"Kenapa berurusan dengan Yura tamu Abi?" tanya Yura dengan kebingungan.
"Memang tamu Abi siapa?" tanya Yura semakin penasaran.
"Teman sekolah Abi dulu waktu sama-sama sekolah di pesantren. Beliau datang bersama istri dan juga anak beliau," jawab Abi.
"Apa ada hal besar Abi sampai Abi mengundang mereka, karena tidak mungkin hanya sekedar bertamu saja dan sampai harus Yura juga ikut?" tanya Yura lagi dengan mengambil gelas dan langsung meneguk air putih tersebut.
"Iya. Tamu yang datang kali ini bukan sembarangan tamu dan pasti memiliki tujuan yang khusus. Karena mereka datang secara khusus untuk melamar kamu," jawab Abi.
Uhuk-uhuk-uhuk-uhuk.
Yura langsung tersedak makanan mendengar pernyataan dari sang Abi yang benar-benar sangat mengejutkan Yura.
"Yura pelan-pelan!" tegur Umi.
"Melamar Yura bagaimana?"
"Apa ini sebuah perjodohan?" tanya Yura panik yang masih merasa gatal pada tenggorokannya.
"Iya Yura, Abi dan teman Abi sudah sepakat ingin menikahkan kamu dengan putra satu-satunya mereka," jawab Abi dengan tegas.
"Abi apa maksud Abi. Kenapa tiba-tiba malah ingin menjodohkan Yura. Yura belum mau menikah Abi," protes Yura.
"Yura, bicara yang baik!" tegur Adam melihat kepanikan di wajah sang adik sampai tidak bisa mengontrol kata-katanya dan terkesan kurang sopan.
"Tapi Yura memang tidak ingin menikah dengan secepat itu Abi. Yura baru saja selesai kuliah dan Yura masih ingin bekerja," ucap Yura yang memberikan tanggapannya yang secara tidak langsung yang pasti menolak perjodohan itu.
"Yura kamu seorang wanita dan wanita juga akan menikah. Pekerjaan hanya sementara dan bakti kepada suami yang akan menjadi selamanya," sahut Zahra ikut berkomentar.
"Tapi untuk saat ini Yura belum ingin untuk menikah dan Yura juga belum siap untuk menjadi seorang istri!" tegas Yura yang menolak perjodohan itu.
"Apalagi Yura sama sekali tidak mengenal siapa calon suami Yura. Yura tidak mau Abi!" lanjut Yura dengan tegas tidak ingin mendengarkan siapa-siapa.
"Yura kamu berbicara sangat tidak sopan kepada Abi seperti itu. Kamu adik perempuan satu-satunya dan memang sudah tugas orang tua untuk memilihkan calon suami untuk kamu. Karena pilihan orang tua yang terbaik dan lebih tahu mana yang terbaik," sahut Izzat.
"Tapi ini sudah zaman modern dan Yura tidak ingin dijodohkan," bantah Yura.
"Apa maksud kamu dengan perkataan tidak ingin dijodohkan. Yura kita ini orang yang tumbuh dari keluarga yang sangat mengerti syariat Islam. Apa maksud kamu, kamu ingin menikah dengan seorang pria yang sudah kamu kenal kalian berpacaran sama-sama cocok dan lalu menikah," sahut Izzat.
"Bukan seperti itu kak Izzat. Yura juga tidak ingin berpacaran dan juga melakukan hubungan haram lainnya. Tetapi untuk saat ini Yura memang tidak ingin menikah dan apalagi harus dijodohkan dengan tiba-tiba dan dengan orang yang tidak Yura kenal sama sekali!" tegas Yura yang sejak tadi memberikan alasan dengan menolak perjodohan itu.
"Yura Abi tidak mungkin memilihkan calon suami kepada kamu tanpa Abi tahu orang itu dan lagi pula kamu juga sudah mengenal orang itu dan juga keluarganya," sahut Abi.
"Maksud Abi siapa?" tanya Yura heran.
"Putra dari nas Biadama," jawab Abi yang membuat Yura semakin terkejut.
"Apah!" pekik Yura dengan wajah kaget.
"Abi itu tidak mungkin. Dia adalah atasan Yura di kantor Yura dan mana mungkin menikah dengan dia," takut Yura semakin tidak masuk akal dengan meninggikan suaranya.
"Yura pelan-pelan bicara, Nak, Kenapa sejak tadi kamu berbicara dengan nada tinggi seperti itu kepada Abi kamu," tegur Umi dengan lembut.
"Maaf Umi. Tetapi memang ini sangat tidak mungkin jika Yura harus menikah dengan atasan Yura. Dia juga laki-laki yang sudah dikenal dengan kekejamannya dan Yura tidak ingin!" Yura tetap bersikeras untuk menolak.
"Tapi Abi sudah berjanji kepada teman Abi dan kamu akan menikah dengan putra mereka!" tegas Abi.
"Yura tetap tidak mau!" tegas Yura yang berdiri dari tempat duduknya dan langsung pergi.
"Yura!" semua orang memanggil anak perempuan yang akan dijodohkan itu dan tidak direspon sama sekali oleh Yura.
"Dia pasti mau Abi. jangan khawatir," sahut Adam dengan yakin.
*********
"Aku tidak percaya jika Yura sampai menolak perjodohan itu dan bahkan berbicara berteriak-teriak di meja makan seperti tadi. Abi saja tidak bisa berbicara apa-apa," ucap Izzat berada di kamar bersama sang istri dengan Izzat yang sedang berdiri di depan cermin yang memakai kemeja.
"Yura sudah sangat terbiasa tidak tinggal di rumah ini dan sangat jarang berkomunikasi dengan keluarga ini. Yura sudah terbiasa tinggal di luar dengan semua pengetahuan yang selalu bertentangan dengan aturan di rumah ini. Ini juga salah satu karena Umi dan Abi terlalu memanjakan Yura," sahut Zahra yang mengeluarkan pendapat tentang sang adik ipar.
"Umi dan Abi tidak pernah memanjakan Yura terlalu berlebihan. Mereka mengikuti kemauan Yura setelah berpikir dengan matang dan apa yang diinginkan Yura tidak melenceng dari syariat yang sudah ditentukan," sahut Izzat.
"Iya aku paham itu. Tapi sekarang kamu lihat, Yura meninggalkan meja makan pergi begitu saja ke dalam kamar, nanti siang tamu Abi akan datang dan sementara Yura menolak perjodohan itu. Kamu lihat Abi yang sejak tadi hanya duduk di teras dan termenung. Dia pasti sangat merasa tidak enak dengan penolakan yang dilakukan oleh Yura. Karena Abi juga tidak bisa memaksa Yura bukan," sahut Zahra.
"Yura tidak akan menolak perjodohan ini. Aku akan bicara kepada Yura," ucap Izzat yang sudah selesai memakai pakaiannya dan langsung keluar dari kamar. Zahra hanya menghalang nafas melihat kepergian sang suami.
********
"Apa kamu tidak kasihan kepada Abi Yura. Kamu lihat Abi yang sejak tadi hanya termenung. Dia pasti menghitung jarum jam dengan tamunya yang akan datang," Izzat yang memasuki kamar sang adik dan mencoba untuk memberikan arahan kepada Yura.
"Tapi Yura tidak mau dijodohkan dengan laki-laki itu," sahut Yura yang tetap ada pendiriannya.
"Apa alasan kamu Yura. Dia adalah anak dari teman Abi. Abi sudah sangat mengenal keluarga calon suami kamu dan jika Abi sudah percaya pada keluarganya itu berarti anak dari teman Abi sudah yang terbaik untuk kamu. Yura Abi tidak mungkin mencarikan calon suami sembarangan untuk kamu!" tegas Izzat.
"Dia dikenal di kantor dengan laki-laki yang sangat galak. Yura takut tidak bisa cocok dengan dia dan juga sebaliknya," batin Yura yang memang tidak siap akan menikah dengan sang atasan.
"Jadi Yura sebaiknya kamu menuruti apa yang di katakan Abi, semua ini demi kebaikan kamu dan Abi tidak mungkin salah pilih calon suami untuk kamu," tegas Izzat. Yura hanya terdiam yang menangis.
"Lalu bagaimana jika Yura tidak ingin menikah dengan laki-laki pilihan Abi?" tanya Yura.
"Kamu lebih baik tidak menjadi bagian dari keluarga ini," sahut Izzat.
Deg
Yura terdiam di satu sisi dia ingin berbakti dengan sang Abi dan di sisi lain dia tidak siap untuk menikah dengan laki-laki yang kurang ia yakin untuk menjadi suaminya.
"Kamu harus pikirkan semua ini Yura. Jangan bertindak dengan semau kamu!" tegas Izzat yang hanya berbicara sebentar dan langsung pergi.
"Bagaimana mungkin aku menikah dengan dia. Ini sangat tidak mungkin," batin Yura dengan air mata yang terus mengalir.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Okto Mulya D.
Yura, hanya tahu dari para karyawan aja belum tentu seperti itu jika mengenal secara langsung.
2024-10-17
0