Avian yang berada di dalam mobil, duduk di samping supir dan kedua orang tua Avian duduk di jok belakang. Wajah Avian dia tidak bersemangat yang seperti ada yang dipikirkan.
"Pah. Kenapa harus menjemput jodoh sampai sejauh ini," keluh Artika yang sejak tadi merasa jenuh karena dia tidak sampai juga.
"Sebentar lagi akan sampai Mah!" jawab Biadama.
"Avian papa minta sama kamu untuk menjaga sikap kamu di depan orang tua calon istri kamu!" tegas Biadama mengingatkan.
"Aku tidak bisa berpura-pura. Aku sudah mengatakan tidak ingin menikah dengan wanita yang papa pilihkan untukku dan jika aku bersikap apa adanya, itu bukan kesalahanku!" jawab Avian dengan tenang.
"Kamu benar-benar keterlaluan ya Avian, kamu masih saja mencoba untuk menolak calon istri yang di berikan kepada kamu. Avian wanita yang menjadi istri kamu adalah wanita yang sholeha dan terbaik untuk kamu!" tegas Biadama menegaskan.
"Papa terus aja memuji gadis itu seakan tidak punya kesalahan," sahut Artika sewot.
"Aku berbicara apa adanya Artika. Kamu juga sudah melihat bagaimana wanita itu dan seharusnya kamu tahu," ucap Biadama.
"Tetapi yang terlihat dari luar belum tentu sama dengan apa yang di dalam. Penampilan bisa menipu kepribadian. Jadi penampilan yang diperlihatkan seolah tidak mempunyai dosa belum tentu sama dengan kepribadian yang dia miliki. Karena kebanyakan wanita zaman sekarang memang berpenampilan tertutup tetapi kelakuan sama saja seperti anak-anak zaman sekarang!" tegas Artika yang mengeluarkan pendapat.
"Tetapi tidak dengan gadis yang aku pilih untuk putra kita. Aku sudah lama mengenal bagaimana orang tuanya dan juga kepribadian gadis itu yang sama dengan penampilannya!" tegas Biadama.
Sepanjang perjalanan pasangan suami istri itu berdebat tentang penilaian mereka kepada calon istri Avian. Namun, Avian hanya diam tidak merespon apa-apa karena dia sendiri juga tidak ingin menikah dengan gadis yang diberikan untuk dia.
*********
Tidak lama perjalanan mereka akhirnya tiba di rumah sahabat Biadama. Mobil itu berhenti halaman rumah yang di depan rumah itu sudah ada Ahmed bersama dengan istrinya dan juga dua anak laki-laki.
Avian terlihat sangat bingung yang melihat di sekelilingnya.
"Bukankah aku pernah ketempat ini," batin Avian terlihat sangat bingung.
"Ayo kita keluar!" titah Biadama.
Artika menghela nafas dan mengikuti sang suami sama dengan Avian yang masih terlihat bingung tetap keluar dari mobil.
"Biadama!" Ahmed langsung menghampiri tamunya dengan mereka berpelukan hangat layaknya seperti sahabat yang sudah lama tidak bertemu.
"Kenapa Mas Biadama mencari menantu dari keluarga yang terlalu agamis seperti ini. Bukankah orang seperti ini hanya akan bisa mengomentari penampilan yang sangat tidak cocok dengan pandangan mereka," batin Artika yang merasa kurang nyaman.
Apalagi saat Artika melihat wanita yang berpakaian busana muslim dan bahkan sampai menutup wajah menggunakan cadar membuat Artika sudah yakin jika itu adalah istri dari teman suaminya.
"Artika kamu mengenal temanku yang ini bukan?" tanya Biadama.
"Iya Mas. Saya masih mengingat beliau," jawab Artika dengan tersenyum mengangguk yang berusaha untuk ramah.
"Ini istri beliau Aristy!" sahut Biadama.
"Assalamualaikum, Mbak!" sapa Aristy.
"Walaikum Salam!" sahut Artika dengan tersenyum. Mereka hanya bersalaman seperti biasa saja.
"Ini ke-2 putra mereka," Biadama juga memperkenalkan Izza dan Adam.
Artika hanya mengangguk tersenyum yang memberikan sapaan. Sementara Avian masih penuh dengan kebingungan dan seperti Ada yang ingin dipecahkan di dalam kepalanya.
"Kalau begitu mari kita masuk!" sahut Ahmed menyambut dengan baik.
"Iya Mbak ayo silahkan!" ajak Aristy.
Mereka memasuki rumah yang cukup luas itu dengan bangunan yang masih banyak campuran tradisional yang memang terlihat sangat nyaman dan estetik.
"Bagaimana kabarmu Biadama?"
"Alhamdulillah aku baik-baik saja!"
Biadama dan Ahmed terus saja berbicara sembari berjalan menuju ruang tamu dan mereka duduk yang tidak henti untuk berbicara.
Artika yang duduk di samping Avian bingung dengan apa yang harus dia katakan. Kepala Artika berkeliling melihat isi rumah tersebut. Mungkin tidak sama luasnya dengan kediaman tempat tinggal keluarganya.
Jika bangunan rumah Artika yang lebih modern dengan bangunan klasik Eropa karena juga tinggal di kota dan berbeda dengan rumah teman dari suaminya yang terlihat sederhana dengan bangunan yang masih banyak menggunakan bangunan tradisional, tapi jelas juga sangat mewah dan memiliki keunikan tersendiri.
"Aku memang pernah kerumah ini?" batin Avian.
"Kami panggilkan Yura sebentar," sahut Arsyad yang langsung pergi.
"Yura!" batin Avian yang tiba-tiba kaget.
Avian tiba-tiba mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jasnya. Avian yang membuka pesan wa yang pernah di kirim Biadama untuk menunjukkan wanita yang menjadi calon istri Alam.
Alvian terkejut ketika melihat wanita itu ternyata memang dia kenal sejak awal, salah satu karyawan di kantor dan belakang ini Avian sering memperhatikan Yura.
"Ini putri kami Rakina Yura Izzati!" ucap Aristy memperkenalkan Yura yang sudah datang bersama dengan Zahra.
Avian mengangkat kepala dan melihat wanita yang di perkenalkan pada dia. Avian benar-benar sangat terkejut dan tidak menduga dengan apa yang dia lihat yang ternyata benar-benar Yura dia kenal.
Yura yang terlihat gugup dan hanya menunduk. Tetapi wajah Yura juga terlihat tidak menginginkan perjodohan itu.
"Jadi ini wanita yang di katakan papa. Memang sama saja dari foto itu terlihat sangat cantik, tetapi apa iya kepribadian yang diucapkan papa sama dengan kepribadian aslinya," batin Artika yang menilai apa adanya dan belum bisa memastikan bagaimana Yura sebenarnya, karena Artika juga belum mengenal siapa Yura.
Jadi penilaian Artika masih biasa saja, tidak berlebihan yang masih dalam tahap netral. Berbeda dengan Biadama yang menoleh ke arah Avian. Biadama senyum melihat sang putra yang tidak berhenti menatap Yura.
"Avian kamu mengenal calon istri kamu bukan?" tanya Biadama yang membuat Avian kaget dan mendadak salah tingkah yang mengalihkan pandangan mata yang terlalu berlebihan itu menatap Yura.
"Ayo duduk Yura!" titah Aristy. Yura hanya mengangguk tanpa berbicara apa-apa.
"Jadi dia yang akan di nikahkan denganku," batin Avian dan tiba-tiba terlintas senyuman tipis yang sangat tersembunyi.
Mata Avian tidak bisa jika tidak menatap Yura sama sekali. Namun, Yura tidak menatap sang atasan. Malu-malu Yura membuat Avian mendengus dengan tersenyum.
**********
Ahmed sekarang sedang menyambut para tamunya untuk makan siang bersama. Mereka makan siang di tempat outdoor yang berada di teras yang memang biasanya di gunakan untuk perjamuan para tamu yang datang ke rumah mereka. Susana makan di alam terbuka dengan pepohonan dan suara air mengalir dari kolam ikan yang membuat suasana makan itu terlihat sangat berbeda.
Yura yang bertepatan makan berhadapan dengan Avian. Namun, tetap sejak tadi Yura tidak mengeluarkan suara apapun dan bahkan tidak melihat Avian sama sekali.
"Aku pernah mengatakan kepada Yura, jika aku harus pasti akan berkunjung kembali kerumah kamu Ahmed dan Yura, Om menepati janji bukan?" ucap Biadama yang membuka obrolan. Yura mengangkat kepala dengan tersenyum tipis.
"Apa Yura bekerja dengan baik di Perusahaan kamu Biadama?" tanya Ahmed.
"Bisa tanya pada Avian. Karena Avian yang memimpin Perusahaan dan saya sudah jarang sekali datang ke Perusahaan. Hanya kalau ada keperluan penting dan rapat besar saja," sahut Biadama melempar pada Avian.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Okto Mulya D.
Kaget kannn Avian, tetapi Yura sudah tahu duluan dan mendengar tentang Avian dari teman kantor
2024-10-17
0