"Kapan-kapan Om berkunjung lagi kerumah Yura. Yura pasti sangat senang," ucap Yura.
"Memang Om ada rencana untuk datang kerumah kamu bulan ini," jawab Biadama.
"Yura menunggu kedatangan Om," sahut Yura tersenyum.
"Ya sudah kalau begitu Yura mau mengantar ini dulu," ucap Yura. Biadama menganggukan kepala dan dan Yura yang langsung pergi.
"Anak itu sangat baik dan sangat ramah," batin Biadama menatap dengan kagum.
Biadama adalah teman Abi Yura yang memang sudah dipercayakan Abi orang untuk menjaga Yura selagi berada di ibukota.
*********
Yura berdiri di depan ruangan sang dengan Yura yang terlihat gugup.
"Ini pertama kali aku masuk keruangan ini. Hawanya memang sangat tidak enak," batin Yura dengan menghela nafas.
"Yura kamu hati-hati kalau bertemu dengan pak Avian, dia itu sangat galak dan menakutkan," Yura yang tiba-tiba mengingat pembicaraan rekan kerjanya mulai merasa ngeri dengan mengedikkan bahunya.
"Yura kamu harus tenang dan kamu tidak akan mungkin di makan," ucap Yura dengan menghela nafas yang mencoba untuk meyakinkan dirinya.
Tok-tok-tok-tok.
Yura mengetuk pintu.
"Masuk!" suara berat itu terdengar yang membuat Yura mengetuk mendorong pintu masuk kedalam.
Avian. Putra dari Biadama yang memang sangat dikenal sangat dingin dan tidak banyak bicara, sekali bicara langsung marah dan kalau tidak langsung main pecat. Karena dia bukan tipe laki-laki yang menye-menye.
Pria tampan berkulit putih dengan memiliki tubuh yang ideal itu terlihat fokus beberapa berkas yang sedang dia tandatangani. Yura menghela nafas dengan melangkah masuk.
"Ini Pak saya mengantarkan ini!" Yura langsung memberikan map merah dengan tangan bergetar. Avian mengangkat kepala dan melihat Yura.
Avian terdiam dan tidak merespon apa-apa. Yura sangat bingung dengan tatapan Avian kepada-nya yang membuat Yura jadi tidak nyaman.
"Apa aku salah berbicara," batin Yura dengan kebingungan.
"Pak!" tegur Yura yang membuat Avian tersadar dari lamunannya.
"Oh!" sahut Avian yang langsung mengambil map tersebut dari tangan Yura.
"Pak Biadama ingin tanda tangan dari berkas tersebut dan saya akan mengantarkan kembali keruangan beliau," ucap Yura yang sejak tadi bicara sangat hati-hati.
"Saya sendiri yang akan mengantarkan nanti," sahut Avian dengan suara datar yang melihat berkas itu.
"Tapi, pak! saya yang disuruh untuk mengantarkan berkas itu. Jadi sangat tidak enak jika Bapak langsung dan saya jadi terkesan tidak melaksanakan perintah beliau," ucap Yura. Avian kembali mengangkat kepala dan melihat keadaan Yura yang berbicara tampak takut-takut.
"Maaf, pak, jika saya lancang, saya hanya melaksanakan apa yang ditugaskan kepada saya tanpa bermaksud apapun," ucap Yura menunduk.
Avian tidak mengatakan apa-apa dan langsung menandatangani berkas tersebut.
"Ini yang kamu mau?" tanya Avian dengan memberikan berkas itu dengan kedua alis yang terangkat.
"Makasih Pak!" sahut Yura dengan tersenyum begitu manis yang membuat Avian terus menatap Yura.
"Saya permisi, pak!" Yura langsung pamit dengan pergi begitu saja.
Tiba-tiba Avian mendengus dengan tersenyum yang geleng-geleng kepala. Entah apa yang di pikirkan Avian tentang Yura dan sampai membuat dia tersenyum semanis itu yang membuat dia semakin tampan.
**********
Kediaman Biadama.
Rumah berlantai 3 dengan bangunan klasik Eropa dengan luas yang sangat besar. Dengan barang-barang mahal yang terdapat di dalam ruangan itu.
Di meja makan terdapat sepasang suami istri Biadama dengan Wanita yang duduk di sebelahnya Artika dan juga seorang pria berusia 30 tahun. Keluarga itu sedang makan malam bersama.
"Kamu sudah melihat foto yang papa kirim ke ponsel kamu?" tanya Biadama.
"Foto apa itu pah?" tanya Artika sang ibu.
"Wanita yang akan menikah dengan Avian,"jawab Biadama.
Avian yang sedang makan tiba-tiba menghentikan makannya sejenak mendengar pernyataan sang papa.
"Menikah! Papa ingin menjodohkan Avian lagi?" pertanyaan sang istri sudah mewakili pertanyaan dari Avian yang kembali melanjutkan makannya.
"Avian akan menikah dengan anak dari sahabat Papa," jawab Biadama.
Artika menoleh ke arah Avian, "kamu setuju Avian?" tanya Artika.
"Tidak setuju!" jawab Avian jujur apa adanya.
"Avian!" tegur Biadama.
"Aku tidak akan menikah dengan wanita pilihan Papa dan aku harus mengatakan kepada Papa aku memiliki tipe sendiri yang akan aku jadikan sebagai istri!" tegas Avian.
"Mas. Sudahlah kamu jangan memaksakan anak kita untuk perjodohan itu. Lagi pula Avian masih fokus pada pekerjaan dan biarkan dia mencari wanita sendiri untuk dinikahi dan tanpa kita ikut campur," sahut Artika yang berpihak pada sang putra.
"Aku ingin anak ini menikah dan tidak ada kata tidak apalagi penawaran. Wanita yang aku nikahkan kepada dia juga wanita baik-baik dan dari keluarga baik. Mungkin kamu juga pernah bertemu dengan Wanita itu," ucap Biadama.
"Aku tidak mungkin menikah sekarang!" tegas Avian.
"Lihatlah ponsel kamu dan dulu bagaimana calon istri kamu baru kamu protes!" tegas Biadama.
Avian melirik ponselnya yang berada di samping piring dan tanpa melakukan apa yang di perintahkan Biadama.
"Wanita seperti apa sih!" Artika yang begitu penasaran langsung mengambil ponsel Avian. Artika langsung membuka kiriman pesan dari sang suami.
Wanita cantik berhijab yang terlihat sangat manis dan anggun yang tak lain adalah Yura.
"Ini yang papa maksud?" tanya Artika memastikan.
"Iya, dia anak dari teman papa. Gadis itu memiliki Akademik dan pengetahuan yang sangat bagus, Papa sudah meminta putri bungsu mereka untuk mencari menantu keluarga kita!" tegas Biadama.
"Tapi aku tidak mau menikah dengan pilihan papa!" tolak Avian.
"Kamu tidak bisa protes!" tegas Biadama.
"Pah! Kenapa harus memaksakan Avian untuk menikahi wanita ini. Avian belum mengenal siapa dia, Mama juga tidak mengenal siapa wanita ini. Lalu untuk apa harus memaksakan hal yang tidak diinginkan putra kita," ucap Artika mencoba untuk memahami alasan penolakan dari Avian.
"Mah. Gadis ini wanita sholehah dan juga punya pendidikan yang sangat baik. Mendapatkan menantu seperti Yura adalah anugerah yang diberikan Allah," jelas Biadama dengan singkat.
"Tapi tetap tetap tidak berarti apa-apa jika yang dinikahkan tidak menyukai hal ini," sahut Artika.
"Papa hanya memiliki satu putra dan papa ingin Avian menikah dengan gadis itu!" tegas Biadama yang sepertinya tidak akan ada yang bisa membantah keinginan yang sudah dia putuskan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Okto Mulya D.
Avian mencari Yura juga paling, yang ditemuinya tanpa sengaja di London..tapi masak wajahnya lupa sihh
2024-10-17
0